You are on page 1of 20

BAB PENDAHULUAN 1) Latar Belakang Keperawatan adalah bentuk pelayanan prosional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

n kesehatan yang berbentuk pelayanan bio,psiko,sosio dan spiritual yang komperehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang mampu mengikuti perkembangan profesi keperawatan. Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan keahlian serta pengawasan terhadap pendidikan dan praktek keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi, kepada masalah dengan mengunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi ( Dep Kes.RI.1991 : 4 ) 2) Tujuan penulisan a. Tujuan umum Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar dengan pendekatan proses keperawatan. b. Tujuan khusus Penulis dapat : 1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan PPOK. 2. Membuat rencana keperawatan guna mengatasi permasalahan yang muncul sesuai diagnosa yang keperawatan. 3. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. 4. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. 5. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

BAB TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.(1) Penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menimbulkan obstruksi saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan emfisema pulmonum.(2) Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.(3) Penyakit paru-paru obstruksi menahun merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.(4)

B. KLASIFIKASI Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut: 1. Bronkitis kronik Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.(5) 2. Emfisema paru Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic, yaitu suatu perubahan anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.(5) 3. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabangcabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.(4) 4. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.(1)

C. Etiologi Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factorfaktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:(3) 1. Merokok sigaret yang berlangsung lama 2. Polusi udara 3. Infeksi peru berulang 4. Umur 5. Jenis kelamin 6. Ras 7. Defisiensi alfa-1 antitripsin 8. Defisiensi anti oksidan Pengaruh dari masing-masing factor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan. D. Patofisiologi/Pathway Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.(6) Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.(6) 3

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).(3)

Pathway Penyakit paru Obstruksi Kronik Faktor predisposisi Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Bersihan jalan napas tidak efektif

Udara terperangkap dalam alveolus


PaO2 rendah PaCO2 tinggi Gangguan metabolisme jaringan Metabolisme anaerob Produksi ATP menurun Defisit energi Sesak napas, napas pendek

Suplai O2 jaringan rendah Kompensasi kardiovaskular Hipoksemia Hipertensi pulmonal

Ganggua n pertukara n gas Insufisiensi/ gagal napas Pola napas tidak efektif

Gagal jantung kanan

Lelah, lemah

Intoleransi aktivitas Gangguan pola tidur

Kurang perawata n diri

Risiko perubaha n nutrisi kurang dari kebutuha n tubuh

Gambar 1. Pathways (1, 2, 3, 4, 5)

E. Manifestai klinis Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok: (3) 1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater). 2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers). Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:(3) 3. Kelemahan badan 4. Batuk 5. Sesak napas 6. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi 7. Mengi atau wheeze 8. Ekspirasi yang memanjang 9. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut. 10. Penggunaan otot bantu pernapasan 11. Suara napas melemah 12. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal 13. Edema kaki, asites dan jari tabuh. F. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik. 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut: 1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan

merokok, menghindari polusi udara. 2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara. 3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik. 4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial. 6

5. Pengobatan simtomatik. 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. 7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit. 8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi: a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus. b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani. d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula. e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri

penderita dengan penyakit yang dideritanya. G. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal. Intervensi keperawatan: a. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal. b. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan

diafragmatik dan batuk. c. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB d. Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan. e. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap. f. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan. g. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan. 7

h. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap influenzae dan streptococcus pneumoniae. 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas. Intervensi: a. Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan. b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat. Biarkan pasien membuat keputusan tentang perawatannya berdasarkan tingkat toleransi pasien. c. Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika

diharuskan. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi Intervensi keperawatan: a. Deteksi bronkospasme saat auskultasi . b. Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia. c. Beriakn obat-obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan waspada kemungkinan efek sampingnya. d. Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantu

mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan. e. Pantau pemberian oksigen. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen. Intervensi keperawatan: a. Kaji respon individu terhadap aktivitas; nadi, tekanan darah, pernapasan. b. Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien selama 3 menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital. c. Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti berjalan perlahan. d. Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan berdasarkan pada status fungsi dasar.

e. Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program latihan spesifik terhadap kemampuan pasien. f. Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama

menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga. g. Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari. h. Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien

melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan. i. Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali sehari. 5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah. Intervensi keperawatan: a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. b. Auskultasi bunyi usus c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret. d. Dorong periode istirahat I jam sebelum dan sesudah makan. e. Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah lama. f. Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas. g. Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi. 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi. Intervensi keperawatan: a. Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur. b. Lakukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan anjurkan keluarga untuk melakukan tindakan tersebut. c. Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler. d. Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan pasien. e. Berikan makanan ringan menjelang tidur jika klien bersedia. 7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. 9

Intervensi: a. Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga. b. Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat, istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi. c. Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan. 8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi. Intervensi keperawatan: a. Bantu klien untuk menceritakan kecemasan dan ketakutannya pada perawat. b. Jangan tinggalkan pasien sendirian selama mengalami sesak. c. Jelaskan kepada keluarga pentingnya mendampingi klien saat mengalami sesak. 9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja. Intervensi keperawatan: a. Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang ditujukan pada pasien. b. Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala c. Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi pasien. d. Daftarkan pasien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia. e. Tingkatkan harga diri klien. f. Rencanakan terapi kelompok untuk menghilangkan kekesalan yang sangat menumpuk. 10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber informasi. Intervensi keperawatan: a. Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka pendek; ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya. b. Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi tentang sumber-sumber kelompok. 10

BAB TINJAUAN KASUS A PENGKAJIAN Nama Mahasiswa Tanggal / Jam masuk Rumah sakit Ruang No. Registrasi Tanggal pengkajian : Syahabudin Naufal : 19/11/2012 jam 19.50 wib : Ruang Dahlia : : 19/11/2012

I. Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Suku/Bangsa Bahasa Pekerjaan Pendidikan Status Diagnosa medis Alamat : Tn. D : 60 tahun : perempuan : Islam : Jawa /WNI : Indonesia / jawa ngoko : : SD : Menikah : PPOK BRONKITIS : Peda slohon

II. Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat Hub. Dengan pasien B RIWaYAT PENYAKIT 1. Keluhan utama Pasien merasakan sesak nafas : Tn.A : 28 Tahun : Laki - laki : Wiraswasta : Peda slohon : Anak dari pasien

11

2. Riwayat kesehatan sekarang Ny. D datang ke IGD RSUD dengan keluhan sesak nafas,batuk baru satu hari disertai dahak terdengar whezing,makan dan minum menurun. 3. Riwayat penyakit dahulu Pasien hanya meminum obat warung saat batuk atau pun pusing,sebelumnya pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit. 4. Riwayat penyakit keluarga Keluarga pasien baik dari ibu maupun bapak tidak ada yang menderita panyakit yang sama,atau pun penyakit menurun. C POLA FUNGSI KESEHATAN 1 Pola persepsi pemeliharaan kesehatan Pasien kurang memperhatikan kesehatannya,pasien baru peduli kalau kesehatannya sudah merasa benar-benar sesak. 2 Pola aktivitas latihan Kegiatan Makan/minum Mandi Berpakaian Toileting Mobilisasi Berjalan 0 1 2 3 4 0 : mandiri 1 : dibantu alat 2 : dibantu keluarga 3 :dibantu alat dan keluarga 4 :ketergantunga

Dalam pola aktivitas pasien mengatakan dibantu semuanya oleh keluarganya. 3 Pola nutrisi metabolik Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan porsi nasi,lauk,sayuran habis satu porsi,minum 6-7 gelas /hari 2ltr/hari. Selama sakit : pasien makan 3x sehari makanan dari rumah sakit,makan hanya 4-5 sendok,minum 4-5 gelas/hari 4 Pola eliminasi Sebelum sakit : pasien BAB 1 kali dalam satu hari dengan konsistensi lembek,warna kuning bau khas,BAK 5-6 x/hari dengan warna kuning bau khas. Setelah sakit : pasien belum pernah BAB selama 3 hari,BAK pasien 4-5 x/hari dengan warna kuning,bau khas. 12

5 Pola istirahat tidur Sebelum sakit : pasien tidur dari jam 21.00 bangun jam 04.30 untuk melakukan sholat subuh,7 jam,dengan kualitas baik saat bangun segar. Selama sakit : pasien tidak bisa tidur karena nafasnya sesak sering terbangun saat malam hari,tidur dari jam 21.00 sampai 03.00 dengan kualitas jelek saat bangun pasien terlihat lesu,dan badan pegal-pegal tidur 4 jam. 6 Pola kognitif persepsi Keadaan umum compos metis pasien sadar berada di rumah sakit,penglihatannya kabur karena faktor usia ,pendengaran kurang baik. 7 Pola toleransi dan koping stres Pasien tidak merasa cemas dengan apa yang sedang dialaminya pasien hanya ingin cepat sembuh. 8 Pola seksual dan reproduksi Pasien sudah tidak lagi menggunakan alat kontrasepsi,pasien sudah menoupouse. 9 Pola nilai dan kepercayaan Pasien beragama islam sebelum sakit Ny D taat menjalankan sholat 5 waktu setelah sakit Ny D hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Kompos metis Tekanan darah : 140/90 mmhg 1. Kepala Bentuk mesochepal,rambut putih,kulit kepala bersih tidak ada ketombe.: konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,ada rangsangan terhadap cahaya. Hidung Telingga : bentuk simetris,tidak ada polip,terpasang nasal kanul O 2. : bentuk simetris tidak ada serumen. suhu Respiratory rate : 37.8oc : 30 x/mnt

Leher bentuk simetris tidak ada peningkatan JVP dan tidak ada pembesaran tiroid.

Mulut

: bibir lembab gigi ada caries terlihat pucat pada lidah.

13

2. Thorak - Paru - I : Bentuk Simetris, tidak ada luka - P : Ekspansi paru kanan dan kiri sama,vocal fremitus getaran sama saat mengucapkan 77,99 - P redup. - A : saura vesukuler :paru lebih kanan sonor sedangkan kiri khususnya pada bagian jantung

- Jantung - I - P - P - A 3. Abdomen I : bentuk normal,tidak ada luka : bentuk dada simetris,tidak ada benjolan,ictus kordis tidak terihat : palpasi 4 titik (aorta, pulmonal, trikuspidalis, mitral) : terdengar redup : bunyi gallop

A : bising usus 11 xmnt P : bunyi timpani P : tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati. 4. Muskuloskeletal Ektremitas atas bentuk simetris, terpasang infus D5 ditangan kiri Ektremitas bawah bentuk simetries tidak ada luka,tidak ada lesi. PEMERIKSAAN PENUNJANG Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik Protein total Albumin Globulin SGOT/AST SGPT/ALT LDH Ureum darah Kreatinin darah Glukosa sewaktu Hematologi Darah lengkap : 14 6,84 4,08 2,76 71 62 848 34,9 1,01 94 6,3 8,2 gr/dl 3,5 5,0 gl/dl 2,7 3,2 gr/dl L 17-59 P 14-36 UI/L L 21-72 P 9-52 UI/L 313-618 UI/L L 19,3-42,8 P 15-36,4 mg/dl L 0,8-1,5 P 0,7-1,2 mg/dl < 200 mg/dl Hasil Nilai Normal

Hemoglobin Lekosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

14 20250 43,5 5,52 400.000 78,8 25,5 32,2 0 1 0 73 11 15

L : 14-18 P: 13-16 g/dl 5000-10000 L : 40-48 P : 37-43 % L :4,5-5,5 P : 4-5 juta/ul 150.000-400.000/ul 80-97 fl 26-32 pgr 31-36% 0-1% 1-4% 2-5% 40-70% 19-48% 3-9%

TERAPI O2 3 ltr Infus D5 + aminophili 1 amp Ceftriakson 2x1 Methil prednison 2x62,5 gr Oral : ambroxol Nebu : pulmikot 4x/hari

ANALISA DATA No. 1 Data Ds Ps mengatakan batuk disertai dahak Do


-

Problem Bersihan

Etiologi

Pasien tampak sesak Terdapat suara wheezing dan ronchi O2 3 ltr/mnt

jalan bronkokontriksi, peningkatan produksi napas tidak efektif sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

15

Ds
-

Gangguan pola tidur Ps mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sesak
-

ketidaknyamanan, pengaturan posisi

Do
-

Ps tidur 4 jam dari jam 21.00 sampai jam 03.00 dengan kualitas sering terbangun

Ps terlihat lesu saat bangun tidur dan pegal-pegal

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi. INERVENSI Tanggal 13/11/2012 Diagnosa keperawatan 1. Bersihan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

jalan Setelah

dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital keperawatan 2. Anjurkan pasien minum air 3x24 jam hangat

napas tidak efektif tindakan berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi selama masalah bersihan dapat

keperawatan 3. Lakukan drainage postural jalan nafas dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari tidak sesuai yang

teratasi dengan

sputum, kriteria hasil:


-

batuk tidak efektif, kelelahan/berkurang nya infeksi tenaga dan

Pasien sesak

diharuskan. 4. kolaborasi antibiotik sesuai yang diharuskan.

Batuk reda RR : 20x/mnt

16

bronkopulmonal.

Tidak ada dahak

13/11/2012

2. Gangguan pola tidur Setelah berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi. tindakan selama masalah gangguan dapat

dilakukan 1. Kaji intensitas dan lama keperawatan 1x24 tidur

jam 2. Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi semi fowler. pasien susu untuk hangat

keperawatan pola tidur

teratasi dengan 3. Anjurkan meminum tidur 8


4.

kriteria hasil:
-

Pasien jam

sebelum tidur Batasi meminum minuman yang banyak mengandung kafein.

Saat

bangun

terlihat segar dan tidak pegal-pegal


-

Kualitas nyenyak

tidur

IMPLEMENTASI Tanggal
13/11/2012

Dx Kep

Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda vital Ds


-

Respon

Paraf

Ps mengatakan nafas sesak

Do
-

suhu : 37.8oc TD : 140/90mmhg RR: 30 x/mnt Ps terlihat sesak

2. Menganjurkan pasien minum air Ds hangat


-

Ps mengatakan dahak masih tidak encer

Do
-

Ps terlihat batuk

17

3. Melakukan

drainage

postural Ds
-

dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan. Do

Ps mengatakan dahak keluar sedikit

Dahak warna hijau Ps terlihat lebih rileks

4. Memberikan antibiotik sesuai yang diharuskan Injeksi iv


-

Ds
-

Ps mengatakan masih batuk

Ceftriakson 2x1 Methil prednison 2x62,5 gr

Do
-

Ps terlihat sesak

13/11/2012

1. Mengkaji intensitas dan lama Ds tidur


-

Ps mengatakan sering terbangun,tidur jm 21.00 bangun 03.00,

Do
-

ps terlihat lesu saat bangun tidur

ps tidur 4 jm

2. Mengatur posisi yang nyaman Ds menjelang tidur, biasanya posisi semi fowler. Do
-

ps mengatakan sudah nyaman

ps terlihat tenang

3. Menganjurkan

pasien

untuk Ds
-

meminum susu hangat sebelum tidur 4. Membatasi meminum minuman yang banyak mengandung kafein. Ds Do

ps mengatakan semakin mengantuk

ps terlihat rileks

ps mengtakan tidak

18

suka minum kopi Do


-

EVALUASI Tanggal
13/11/2012

No.dx S
-

Evaluasi

Paraf

Ps mengatakan nafas sesak Ps mengatakan dahak masih tidak encer Ps mengatakan dahak keluar sedikit Ps mengatakan masih batuk suhu : 37.8oc TD : 140/90mmhg RR: 30 x/mnt Ps terlihat sesak Ps terlihat batuk Dahak warna hijau Ps terlihat lebih rileks Ps terlihat sesak

O
-

A
-

Masalah belum teratasi

P
-

Lanjutkan intervensi

13/11/2012

S
-

Ps mengatakan sering terbangun,tidur jm 21.00 bangun 03.00,

ps mengatakan sudah nyaman ps mengatakan semakin mengantuk ps mengtakan tidak suka minum kopi

19

O
-

ps terlihat lesu saat bangun tidur ps tidur 4 jm

ps terlihat tenang ps terlihat rileks

A
-

Masalah belum teratasi

P
-

Lanjutkan intervensi

20

You might also like