You are on page 1of 14

Soal : Kemukakan secara singkat tentang hal berikut di bawah ini, sertakan rumus dan berikan contohnya 1.

Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas 3. Uji Normalitas 4. Uji Homogenitas 5. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Jawab : 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari suatu istrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan setiap skor variabel jawaban responden dengan skor total masing-masing variabel yang kemudian di bandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikansi 0,05 atau 0,01. Bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel ( r hitung > r tabel ), maka data tersebut valid. Namun bila r hitung lebih kecil dari r tabel ( r hitung < r tabel ), maka data tersebut tidak valid.

a. Validitas pada skor dikotomi Uji validitas pada skor dikotomi atau biasa disebut validitas butir instrumen tes dapat di cari dengan menggunakan rumus :

Rpbis

Keterangan : Rpbis xi : Koefisien indeks korelasi poin biserial : Skor rata-rata yang menjawab benar

xp St pi qi

: Skor rata-rata total semua responden : Standar deviasi total : Proporsi responden yang menjawab benar : Proporsi responden yang menjawab salah ( 1 pi )

Contoh : Telah di ketahui data dari 30 responden sebagai berikut : xi xt : 7,375 : 6,400 pi St : 0,533 : 2,527 qi : 0,467

r tabel : 0,361

Tentukan valid atau tidaknya data tersebut.

Jawab :

Rpbis

Kesimpulan : r hitung : 0, 412 : 0, 361

Rpbis Rpbis
Rpbis Rpbis 0,412

r tabel

r hitung lebih besar dari r tabel ( 0,412 > 0,361 ) berarti soal tersebut valid.

b. Validitas pada skor kontinum Uji validitas pada skor kontinum atau biasa disebut validitas butir instrument non tes dapat dicari dengan rumus :

r=

( )( ) ( ) +*

( ) +

Keterangan : n X Y : Jumlah responden : Skor butir : Skor total

Contoh Soal : Diketahui data penelitian : n X Y = 30 = 114 = 1076 XY X2 Y2 = 4170 = 462 = 39602 r tabel : 0,361

Tentukan validitas data tersebut. Jawab :

r= r=

( )( ) ( ) +* ( )( ) ( ) +*( ( ) + ) ) ( ) +

*(

r= r= r= r=

( *( ) ( ( *( ) (

)( )+*( )( )+*(

) ) ( ) ) ( )+ )+

r = 0,476

Kesimpulan : r hitung r tabel : 0,476 : 0, 361

r hitung lebih besar dari r tabel ( 0, 476 > 0, 361 ), maka butir soal tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas atau biasa disebut tes keajegan digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur atau instrument dalam penggunaannya. Dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

a. Reliabilitas pada skor dikotomi Rumus yang digunakan untuk melakukan uji reliabilitas pada skor dikotomi adalah sebagai berikut : ( ) ( )

Keterangan : k SDt p q : Banyaknya butir soal : Simpangan baku skor total : Proporsi responden yang menjawab benar : Proporsi responden yang menjawab salah ( 1 p )

Contoh soal : Telah diketahui data dari hasil analisa sebagai berikut : k SDt2 pq :9 : 6,438 : 1,959

Tentukan reliabilitasnya.

Jawab : ( ) ( )

b. Reliabilitas pada skor kontinum Pada skor kontinum, uji reliabilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus : ( )(

Keterangan : k Si St2 : Jumlah butir valid : Jumlah varian butir : Varian skor total

Contoh soal : Telah diketahui data : k Si St


2

: 10 : 9,762 : 30,46

Tentukan reliabilitasnya

Jawab : ( )(

)(

3. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang sering dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan analisa data. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Perhatikan contoh di bawah ini : 1. Diketahui data sebagai berikut : 2,3,3,4,4,4,4,5,5,5,5,5,5,6,6,6,6,7,7,8 Tentukan normalitasnya dengan menggunakan uji liliefors

Jawab : Langkah-langkahnya : Tentukan terlebih dahulu nilai rata-rata dan standar deviasi data tersebut Rata-rata :

Standar Deviasi : ( ) ( )

Buat tabel uji liliefors F(Zi) S(Zi) 0,0276 0,0599 0,0599 0,0984 0,0984 0,0984 0,0984 0,1500 0,1500 0,1500 0,1500 0,1500 0,1500 0,1014 0,1014 0,1014 0,1014 0,0401 0,0401 0,0222

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

X 2 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 8 100

Zi -2,01 -1,34 -1,34 -0,67 -0,67 -0,67 -0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,67 0,67 0,67 0,67 1,34 1,34 2,01

F(Zi) 0,0222 0,0901 0,0901 0,2516 0,2516 0,2516 0,2516 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,7486 0,7486 0,7486 0,7486 0,9099 0,9099 0,9778

S(Zi) 0,0500 0,1500 0,1500 0,3500 0,3500 0,3500 0,3500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,8500 0,8500 0,8500 0,8500 0,9500 0,9500 1,000

Nilai Z didapat dari perhitungan rumus :

Contoh perhitungan Zi pada kolom ke tiga baris ke satu menjadi :

Nilai F(Zi) dapat di cari di tabel z Nilai S(Zi) dapat di hitung dengan menggunakan rumus : ( )

n : Jumlah responden

Contoh untuk data dengan nilai X = 6. No urut data dengan nilai X = 6 adalah 17 ( lihat nilai X = 6 sampai no urut paling akhir dari nilai X= 6 tersebut). Dengan jumlah n = 20. Sehingga di dapat : ( ) ( ) ( ) Kurangkan F(Zi) dengan S(Zi) untuk mendapatkan hasil F(Zi) S(Zi) Contoh perhitungan F(Zi) S(Zi) pada baris ke 20. F(Zi) S(Zi) = 0,9778 1,0000 = 0,0222 Bandingkan nilai L hitung dengan L tabel, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bila L hitung < L tabel, maka data tersebut normal. 2. Bila L hitung L tabel, maka data tersebut tidak normal.

L hitung merupakan angka terbesar dari F(Zi) S(Zi) yang pada kasus ini diperoleh 1,500. Sedangkan L tabel dengan n = 20 dan taraf signifikan 0,05 adalah 0,190. Karena L hitung kurang dari L tabel ( 0,1500 < 0,1900 ) maka data tersebut normal.

4. Uji homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang telah kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Sebagai contoh, jika kita ingin meneliti sebuah permasalahan misalnya mengukur pemahaman siswa untuk suatu sub materi dalam pelajaran tertentu di sekolah. Rumus perhitungan homogenitas dengan uji varian adalah : ( ) ( ) Keterangan : S1 S2 F : Varian tertinggi : Varian terendah : F hitung

Perhitungan homogenitas dengan menggunakan uji F dilakukan dengan cara membandingkan F tabel dengan F hitung. Dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bila F hitung < F tabel, maka data homogen. 2. Bila F hitung F tabel, maka data tidak homogen.

Contoh : Telah diketahui data varian sebagai berikut : S1 = 392,80 S2 = 117,48 F tabel = 1,69

Tentukan homogenitasnya.

Jawab : ( ) ( )

Karena F hitung > F tabel, maka data tersebut homogen.

5. Taraf Kesukaran dan Daya Beda A. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal di sebut indeks kesukaran ( difficuly index ). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soal terlalu mudah. Di dalah istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P yang berarti singkatan dari kata Proporsi.

Rumus mencari P adalah :

Dimana: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah adalah sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah adalah sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah adalah mudah Contoh soal : Diketahui : JS = 40 B = 20 Tentukan taraf kesukaarannya.

Jawab :

Jadi soal tersebut memiliki taraf kesukaran sedang.

B. Daya Beda Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Acuan untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakakriteria sebagai berikut :

Tabel Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Nilai Db 0,00 0,00 < Db 0,20 0,20 < Db 0,40 0,40 < Db 0,70 0,70 < Db 1,00 Interpretasi Jelek Sekali Jelek Cukup Baik Baik sekali

Untuk menghitung daya pembeda, digunakan rumus :

Keterangan : Db SA : Daya Beda : Standar Deviasi terbesar SB N : Standar Deviasi Terkecil : Jumlah responden

Contoh soal : Telah diketahui perhitungan daya pembeda untuk butir soal ke 2 : SA = 11 SB = 6 Skor Maks = 1

Tentukan kriteria daya pembedanya.

Jawab :

0,333 Maka kriteria daya pembedanya cukup.

You might also like