You are on page 1of 13

TUGAS PERUNDANGUNDANGAN K3

Mengenai Telaah Undang-Undang Bidang Konstruksi, disusun ntuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Perundang-Undangan K3

Disusun Oleh Atsni Kautsar R Intan Iis Yustrianita Kautsar Muhammad Nurul Huda Sukma Ayu Eurohastanti 1106132922 1106130772

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

A. Pendahuluan Konstruksi bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja (Permenakertrans No. 1 Th. 1980). Ruang lingkup pelayanan jasa konstruksi ialah: layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. (Undang-Undang no 18 tahun 1999) Pekerjaan konstruksi sendiri memiliki pengertian keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. (Undang-Undang no 18 tahun 1999) Dari pengertian di atas, terlihat jelas bahwa pekerjaan konstruksi memiliki tingkat bahaya dan resiko yang cukup tinggi sehingga amat dibutuhkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar para pekerja mendapatkan HAK untuk hidup sehat dan selamat, tingkat produktifitas yang terus meningkat serta terhindar dari kerugian karena terjadi kecelakaan maupun penyakit akibat kerja, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan peraturan perundang-undangan khususnya di bidang jasa konstruksi. Adapun elemen para pemangku peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan konstruksi adalah: 1. Pemerintah bertanggung jawab untuk mengatur dan melindungi setiap elemen sistem yang bernaung di bawah pemerintahan pemerintah agar berjalan sesuai dengan landasan negara. 2. Pengusaha dan Masyarakat bertanggung jawab untuk mematuhi peraturan perundangan yang berlaku serta memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan berkelanjutan. 3. Tanggung jawab ini akan berhasil dilaksanakan apabila diikuti dengan kesadaran yang tinggi dari masing-masing pihak untuk bekerja sama sebagai satu kesatuan. B. Karakteristik Pekerjaan Konstruksi Konstruksi merupakan pekerjaan yang sangat kompleks sehingga memerlukan pengetahuan, pemahaman, perencanaan, persiapan yang matang, dan koordinasi kerja antar disiplin atau instansi terkait yang terintegrasi baik selama pelaksanaan

konstruksi hingga pemeliharaan. Bidang pekerjaan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Pekerjaan dilakukan dalam waktu relatif singkat 2. Terdiri dari banyak jenis pekerjaan yang dilakukan dalam waktu bersamaan dan membutuhkan keahlian tertentu dalam mengelolanya 3. Melibatkan banyak pekerja dan banyak kelompok kerja 4. Melibatkan banyak peralatan berenergi besar 5. Melibatkan material berbahaya baik bagi keselamatan maupun penyakit 6. Membuat kerusakan pada lingkungan (meski bersifat sementara sekalipun) 7. Dapat mengganggu ketentraman lingkungan, budaya/adat istiadat setempat.

C. Sumber Bahaya Pekerjaan Bidang Konstruksi


Working at height Lifting and rigging Scaffolds, Elevated work platforms, Man-cage use, Open edges, Structural and mechanical installations, NDT and other testing Mechanical and structural installation, Cranage, Fork lifts, Hi-ab (crane Electrical Power truck) use, Elevated work platforms, Rigging Temporary power supplies, Portable electrical equipment, Working at Power and extension leads Live Live equipment , Tie ins , Maintenance/modification, Installation, Pre-commissioning and commissioning Heavy vehicles (trucks), Excavation and earthmoving equipment tools and

system Mobile/earthmoving equipment Excavations Plant equipment Housekeeping

Underground Facilities, Pit construction, Water pond, Generators, Compressors, Electric welding machines Access and egress, Waste control, Rubbish removal, Work area layout Stores/lay down areas

D. Undang-Undang Terkait Keselamatan dan kesehatan Kerja dalam bidang pekerjaan Konstruksi:

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 Tentang keselamatan kerja Bertujuan agar tenaga kerja, orang lain, sumber-sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Menetapkan kewajiban pengurus perusahaan dalam bidang Keselamatan dan kesehatan Kerja. Kewajiban dan hak tenaga kerja. Menetapkan pengawasan terpadu dibawah kementrian tenaga kerja.

2. Kewajiban Pengurus Perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970


Pasal 8: pemeriksaan kesehatan badan (Permennaker no 2/Men/80 & 3/Men/82) Pasal 9: Menunjukkan dan menjelaskan semua pengaman dan alat perlindungan yang kondisi dan bahaya di tempat kerja Alat pelindung diri cara dan sikap bekerja yang aman diharuskan -

Mempekerjakan setelah yakin pekerjanya memahami hal diatas Melakukan pembinaan: pencegahan kecelakaan, pemberantasan kebakaran, peningkatan K3 dan pemberian P3K Memenuhi dan mentaati syarat K3

Pasal 10 : Membentuk P2K3 (Permenaker no 4/MEN/87) Pasal 11 : Melaporkan kecelakaan (Permenaker No. 3/ Men/98) Pasal 14 : Menempatkan secara tertulis semua peraturan K3 yang Memasang poster Menyediakan APD cuma-cuma bagi pekerja diwajibkan

3. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3.

Merupakan pedoman pelaksanaan UUno 1 tahun 1970 untuk sistem manajemen K3 yang bertujuan agar resiko pekerjaan terkendali secara sistematis sehingga tercapai tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dimana pada peraturan ini mengatur: Ketentuan umum Tujuan dan sasaran K3 Penerapan SMK3 Audit Pembinaan dan pengawasan Pedoman penerapan SMK3 terdiri dari 166 kriteria (64 Pedoman Audit pokok, 58 tambahan untuk resiko menengah, 44 tambahan untuk resiko tinggi)

4. Per. 01/MEN/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi


Bangunan. Dasar pertimbangan : Tingginya angka kejadian kecelakaan, akibat belum ditanganinya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja secara mantap dan menyeluruh pada pekerjaan konstruksi bangunan Meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, sehingga harus diimbangi dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja. Sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuanketentuan yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan Konstruksi Bangunan. Bertujuan agar tersedia perlindungan keselamatan dan kesehatan yang memadai pada pekerjaan konstruksi bangunan seiring dengan meningkatnya pembangunan dengan penggunaan tehnologi modern. Mengatur:

i. Ketentuan umum

Setiap Harus

pekerjaan

konstruksi

bangunan

yang

akan dan

dilakukan wajib dilaporkan. mengusahakan pencegahan kecelakaan penyakit akibat kerjam harus memiliki unit khusus K3 meliputi usaha pencegahan berbahaya ii. berlaku bangunan iii. Tentang perancah Perancah disediakan apabila tidak tersedia lantai kerja Berlantai kerja Berpagar untuk tinggi >2m Material harus kuat Struktur harus memenuhi standard kekuatan dan untuk bekerja dengan aman Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk Pencegahan kecelakaan diharuskan terhadap keruntuhan Tempat kerja dan alat kerja Tersedia sarana keluar dan masuk yang aman Tempat kerja dan sarana jalan harus memiliki cukup Tempat kerja harus berventilasi Kebersihan dan kerapihan tempat kerja Pencegahan diharuskan agar tidak melemparkan, kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit, pertolongan pertama, dan penyelamatan Wajib melaporkam setiap Kecelakaan atau kejadian

penerangan

meluncurkan, menjatuhkan apapun dari tempat tinggi Lubang-lubang atau galian-galian harus diberi penutup Kebisingan tidak boleh melebihi ambang batas yang atau pagar pengaman

keamanan

Gambar 1. Alat Perancah iv. v. Tangga Tangga harus kuat Dibuat dan dipelihara serta digunakan dengan baik agar dapat Tangga tidak boleh terlalu panjang Alat Angkat Harus dirancang, dipasang, dipelihara, sedemikian rupa sehingga Operasi harus aman; dilakukan oleh orang yang berkompeten, Tercegah dari masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. terjamin keselamatan pemakaiannya terkoordinasi dengan baik

menjamin keselamatan

gambar 2. Alat Angkut

vi.
-

Kabel baja, tambang, rantai dan peralatan bantu Harus dipelihara, diperiksa, digunakan dengan baik dan Mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan Harus terpelihara dengan baik Dilengkapi dengan pengaman Jangan ditinggalkan dalam keadaan tidak aman Harus diperiksa secara rutin Dioperasikan oleh orang-orang terlatih Konstruksi bawah tanahKonstruksi bawah tanah: Pekerja dilarang masuk sebelum dipastikan bahwa konstruksi Cukup penerangan dan memiliki jalan keluar yang memadai, bila Memiliki ventilasi atau sirkulasi udara untuk pernafasan Dilengkapi dengan sistem keadaan darurat; pemadam api, lampu aman untuk dimasuki dalam keadaan darurat harus segera dapat dikosongkan benar

vii.

viii.

darurat,

ix.

Penggalian: Tercegah dari bahaya jatuh atau terperosok ke dalam Dinding harus cukup kuat agar Tercegah dari keruntuhan Peralatan harus dirawat dengan baik Peralatan diperiksa secara berkala Area terbatas bagi yang tidak berkepentingan Operasi harus aman, tanah landasan harus kuat menahan lubang galian

x. Pemancangan:

alat pancang xii. Pekerjaan beton: Persiapan harus dilakukan dengan seksama terutama Pencegahan harus dilakukan agar terhindar dari persiapan bekisting kecelakaan akibat operasi pengecoran Ujung besi yang mencuat harus dihindari Pengerjaan harus berhati-hati agar tidak meruntuhkan

bekisting xiii. Pekerjaan lainnya: aman Pemasangan struktur rangka baja harus dilakukan dengan Pekerjaan sumuran harus diberi pelindung agar pekerja Pengamanan pemasangan rangka atap Penggunaan alat pemanas harus terencana dan cara-cara yang aman terhindar dari kejatuhan benda Prefabricated harus direncanakan dan dipasang dengan

dilaksanakan dengan baik agar menjamin keselamatan Penggunaan bahn mudah terbakar harus dilengkapi Penggunaan asbes harus berhati-hati dan harus tercegah dengan sistem pencegah kebakaran dari bahaya asbes terhirup oleh pekerja

radiasi -

Pekerjaan pengecatan harus aman terhadap bahaya Pengelasan harus tercegah dari bahaya kebakaran, dan Peledakan harus dilakukan dengan aman Pekerja batu harus dilindungi dari bahaya terhirupnya

pemakaian bahan berbahaya

debu berbahaya 5. Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi UU no 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi mengatur tertib penyelenggaraan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Dasar Pertimbangan Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional Payung hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; Tersusun atas XII BAB dan 46 Pasal 6. Permenaker No. Per 01/men/1989 tentang Kualifikasi dan Syarat Operator Keran Angkat Payung Hukum :

Undang-undang No 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Mengenai Tenaga Kerja Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Keputusan Presiden R.I No. 64-/M Tahun 1988 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan V

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1985 tentang


Pesawat angkat dan angkut Tersusun atas VIII Bab dan 13 Pasal 7. Keputusan bersama Menakertrans dan Menpeu No: KEP. 174/MEN/1986. No: 104/KPTS/1986 tentang K3 pada tempat Kegiatan Konstruksi Dasar Pertimbangan

Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan


bahan bangunan, peralatan, penerapan teknologi dan tenaga kerja Tenaga kerja dibidang kegiatan konstruksi selaku sumber daya yang dibutuhkan Payung Hukum : Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Government Besluit Nomor 9 Tahun 1941 tentang Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan Bangunan Umum yang dilelangkan Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan IV Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 yo. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1964 tentang Susunan Organisasi DepartemenDepartemen Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER. 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruks Bangunan Tersusun atas 8 Pasal bagi kelanjutan pembangunan, perlu memperoleh perlindungan keselamatan kerja

E. Permasalahan Perundang-Undangan K3
1. Pelaksanaan perlindungan hak asasi berkembang lambat meskipun perencanaannya lebih awal jika dibanding Negara lain. 2. Peraturan tersusun tapi tidak terintegrasi secara baik. 3. Standard pelaksanaan belum banyak. F. KESIMPULAN

Peningkatan pemahaman K3 di semua sektor kegiatan konstruksi akan mempengaruhi perilaku pekerja dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Perubahan perilaku yang selalu memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan secara menyeluruh akan mewujudkan budaya K3. Kunci kesuksesan terletak pada kualitas sumber daya manusia dan kemampuan management mengatur sumberdaya tersebut menjadi organisasi yang solid dibawah satu komando. Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip K3 dalam suasana tertib penyelenggaraan jasa konstruksi, tentu pada akhirnya akan membuat tenaga kerja bekerja secara efektif dan efisien sehingga tingkat produksi yang tinggi dapat tercapai tanpa kecelakaan.

You might also like