You are on page 1of 23

Auhan Keperawatan Gawat Darurat pada Ruptur Uteri

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2:

CECEP MUHAMMAD NM YUDA NURUL FALAH ROGANDA SITUMORANG S MEGI MIGANTARA TUSI TUSWANDA

Pengertian
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita

dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ). Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi ).

Etiologi
Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus

uterus Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ). ( helen, 2001 )

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara

dramatis atau tenang.

Dramatis: Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak Penghentian kontraksi uterus Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi ) Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak ) Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu Bagian janin lebih mudah dipalpasi Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).

Tenang: Kemungkinan terjadi muntah Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen Nyeri berat pada suprapubis Kontraksi uterus hipotonik Perkembangan persalinan menurun Perasaan ingin pingsan Hematuri ( kadang-kadang kencing darah ) Perdarahan vagina ( kadang-kadang ) Tanda-tanda syok progresif Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan DJJ mungkin akan hilang

Test Laboratorium

Hitung Darah lengkap dan Apusan Darah

Batas dasar hemoglobin dan nilai hematokrit dapat

tidak menjelaskan banyaknya kehilangan darah.

Urinalisis :

Hematuria sering menunjukkan adanya hubungan

denga perlukaan kandung kemih.

Golongan Darah dan Rhesus

Darah dipersiapkan sebanyak 4 sampai 6 unit untuk

tranfusi bila diperlukan.

Penatalaksanaan
histerektomi baik total maupun sub total

histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di

jahit sebaik-baiknya konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.

Manajemen
Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar

operasi Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan elektrolit, misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar jalur ini tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal, sampai darah didapatkan ). Hubungi bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah unit dan plasma beku segar yang diperlukan Berikan oksigen Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi ) Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin dalam cairan intra vena.

Data Fokus Pengkajian


a.

Primary survey Dalam menentukan gawat dararut atau tidaknya harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anannesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan obstetri. Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstretri yang membutuhkan pertolongan dengan segera dan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang di hadapi. Pemeriksaan yang dilakukan , menggunakan prinsip kegawat daruratan ABC (airway, breathing dan circulation) pada pengkajian ABC secara cepat pada kasus ruptur uteri di dapat tanda-tanda yaitu :

Inspeksi : Pasien tampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terusmenerus.

Palpasi : Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras terutama sebelah kiri atau keduanya. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan Segmen Bawah Rahim teraba tipis dan nyeri kalau ditekan

Auskultasi : Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia). Apabila menemukan tanda-tanda di atas itu berarti keadaan pasien mengancam dan harus dilakukan tindakan medis dengan segera.

b. Secondary survey Anamnesis dan Inspeksi

Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps. Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus. Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur. Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebihlebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir. Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan dibahu. Kontraksi uterus biasanya hilang. Mula-mula terdapat defans muskulaer kemudian perut menjadi kembung dan meteoristis (paralisis usus).

Palpasi :

Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek. Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.

Auskultasi

Pemeriksaan Dalam

Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong ke atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang didalam kita temukan dengan jari luar maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis seklai dari dinding perut juga dapat diraba fundus uteri.
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih.

Kateterisasi

Diagnosa Keperawatan
1. Airway a. Bersihan jalan napas tidak efektif b. Tidak efektifnya jalan napas c. Resiko aspirasi 2. Breathing a. Resiko pola napas tidak efektif b. Gangguan pertukaran gas 3 Circulation a. Kurang volume cairan b. Gangguan perfusi jaringan

Perencanaan
1. Airway Airway harus dijaga dengan baik pada penderita tidak sadar. Jaw thrust atau chin lift dapat dipakai pada beberapa kasus, pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nasopharyngeal airway. Bila penderita tidk sadar dan tidak ada reflex bertahan (gag reflex) dapat dipakai oropharingeal airway (Guedel).

Kontrol jalan napas pada penderita airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrachealm, baik oral maupun nasal. Surgieal airway (erico-thyroidotomy) dapat dilakukan biloa intubasi endotracheal tidak mungkin karena kontra indikasi atau karena masalah mekanis.

2. Breathing Adanya tension pneumothoraks mengganggu ventilasi dan bila dicurigai, harus segera dilakukan kompresi (tusuk dengan jarum besar, disusul WSD) setiap penderita trauma diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya oksigen diberikan dengan fase-mask.

3. Circulation (dengan kontrol perdarahan) Bila ada gangguan sirkulasi hrus dipasang sedikitnya 2 jalur (IV line). Kateter IV yang dipakai harus berukuran besar. Pada awalnya sebaiknya menggunakan vena pada lengan. Jenis IV line lain, vena seksi, atau vena sentralis tergantung dari kemampuan petugas yang melayani. Sok pada penderita trauma umumnya disebabkan hipovolemia.

Pada saat datang penderita di infuse cepat dengan 1,5 2 liter cairan kristaloid, sebaiknya ringer laktat. Bila tidak ada respon dengan pemberian bolus kristaloid tadi, diberikan darah segolongan (type specific). Bila tidak ada darah segolongan dapat diberikan darah tipe O Rhesus negative, atau tipe O Rh positip liter rendah.

You might also like