You are on page 1of 7

COMBINATION STRATEGY

Strategi kombinasi (Combination strategy) adalah merupakan kombinasi antara stabilitas, perluasan, dan penciutan, merupakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan bila keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai strategi besar sadar pada waktu sama (secara simultan) dalam berbagai unit bisnis perusahaan (Sulastri 2011). Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.

A. COORPORATIVE STRATEGY
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi. 1. JOINT VENTURE Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi, kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan penawaran bersama agar dapat memenangkan suatu tender. JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara global,

serta untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi. Strategi ini begitu populer di kelompok industri yang bersifat padat modal (intensive capital) dan penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer. Berbagai kisah di balik strategi Microsoft memasuki pasar Cina merupakan contoh penerapan strategi JV. Di bidang media adalah hadirnya Harian Surya di Surabaya sebagai hasil JV antara Kompas dan Pos Kota. 2. JOINT OPERATION Bentuk joint operation adalah merupakan perkumpulan dua badan atau lebih yang bergabung untuk menyelesaikan suatu proyek, penggabungan ini bersifat sementara sampai proyek tersebut selesai. Bentuk penggabungan demikian bukanlah merupakan subyek dari pengenaan PPh Badan, namun pengenaan PPh Badan tetap dikenakan atas penghasilan yang diperoleh pada masing-masing badan yang bergabung tersebut sesuai dengan porsi/bagian pekerjaan atau penghasilan yang diterimanya. Pemberian NPWP terhadap joint operation adalah semata-mata untuk keperluan pemungutan dan pemotongan PPh Pasal 21, Pasal 23/26 dan PPN. Dalam rangka menentukan dan memperhitungkan besarnya PPh yang terhutang untuk Badan-badan tersebut, pembukuan yang terpisah dari masing-masing Badan yang bergabung dalam joint operation dapat dilakukan. Ketentuan ini juga mencakup dan berlaku bagi penghasilan yang diterima dari proyek bantuan luar negeri. 3. ALIIANCE Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manifaktur, pendanaan projek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi. Dengan aliansi, perusahaan dapat saling berbagi kemampuan transfer

teknologi, risiko, dan pendanaan. Aliansi strategis terkait pula dengan konsep seperti koalisi internasional, jaringan strategis, joint venture. Keuntungan Aliansi Strategis Aliansi strategis memungkinkan korporasi meningkatkan keunggulan bersaing bisnisnya melalui akses kepada sumber daya partner atau rekanan. Akses ini dapat mencakup pasar, teknologi, kapital dan sumber daya manusia. Pembentukan team dengan korporasi lain akan menambahkan sumber dya dan kapabilitas yang saling melengkapi (komplementer), sehingga korporasi mampu untuk tumbuh dan memperluas secara lebih cepat dan efisien. Khususny pada korporasi yang tumbuh dengan pesat, relatif akan berat untuk memperluas sumber daya teknis dan operasional. Dalam proses, korporasi membutuhkan penghematan waktu dan peningkatan produktivitas dengan tanpa mengembangkan secara individual; hal ini agar korporasi dapat tetap fokus pada inovasi dan bisnis inti organisasi. Korporasi yang tumbuh pesat dipastikan harus melakukan aliansi strategis untuk memperoleh benefit dari saluran distribusi, pemasaran, reputasi merek dari para pemain bisnis yang lebih baik. Dengan melakukan aliansi strategis, beberapa keuntungan yang didapat adalah : 1. Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan kapabilitasnya. 2. Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk memperluas akses pasar. 3. Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi dapat hidup.

Penggunaan Aliansi Strategis


Aliansi strategis pada umumnya digunakan perusahaan untuk : Mengurangi biaya melalui skala ekonomi atau pengingkatan pengetahuan Meningkatkan akses pada teknologi baru Melakukan perbaikan posisi terhadap pesaingMemasuki pasar baru Mengurangi waktu siklus produk Memperbaiki usaha-usaha riset dan pengembangan Memperbaiki kualitas

Perencanaan Aliansi yang Berhasil Sebelum korporasi melakukan aliansi strategi, secara internal korporasi harus melakukan beberapa persiapan. Hal ini dilakukan agar aliansi yang dijalankan dapat berhasil dengan sukses. Pemikiran yang mendalam tentang struktur dan rincian bagaimana aliansi akan dikelola perlu mempertimbangkan hal berikut dalam

perencanaan proses aliansi. Korporasi terlebih dahulu mendefinisikan outcome yang diharapkan melalui hubungan aliansi strategis, selain juga menentukan elemenelemen apa saja yang dapat disediakan oleh masing-masing pihak dan keuntungan yang akan diperoleh. Korporasi juga perlu terlebih dahulu melakukan proteksi atas berbagai hak kekayaan intelektual melalui beberapa kesepakatan dan perjanjian legal agar tidak terjadi proses transer pengetahuan yang merugikan. Korporasi juga harus sejak awal menentukan pada layanan atau produk apa yang akan dijalankan. Untuk keberhasilan pengoperasian layanan ataupun produk, korporasi perlu mengkaji sejauh mana terdapat kompatibilitas budaya perusahaan agar terciptas tingkat kepercayaan yang baik. Setelah beberapa kajian tersebut dilakukan, sesungguhnya proses pembentukan aliansi strategis adalah melalui tahapan berikut:
1. Pengembangan Strategi. Pada tahap ini akan dilakukan kajian tentang kelayakan aliansi, sasaran dan rasionalisasi, pemilihan fokus isu yang utama dan menantang, pengembangan sumberdaya strategi untuk mendukung produksi, teknologi, dan sumber daya manusia. Pada tahapan ini dilakukan penyesuaian sasaran dengan strategi keseluruhan perusahaan/ korporasi. 2. Penilaian Rekanan. Pada tahap ini dilakukan analisis potensi rekan yang akan dilibatkan, baik kekuatan maupun kelemahan, penciptaan strategi untuk mengakomodasi semua gaya manajemen rekanan, menyiapkan kriteria pemilihan rekanan, memahami motivasi rekanan dalam membangun aliansi dan memperjelas gap kapabilitas sumber daya yang mungkin akan dikeluarkan oleh rekanan. 3. Negosiasi Kontrak. Tahap ini mencakup penentuan apakah semua pihak memiliki sasaran yang realistik, pembentukan team negosiasi, pendefinisian kontribusi masingmasing pihak dan pengakuan atas proteksi informasi penting, pasal-pasal terkait pemutusan hubungan, hukuman/ penalti untuk kinerja yang buruk, dan prosedur yang jelas dan dapat dipahami dalam interaksi. 4. Operasionalisasi Aliansi. Operasionalisasi aliansi mencakup penegasan komitmen manajemen senior masing-masing pihak, penentuan sumber daya yang digunakan untuk aliansi, menghubungkan dan menyesuaian anggaran dan sumberdaya dengan prioritas strategis, penegasan kinerja dan hasil dari aktivitas aliansi. 5. Pemutusan Aliansi. Aliansi dapat dihentikan dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Pada umumnya ketika sasaran tidak tercapai, atau ketika partner melakukan perubahan prioritas strategis, atau melaukan realokasi sumberdaya ke tempat yang berbeda Tipe Aliansi Strategis Ada empat tipe aliansi strategi, yaitu joint venture, equity strategic alliance, non-equity strategic alliance, dan global strategic alliances.

1. Joint venture adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan menciptakan perusahaan yang independen dan legal untuk saling berbagi sumber daya dan akapabilitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing. 2. Equity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan memiliki persentase kepemilikan yang dapat berbeda dalam perusahaan yang dibentuk bersama namun mengkombinasikan semua sumber daya dan kapabilitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing. 3. Nonequity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan memiliki hubungan kontraktual untuk menggunakan sebagian sumber daya dan kapabilitas unik untuk mengembangkan keunggulan bersaing. 4. Global Strategic Alliances adalah kerjasama secara partnerships antara dua atau lebih perusahaan lintas negara dan lintas industri. Terkadang alinasi ini dibentuk antara korporasi (atau beberapa korporasi) dengan pemerintah asing. 4. COLLABORATION Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005). Syarat utama dalam kolaborasi adalah kesadaran untuk meyakini bahwa setiap orang dalam kolaborasi adalah bagian dari entitas yang bekerja bersama untuk satu tujuan organisasi. Di sini, setiap individu yang terlibat dalam kolaborasi harus memiliki motivasi diri yang kuat, dan mendorong diri masing-masing untuk terlibat dalam ritme kerja kolaboratif, serta selalu proaktif dalam konsensus pemecahan masalah. Iklim dan ritme kolaboratif membutuhkan karakter kerja individu yang selalu siap berpartisipasi dalam kolaborasi, dan mengharapkan orang lain untuk berpartisipasi. Dan setiap individu harus cerdas bernegosiasi, saling berkontribusi dalam kerja sama, untuk menemukan titik tengah dari solusi yang diinginkan. Hubungan timbal balik yang adil dan terbuka merupakan dasar untuk menghasilkan iklim kolaboratif yang efektif dan efisien untuk kepentingan organisasi. Setiap kepentingan dalam kolaborasi harus terlibat secara proaktif, tidak boleh hanya menunggu dan melihat hal-hal terjadi tanpa partisipasi, serta memotivasi diri sendiri untuk berpikir dan mempertimbangkan alternatif terbaik, agar dapat memberikan kontribusi sesuai harapan. Kolaborasi merupakan kemampuan untuk eksis dalam realitas kebersamaan. Realitas kebersamaan akan sukses bila setiap orang didasarkan pada nilai-nilai diri sendiri. Dan tidak

boleh ada pihak yang menganggap dirinya paling benar dan paling pintar. Sebab, bila Ada yang menganggap paling benar atau paling pintar, maka keharmonisan dalam kolaboratif akan hilang, dan digantikan konflik yang sulit dipadamkan. Oleh karena itu, dalam rangka membangun kepercayaan dengan orang lain, Anda harus tahu nilai-nilai Anda sendiri, keyakinan, dan motivasi Anda untuk berada dalam iklim kolaboratif yang harmonis. Keragaman dan perbedaan adalah sesuatu yang abadi dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam iklim kolaboratif tidak boleh ada niat atau upaya untuk menyeragamkan keragaman. Jadilah pembelajar untuk menghargai dan mengelola kelompok yang beragam. Perbedaan adalah aset penting untuk proses kolaboratif yang efektif. Bila terjadi konflik oleh perbedaan, maka tampillah untuk resolusi konflik yang konstruktif. Dalam lingkungan kolaboratif, konflik dipandang sebagai kesempatan untuk memperdalam pemahaman dan kesepakatan. Oleh karena itu, gunakan kekuatan Anda untuk menciptakan win-win situasi. Pembagian kekuasaan dan pengakuan atas dasar kekuatan diri sendiri adalah bagian dari kolaborasi yang efektif. Kolaborasi yang efektif terwujud dari berbagai proses pendewasaan atas komunikasi, kerjasama, ketulusan, keikhlasan, dan fleksibilitas. Mengakui bahwa kolaborasi adalah sebuah perjalanan. Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk kolaborasi yang efektif membutuhkan waktu dan praktek. Resolusi konflik, keunggulan komunikasi, penyelidikan apresiatif, dan pengetahuan tentang proses kelompok dalam keterampilan belajar di sepanjang proses kolaboratif. Menghargai kerja sama yang dapat terjadi secara spontan. Jadi, kolaborasi adalah suatu kondisi yang secara otomatis akan saling berkontribusi secara spontan jika faktor-faktor seperti komunikasi, kerjasama, ketulusan, keikhlasan, fleksibilitas, resolusi konflik, penghormatan terhadap perbedaan dan keragaman telah benar-benar sempurna pada tempatnya. Kolaborasi bukanlah sebuah peristiwa tunggal yang terhenti di satu titik persoalan. Tetapi, kolaborasi merupakan sebuah proses belajar dari keberhasilan dan kegagalan kolaboratif itu sendiri. Dan mendorong setiap orang untuk menjadi bagian dari tim eksklusif, yang bisa menjadi yang terbaik, dalam kreatifitas dan inovasi kerja. Jadilah reflektif. Bersedia untuk mencari umpan balik dan mengakui kesalahan untuk perbaikan terus menerus. Kolaborasi adalah salah satu keterampilan yang paling dibutuhkan di tempat kerja saat ini, dan ada kebutuhan bagi semua pemangku kepentingan untuk belajar keterampilan ini. Kolaborasi bukanlah obat mujarab, jadi pahami kapan harus menerapkan kolaborasi dan kapan tidak dibutuhkan kolaborasi untuk sebuah tindakan atau keputusan. Sedangkan pengelolaan kolaboratif menurut IUCNWorld Conservation Union dalam Resolusinya 1.42 Tahun 1996 adalah kemitraan antara lembaga pemerintah, komunitas lokal dan pengguna sumber daya, lembaga non-pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya dalam bernegosiasi dan menentukan kerangka kerja yang tepat tentang kewenangan dan tanggungjawab untuk mengelola daerah spesifik atau sumber daya. (IUCN, 1997)

Dalam khasanah ke-Indonesiaan atau istilah Mantan Presiden Soekarno, padanan sebutan pengelolaan kolaboratif dapat juga disebut pengelolaan bergotong-royong. Dalam Kamus Umum Indonesia (1993), WJS Poerwadarminta, gotong-royong diartikan bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu) untuk membuat sesuatu. Di Indonesia kebijakan dan peraturan yang memberikan definisi tentang pengelolaan kolaboratif terdapat pada Peraturan menteri kehutanan No P19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam(KPA) dimana Kolaborasi diartikan sebagai pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektifitas pengelolaan KSA dan KPA secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian pengelolaan kolaboratif (collaborative management) bisa juga disetarakan dengan pengelolaan kooperatif (cooperative management), round-table management, share management, pengelolaan bersama (joint management) atau pengelolaan multi-pihak (multistakeholder management). Pengertian Pengelolaan Kolaboratif pertama digagas, dilegalkan dan diterapkan oleh Judge Boldt pada tahun 1974 dalam pengelolaan ikan salmon antara masyarakat pribumi dengan aparat pemerintah di sebelah barat Washington (Bruce Currie-Alder, 2001).

Sumber
Sulastri (2011). "Manajemen strategis." from http://www.scribd.com/doc/37996334/ManajemenStrategis-Ringkas. Aditya (2011). "Aliances" from http://blog.ub.ac.id/adityascania/2011/03/14/alliances/ Setiawan Tirta Wijaya (2012) "Strategi Korporasi" from http://konsultanseojakarta.com/strategikorporasi.php

You might also like