You are on page 1of 35

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN INOKULASI MIKROBA

Disusun oleh: Faisal Pandu Laksmana 230110110060 Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul Pengenalan Peralatan Praktikum dapat terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka bumi. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 2. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 3. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk pengembangan ilmu dan teknologi perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012 Faisal Pandu Laksmana

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Hasil Praktikum Daftar Gambar MATERI
I. Pendahuluan II. Tujuan Praktikum III. Landasan Teori IV. Peralatan dan Bahan V. Prosedur Kerja VI. Hasil dan Pembahasan VII. Pendalaman

i ii 6 iii

1 1 1 3 4 5 6 7

DAFTAR PUSTAKA

ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Cawan petri empat kuadran Gambar 2. Metode gores Gambar 3. Metode tusuk Gambar 4. Hasil inokulasi pada medium agar lempeng Gambar 5. Hasil inokulasi pada medium agar tegak 4 4 5 5 6

iii

INOKULASI MIKROBA I. Pendahuluan Mikroba berukuran sangat kecil sehingga sulit untuk diamati tanpa menggunakan peralatan bantu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempelajari mikroba adalah dengan melakukan inokulasi mikroba tersebut. Inokulasi adalah penanaman mikroba dalam media buatan. Bila proses inokulasi dilakukan secara benar, mikroba akan tumbuh dan berkembang sehingga mudah untuk diamati. Selain untuk mempelajari mikroba, inokulasi juga berperan dalam peremajaan maupun perbanyakan mikroba. Keberhasilan inokulasi berpengaruh positif terhadap koleksi mikroba maupun pemanfaatan mikroba. Inokulasi mikroba dapat dilakukan pada media kaldu atau media padat. Inokulasi mikroba dengan media padat dapat dilakukan pada agar miring, tegak dan lempeng. Pada media agar lempeng, proses inokulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode gores (streak method), tuang (pour plate) dan hapus (swab method). Pemilihan dan penentuan media inokulasi yang akan digunakan tergantung dari tujuan inokulasi itu sendiri. Untuk kebutuhan produksi digunakan media kaldu sebagai media inokulasi, sedangkan untuk tujuan peremajaan atau identifikasi mikroba digunakan media padat. II. Tujuan Praktikum Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, semua praktikan diharapkan dapat memahami dan memiliki kemampuan untuk melakukan proses inokulasi mikroba. III. Landasan Teori Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :

1. Menyiapkan ruangan Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet. 2. Pemindahan dengan dengan pipet Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni. 3. Pemindahan dengan kawat inokulasi Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala. 2.2 Teknik Inokulasi Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme yaitu: 2.2.1 Metode gores Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garisgaris goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada

masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan. 2.2.2 Metode tebar Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah. 2.2.3 Metode tuang Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997). 2.2.4 Metode tusuk Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997).

IV.

Peralatan dan Bahan Dalam praktikum inokulasi mikroba diperlukan perlatan dan bahan utama sebagai

berikut: 4.1. Peralatan Adapun peralatan utama yang dibutuhkan dalam proses inokulasi mikroba antara lain adalah : a) Tabung Reaksi, sebagai medium agar b) Cawan Petri, sebagai medium pertumbuhan mikroba c) Ose, untuk mengambil mikroba yang akan diinokulasi d) Lampu Bunsen, untuk menjaga kesterilan selama proses inokulasi berlangsung e) Inkubator, untuk menjaga suhu dan kelembaban medium pertumbuhan mikroba

4.2. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam proses inokulasi mikroba adalah kultur mikroba dan media kultur.

V.

Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah sebagai berikut : 1)Siapkan satu tabung reaksi berisi media agar tegak dan dua buah cawan petri yang telah berisi media kultur agar steril 2)Gunakan spidol untuk membagi cawan petri menjadi empat kuadran dengan cara menulis di bagian bawah cawan petri.

Gambar 1. Cawan petri empat kuadran


3) Sediakan biakan Lactobacillus spp. dan Acetobacter xylinum yang diperoleh dari

kegiatan praktikum sebelumnya. 4)Lakukan inokulasi biakan mikroba pada kuadaran tersebut dengan menggunakan metode gores. Setiap mahasiswa melakukan inokulasi pada satu kuadran.

Gambar 2. Metode gores

5)Lakukan inokulasi pada media agar miring dan agar tegak, menggunakan ose yang telah disterilisasi.

Gambar 3. Metode Tusuk

VI.

Hasil dan Pembahasan VI.1. Hasil Data yang telah diperoleh selama kegiatan praktikum inokulasi disajikan dalam table

berikut ini. Jenis Mikroba : Acetobacter Xylinum Media Inokulasi Media Agar Lempeng Dokumentasi Deskripsi Dari hasil inokulasi dengan metode agar lempeng; pada petridish ditemukan kontaminan jamur, petridish dan yang yang pertama banyaknya tumbuh pada kedua

sedangkan

ditemukannya mikroba pada mikroba yang petridish

kontaminan diharapkan pertama banyak

namun tidak tumbuh jamur, tumbuh sangat sedikit tetapi ditemukan lebih

dibandingkan
5

dengan petridish yang kedua

Gambar 4. Medium agar lempeng Media Agar Tegak Dari hasil inokulasi dengan metode agar tegak, mikroba yang diharapkan yang tumbuh banyak sedikit dan hanya ada pada permukaan kontaminan Gambar 5. Media Agar Tegak serta tidak ada ditemukannya

VI.2.

Pembahasan Praktikum ini adalah melakukan inokulasi mikroba pada media agar. Media agar

yang digunakan adalah media agar lempeng dan agar tegak masing-masing dengan metode gores dan metode tusuk. Dari hasil inokulasi mikroba yang kami lakukan, menunjukkan adanya kontaminasi terhadap hasil percobaan. Kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa faktor: a) Dari starter yang kami dapatkan terdapat bakteri kontaminan, b) pada saat proses inokulasi pada medium agar dilakukan praktikan ataupun cara melakukan inokulasi itu sendiri tidak steril (tangan praktikan dan meja kerja tidak disemprotkan alkohol terlebih dahulu serta pada saat inokulasi dilakukan kurang dekat dengan Bunsen), c) pada alat inkubasi itu sendiri keadaannya tidak steril/terdapat bakteri kontaminan

VII. Pendalaman 1) Jenis mikroba apa saja (bakteri, jamur atau kamir/ragi) yang tumbuh pada media kultur saudara ? Jelaskan mengapa saudara berkesimpulan demikian. Jawab: Jenis bakterinya adalah Acetobacter xylinum. Karena kelompok kami menggunakan starter nanas yang mana starter nanas secara alami menghasilkan bakteri Acetobacter xylinum. Lalu kontaminan yang tumbuh merupakan kesalahan praktikan, karena praktikan tidak memperhatikan tentang kesterilan alat-alat praktikum.

2)

Apakah pada media kultur tersebut mungkin tumbuh virus? Jelaskan jawaban

saudara. Jawab: Ya, karena banyak kontaminan yang terdapat pada hasil praktikum kami dan mungkin salah satunya adalah virus.

3)

Jelaskan mengapa terjadi kondisi seperti dijelaskan pada jawaban pertanyaan

nomor 1 Jawab: Pada saat melakukan praktikum mungkin terjadi kesalahan prosedur serta kurangnya perhatian terhadap ketelitian pengamatan media kultur.

4)

Jelaskan tujuan utama inokulasi mikroba pada media agar tegak, agar miring dan

agar lempeng. Jawab: Tujuannya yaitu untuk mengetahui pertumbuhan mikroba pada masing-masing media dengan metode yang berbeda. Karena pada media agar tegak menggunakan metode tusuk diharapkan mikroba dapat tumbuh pada bagian yang telah ditusuk, pada media agar miring menggunakan metode gores untuk pertumbuhan mikroba, sedangkan pada media agar lempeng menggunakan metode gores dengan terlebih dahulu membagi petridish menjadi 4 kuadran dan setiap goresan harus saling terhubung antara goresan satu dengan yang lainnya.
7

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed.. AIFST (NSW Branch).Australia. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta. Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN PEMBUATAN NATA

Disusun oleh: Faisal Pandu Laksmana 230110110060 Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul Pengenalan Peralatan Praktikum dapat terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka bumi. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 4. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 5. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 6. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk pengembangan ilmu dan teknologi perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012 Faisal Pandu Laksmana

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar MATERI


I. Pendahuluan II. Tujuan Praktikum III. Landasan Teori IV. Peralatan dan Bahan V. Prosedur Kerja VI. Hasil dan Pembahasan VII. Pendalaman

i ii iii iv

1 1 1 3 3 4 5 7

DAFTAR PUSTAKA

ii

PEMBUATAN NATA I. Pendahuluan Meningkatnya kesejahteraan menjadikan masyarakat mulai melihat makanan bukan sekedar menghilangkan rasa lapar, tetapi sudah dikaitkan dengan kesehatan. Nata disebut sebagai makanan yang menyehatkan karena mengandung serat dalam jumlah besar. Keberadaan serat dalam makanan dapat membentu proses pencernaan makanan. Manusia membutuhkan serat untuk meningkatkan metabolisme makanan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan. Nata merupakan produk pangan kaya serar, berwujud padat, berwarna putih transparan dan bertekstur kenyal dengan kandungan air sekitar 98 persen. Proses pembentukan nata berlangsung selama fermentasi karbohidrat, dimana akan terbentuk lapisan selulosa. Selulosa merupakan produk hasil perombakan karbohidrat oleh Acetobacter xylinum selama fermentasi. II. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada praktikan mengenai teknologi pembuatan nata menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. III. Landasan Teori Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004). Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan nata de coco. Dari tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas di Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu di dunia penghasil nata. Nat de coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang (Warisno, 2006).

Nata de coco merupakan produk makanan yang dihasilkan dari air kelapa yang mengalami proses fermentasi dengan melibatkan bakteri Acetobacter xylinum, sehingga membentuk kumpulan biomassa yang terdiri dari selulosa dan memiliki bentuk padat, berwarna putih seperti kolang-kaling sehingga sering dikenal sebagai kolang-kaling imitasi. (diakses dari http://jatim.litbang.deptan.go.id/) Pemberian nama untuk nata tergantung dari bahan baku yang digunakan. Nata de pinna untuk yang berasal dari nanas, nata de tomato untuk tomat, serta nata de soya yang dibuat dari limbah tahu (diakses dari http://www.kompas.com/). Kandungan Gizi Nata Menurut penelitian dari Balai Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI, di dalam 100 gram nata de coco terkandung nutrisi, antara lain : kalori 146 kal; lemak 20 g; karbohidrat 36,1 mg; Ca 12 mg; Fosfor 2 mg; dan Fe 0,5 mg. Nata juga mengandung air yang cukup banyak (sekitar 80%), namun tetap dapat disimpan lama (diakses dari http://jatim.litbang.deptan.go.id). Kandungan gizi nata yang dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen air, 0,2 persen lemak, 12 mg kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, vitamin B1, protein, serta hanya 0,01 mikrogram riboflavin per 100 gramnya. Beberapa tindakan fortifikasi dengan vitamin (niasin, riboflavin, vitamin B1, dan vitamin C) dan mineral (kalsium dan fosfor), telah dilakukan untuk meningkatkan nilai gizinya. Bahan-bahan tambahan ini stabil pada suhu kamar selama 11 bulan atau lebih. Karena kandungan gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk dimakan oleh siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk, sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Keunggulan lain dari nata de coco adalah kandungan serat (dietary fiber)-nya yang cukup tinggi, terutama selulosa. Tanpa adanya serat dalam makanan, kita akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi (susah buang air besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar, radang apendiks, kencing manis, jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan adanya serat dari nata de coco atau bahan pangan lainnya, proses buang air besar menjadi teratur dan berbagai penyakit tersebut dapat dihindari. Walaupun nata de coco rendah kandungan gizinya, cara mengonsumsi yang salah dapat menyebabkan kita menjadi gemuk. Proses menjadi gemuk tersebut tidak disebabkan oleh nata de coco itu sendiri. Penyebabnya adalah sirup yang terlalu manis
2

atau bahan pencampur lainnya. Oleh karena itu, hindari mengonsumsi nata de coco dengan campuran sirup yang terlalu manis atau bahan-bahan lain yang kaya kalori (diakses dari http://www.kompas.com/). IV. Peralatan dan Bahan Adapun peralatan utama yang digunakan dalam pembuatan nata antara lain adalah : 1) Kompor gas, digunakan untuk memanaskan air cucian beras 2) Panci, digunakan sebagai wadah perebusan air cucian berasa 3) Saringan, digunakan untuk menyaring air cucian beras yang telah direbus 4) Wadah plastik, digunakan sebagai wadah air cucian beras yang telah direbus 4.2. Bahan Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan nata antara lain adalah : 1) Air cucian beras, sebagai media tumbuh mikroba A. xylinum 2) Gula, sebagai bahan tumbuh mikroba A. xylinum 3) Cuka, 4) Starter berisi mikroba A. xylinum. V. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan dari kelompok 4 s/d 8 dalam pembuatan nata adalah sebagai berikut : 5.1. Penyiapan Air cucian beras Untuk menyiapkan air cucian beras yang akan digunakan sebagai media produksi nata, lakukan tahapan sebagai berikut : 1) Saring air cucian beras. Lakukan perebusan sampai mendidih. 2) Tuang air cucian beras ke dalam wadah plastik hingga mencapai ketinggian 3 cm. 3) Tambahkan gula sebanyak 5 persen 4) Tambahkan satu sendok teh cuka 5) Aduk sampai rata.

4.1. Peralatan

5.2. Fermentasi Nata Untuk melakukan fermentasi media produksi nata, lakukan tahapan sebagai berikut : 1) Setelah air cucian beras dalam wadah plastik menjadi dingin, lakukan penambahan starter sebanyak 20 persen volume air cucian beras. 2) Tutup wadah plastik dengan menggunakan kertas coklat 3) Ikat dengan menggunakan karet atau benang dan biarkan selama seminggu

VI.

Hasil dan Pembahasan VI.1. Hasil

Setelah difermentasi selama seminggu, lakukan pengamatan terhadap ketebalan nata dan lakukan penimbangan bobot nata yang telah ditiriskan. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel berikut : Kelompok 4 Perlakuan
Ekstrak nenas + gula 60 %

Nata Tebal (mm) Tebal lapisan atas : - (tidak ada lapisan atasnya) Tebal lapisan Tengah : 20 Tebal lapisan bawah : 10 Tebal lapisan atas : 1 Tebal lapisan Tengah : 22 Tebal lapisan bawah : 8 Tebal lapisan atas : 2 Tebal lapisan Tengah : 24,5 Tebal lapisan bawah : 9 Tebal lapisan atas : 2 Tebal lapisan Tengah : 23 Bobot (gram) 181

Ekstrak nenas + gula 50 %

269

Ekstrak nenas + gula 40 %

334

Ekstrak nenas + gula 30 %

175

Air Kelapa

Tebal lapisan bawah : 10 Tebal lapisan atas : 2 Tebal lapisan Tengah : 21 Tebal lapisan bawah : 11

161

VI.2.

Pembahasan

Dari hasil kajian pustaka dapat dilihat bahwa nenas dapat djadikan bahan dasar (baku) pembuatan nata . syarat bahan yang dapat dibuat nata, yaitu mengandung glukosa 10-15% sehingga bakteri yang ditambahkan dapat tumbuh dengan baik .Buah nanas memiliki persyaratan tersebut sehingga ekstrak buah nanas dapat dijadikan media tumbuhnya bakteri Acetobacter xylinum. Dari hasil kelompok kami (kelompok 4) tidak terdapat adanya lapisan putih di bagian atas media agar. Hal ini terjadi karena larutan gula yang kami tambahkan terlalu tinggi (60%). Ini mengakibatkan mikroba yang diharapkan menjadi semakin sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang berbeda setiap kelompoknya. Ini terlihat dari adanya lapisan-lapisan yang tumbuh pada media agar, baik lapisan atas, tengah maupun bawah. Larutan gula yang lebih sedikit pada kelompok lain menghasilkan lapisan-lapisan mikroba yang tumbuh lebih banyak dibandingkan dengan hasil yang kami peroleh serta bobot dari nata nya itu sendiri lebih besar.

VII. Pendalaman 1. Apakah semua starter yang digunakan berhasil menghasilkan nata? Jelaskan. Jawab: Berhasil dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda, ditandai dengan ada lapisan putih yang disebut nata

2. Berdasarkan data inokulasi mikroba, dapatkan saudara mengaitkannya dengan produksi nata dan menyimpulkannya? Jawab: jenis starter dan perlakuan yang berbeda akan menghasilkan nata yang berbeda pula baik ketebalannya maupun jumlah mikroba yang tumbuhnya. 3. Apakah perbedaan starter yang digunakan dalam pembuatan nata berpengaruh terhadap produk nata yang dihasilkan. Jawab: Berpengaruh terhadap cepat lambatnya terbentuknya nata, karena setiap starter memiliki karakteristik yang berbeda, jika karakter tersebut sesuai dengan keadaan optimum pertumbuhan bakteri, maka pembentukan nata pun akan berlangsung dengan cepat.

4. Bardasarkan hasil pengamatan, starter mana yang mampu memberikan hasil nata paling baik. Jelaskan mengapa demikian. Jawab: Starter nanas dilihat dari pengamatan semua kelompok, nata dari starter nanas terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan starter air kelapa. Karena starter nanas memiliki pH yang asam dan cocok untuk pertumbuhan optimum bakteri Acetobacter xylinum.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed.. AIFST (NSW Branch).Australia. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta. Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

http://jatim.litbang.deptan.go.id/ diakses pada 29 November 2012 http://www.kompas.com/ diakses pada 29 November 2012

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN MIKROBA ANTAGONIS

Disusun oleh: Faisal Pandu Laksmana 230110110060 Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul Pengenalan Peralatan Praktikum dapat terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka bumi. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 7. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 8. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan 9. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk pengembangan ilmu dan teknologi perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012 Faisal Pandu Laksmana

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Hasil Praktikum MATERI


I. Pendahuluan II. Tujuan Praktikum III. Landasan Teori IV. Peralatan dan Bahan V. Prosedur Kerja VI. Hasil dan Pembahasan VII. Pendalaman

i ii 4

1 1 1 3 3 4 5

DAFTAR PUSTAKA

ii

MIKROBA ANTAGONIS I. Pendahuluan Penambahan garam pada campuran air dan kubis akan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi bakteri fermentasi untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri yang berkembang selama proses fermentasi kubis mampu memproduksi asam laktat, sehingga pH media menjadi rendah (asam). Konsentrasi garam yang berbeda akan menghasilkan kondisi lingkungan fermentasi berbeda sehingga populasi bakteri yang tumbuh juga berbeda. Media hasil fermentasi kubis mengandung bakteri yang bersifat antagonis terhadap bakteri pembusuk. Penggunaan bakteri sebagai media untuk mengawetkan hasil perikanan sudah memperlihatkan hasil menggembirakan. Ikan segar akan mengalami proses pembusukan setelah 5-7 hari penyimpanan pada suhu rendah, sedangkan ikan yang direndam dalam media hasil fermentasi mampu bertahan hingga 14 hari. Mekanisme pengawet dari media hasil fermentasi kubis terhadap ikan dapat terjadi dalam dua cara, yaitu karena aktivitas mikroba fermentasi atau produk metabolit mikroba fermentasi. Aktivitas mikroba fermentasi adalah merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana. Adapun produk metabolit yang dihasilkan mikroba dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan pertumbhan mikroba pembusuk dan patogen. II. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada praktikan mengenai teknologi pengawetan ikan menggunakan bakteri antagonis. III. Landasan Teori Mikroba antagonis adalah mikroba yang memiliki sifat berlawanan dengan mikroba merugikan, seperti mikroba patogen dan pembusuk. Dengan sifat demikian, mikroba antagonis telah digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Banyak manfaat telah diperoleh, baik untuk kesehatan, menghambat aktivitas penyakit atau menghambat proses pembusukan. berbagai upaya telah dikembangkan untuk mengembangkan dan memanfaatkan mikroba antagonis. Keberadaan bakteri pembusuk pada produk hasil perikanan banyak menimbulkan kerugian. Salah satu penyebab kebusukan hasil perikanan diakibatkan oleh aktivitas mikroba pembusuk. Mikroba ini sudah ada sejak ikan masih hidup, namun baru terlihat
1

aktivitasnya saat ikan dipanen atau ditangkap. Mikroba utama penyebab kebusukan hasil perikanan adalah Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium, Coryneform dan Micrococcus. Sekitar 20 persen produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan karena menjadi busuk. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghambat aktivitas bakteri pembusuk pada produk perikanan sudah dilakukan. Aktivitas mikroba pembusuk dapat dihambat dengan mengendalikan kondisi lingkungan tempat hidup mikroba pembusuk. Penurunan suhu dan kelembaban, penurunan Aw, atau pengaturan komposisi udara dapat menghambat aktivitas mikroba pembusuk. Penggunaan suhu rendah berhasil mengatasi gangguan bakteri pembusuk, demikian pula dengan penggunaan teknik radiasi. Namun kedua teknik ini relatif sulit diterapkan dimasyarakat kerena membutuhkan teknologi dan biaya besar. Sedangkan peningkatan suhu, penambahan senyawa kimia tertentu, penurunan pH atau dehidrasi dapat membunuh mikroba pembusuk. Penggunaan bahan kimia yang selama ini dilakukan untuk menghambat aktivitas bakteri pembusuk telah menimbulkan dampak negatif sehingga penggunaannya mulai dikurangi. Lebih parah lagi bila bahan kimia yang digunakan bukan bahan kimia untuk pangan, misalnya pestisida dan formalin. Kedua bahan kimia ini sudah digunakan secara ilegal untuk mengawetkan hasil perikanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keberadaan bakteri pembusuk adalah menggunakan bakteri antagonis. Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki sifat berlawanan dengan bakteri pembusuk, patogen atau yang tidak diharapkan. Bakteri antagonis sering disebut sebagai bakteri menguntungkan, karena dapat digunakan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas bakteri pembusuk yang merugikan. Mikroba antagonis yang digunakan tidak menimbulkan bahaya apabila dikonsumsi. Sedikitnya ada 40 genus mikroba antagonis yang aman untuk dikonsumsi. Jenis mikroba yang paling banyak digunakan untuk memperpanjang masa simpan hasil perikanan adalah Lactobacillus plantarum. Bakteri ini termasuk kedalam keluarga Bakteri Asam Laktat (BAL) paling kuat diantara saudara-saudaranya, sehingga banyak digunakan sebagai pengawet. Penggunaan bakteri antagonis sebagai mikroba pengawet sangat mudah. Bakteri ini dapat diperoleh dalam bentuk biakan murni atau diproduksi secara sederhana. Asinan sawi, asinan kubis, atau acar mentimun adalah sumber bakteri asam laktat. Produk tersebut sudah biasa dibuat oleh masyarakat Indonesia. Pengetahuan mengenai
2

penggunaan bakteri antagonis berdasarkan prinsip fermentasi. Fermentasi mampu menghentikan proses pembusukan hasil perikanan dengan cara mengendalikan populasi mikroba pembusuk. Mekanisme bakteri antagonis dalam menghambat aktivitas bakteri pembusuk cukup menarik untuk diteliti. Ada tiga mekanisme yang digunakan oleh bakteri antagonis untuk mencegah bakteri merugikan. Pertama, menimbulkan persaingan makanan sedemikian rupa sehingga bakteri pembusuk sulit mendapatkan makanan; kedua, menurunkan pH lingkungan sehingga aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan menjadi tidak dapat bertahan hidup; dan ketiga, menghasilkan produk metabolit yang bersifat racun bagi bakteri bakteri merugikan. Penambahan mikroba antagonis dapat dilakukan pada hasil perikanan segar maupun olahannya. Penambahan mikroba antagonis pada filet nila dapat memperpanjang masa simpan dari 7 hari menjadi 10 hari, sedangkan pada ikan patin utuh dapat memperpanjang dari 10 hari menjadi 14 hari. Penambahan mikroba antagonis dapat meningkatkan masa simpan kembung asin dari 30 hari menjadi 90 hari. IV. Peralatan dan Bahan
1) Timbangan digital, untuk menimbang massa atau bobot ikan 2) Seperangkat peralatan uji Total Plate Count (TPC), untuk menghitung jumlah

4.1. Peralatan

mikroba
3) pH meter, untuk mengukur derajat keasaman dari ikan sampel 4) Lemari pendingin, untuk mendinginkan ikan agar tetap segar

4.2. Bahan
1) Ikan kembung, sebagai sampel 2) Cairan fermentasi kubis, sebagai starter 3) Piring stirofoam, sebagai wadah ikan sampel 4) Wrapping film, untuk membungkus ikan dalam lemari pendingin

V.

Prosedur Kerja
3

a)Kelompok 1, 2,dan 3, masing-masing mengambil dua ekor ikan kembung yang telah disediakan. b)Kedua ikan disiangi dengan cara membuang insang dan mengeluarkan isi perutnya melalui insang. Ikan yang pertama dibiarkan utuh, sedangkan ikan yang kedua dipotong menjadi dua bagian di bagian perutnya.
c) Ikan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Dari ikan kembung yang dipotong

menjadi dua, ambil 10 gram daging. Lakukan aktivitas sebagai berikut : 1) Timbang bobot ikan kembung utuh dan ikan kembung yang dipotong menjadi dua; 2)Lumatkan 10 gram daging ikan dengan menggunakan mortar dan masukkan ke dalam beker glass. Buat larutan dengan menambahkan akuades hingga mencapai 50 ml. Ambil 1 ml larutan tersebut secara aseptik dan tuangkan ke dalam cawan petri dan tambahkan media agar yang masih cair; 3) Lakukan pengukuran pH pada cairan dalam beker glass. d)Ikan direndam dalam cairan fermentasi kubis selama 30 menit. e)Ikan ditiriskan selama 2 menit. Selanjutnya ikan diletakkan di atas piring stirofoam yang telah dilapisi kertas towls dan plastik berlubang.
f) Lakukan pengemasan piring stirofoam berisi ikan dengan menggunakan cling wrapp.

g)Simpan di lemari pendingin selama seminggu dan lakukan pengukuran bobot ikan, pH dan TPC seperti pada nomor c.

VI.

Hasil dan Pembahasan VI.1. Hasil

Berdasarkan pengukuran pada hari pertama dan seminggu kemudian, telah diperoleh data sebagai berikut : Kelompok 1 2 Bentuk Produk Utuh Potong Utuh Bobot Ikan Awal Akhir 70 gr 70 gr 51 gr 65 gr 47 gr 47 gr Nilai TPC 2,92x103 CFU/g 2,92x103 Nilai pH 5,6 6,5 6,8
4

Potong Utuh Potong

43 gr 55 gr 57 gr

52 gr 56 gr

CFU/g 1,86x103 CFU/g

7,7 7,6 6,1

VI.2.

Pembahasan

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa bobot ikan sebelum dan sesudah mengalami penambahan maupun penyusutan, ini dikarenakan bakteri antagonis yang mengalami pertumbuhan dengan ditandai dengan populasi mikroba yang bertambah pula, dan menyebabkan ikan lebih tahan lama. Bobot ikan dan populasi mikroba berjalan sinkron, karena sebelum dan sesudah diberikannya bakteri antagonis bobot ikan menjadi menyusut dan bertambah seiring bertambahn dan mengurangnya populasi mikroba antagonisnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bakteri pembusuk dan patogen adalah menggunakan bakteri antagonis. Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki sifat berlawanan dengan bakteri pembusuk, patogen atau yang tidak diharapkan yang diupayakan untuk mengurangi bakteri pembusuk dan patogen agar dalam proses pengawetan ikan dapat bertahan lama sehingga ikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang layak untuk dikonsumsi. Bakteri antagonis sering disebut sebagai bakteri menguntungkan, karena dapat digunakan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas bakteri pembusuk yang merugikan. Mikroba antagonis diciptakan karena hanya dengan sistem seperti ini yang sangat mudah dan aman untuk diproses lalu dikonsumsi karena dengan proses seperti teknik kimia yang seringkali merugikan untuk kesehatan kita. Maka oleh sebab itu, mikroba antagonis sebagai teknik biologis yang sangat aman untuk kesehatan manusia, berbahaya jika bakteri antagonis ini sampai dikonsumsi langsung. VIII. Pendalaman 1) Berdasarkan teori yang saudara baca, sebutkan dan jelaskan sifat utama bakteri yang tumbuhpada fermentasi kubis?
5

Jawab: Jenis mikroba yang tumbuh pada fermentasi kubis adalah Lactobacillus plantarum. Lactobacillus plantarum adalah mikroba yang BAL (Bacteri Asam Laktat) yang bersifat asam yang cukup tinggi sehingga banyak digunakan sebagai pengawet. Lactobacillus plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme patogen pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan bakteri asam laktat lainnya. 2) Bagaimana mekanismenya, hasil fermentasi sayuran dapat memperpanjang masa

simpan ikan? Jawab: Mekanisme hasil fermentasi dapat memperpanjang masa simpan ikan yaitu: mempertebal jumlah koloni-koloni mikroba antagonis pada permukaan sayuran agar dapat mengurangi jumlah bakteri pembusuk yang masuk kedalam sayuran, sehingga sayuran menjadi tahan lama, dan dapat cepat diolah. 3) Dari hasil percobaan, perlakuan mana yang memberikan masa simpan yang lebih

lama. Jelaskan mengapa demikian? Jawab: Perlakuan yang menberikan masa simpan lebih lama adalah hasil fermentasi sayuran karena pada saat itu terdapat coloni-coloni bakteri yang sangat banyak sehingga mempertebal kemampuan bakteri antagonis daripada bakteri pembusuk sehingga media awet menjadi tahan lama. 4) Apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap bobot drip. Jelaskan.

Jawab: Ya, karena perbedaaan perlakuan dapat berpengaruh terhadapa bobot drip, karena terjadi penambahan jumlah koloni pada saat yang bersamaan terjadi pula penyusutan bobot ikan drip

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran Afrianto, E. 2009. Mikroba Antagonis. http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/bakteriantagonis/ diakses pada Rabu, 5 Desember 2012 Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed.. AIFST (NSW Branch).Australia. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta. Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Anonim, http://www.pdfdownloadforfree.com/Endah-Potensi-Bakteri-Antagonis

Agrikultura.html Anonim, http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/bakteri-antagonis/ 7

You might also like