You are on page 1of 74

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Draft BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PASAR DI KABUPATEN/KOTA PESERTA USDRP

PEDOMAN TEKNIS

AGUSTUS 2010

KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah melalui program Urban Sector Development Reform Project (USDRP) dengan mengadopsi pendekatan holistic yang melibatkan tiga strategi pembangunan yang berfokus kepada pegentasan kemiskinan, pengembangan ekonomi local dan peningkatan pelayanan publik, terdapat dua komponen kegiatan yang meliputi pembaruan tata pemerintahan dasar dan pengembangan kapasitas serta investasi pembangunan infrastruktur perkotaan. USDRP mempunyai tujuan meningkatkan dan memperbaiki pelayanan perkotaan bagi kabupaten dan kota pesertanya serta berupaya untuk mencapai sasaran jangka panjang Pemerintah Indonesia, yaitu untuk mengembangkan kota yang mandiri. Untuk itu USDRP memfokuskan diri pada upaya pembaruan tata pemerintahan di daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan dan pembiayaan investasi prioritas pembangunan perkotaan. Salah satu komponen terpenting dari program ini adalah komponen pembiayaan investasi. Agar pembiayaan investasi benar-benar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam rangka cost recovery serta manfaat yang optimal bagi masyarakat luas, maka perlu dikelola secara benar, efisien dan efektif oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum selaku Penanggungjawab Proyek memandang perlu adanya pedoman umum maupun teknis untuk pengelolaan asset dari pembiayaan investasi tersebut diatas. Panduan ini merupakan salah satu referensi terpenting bagi daerah kabupaten / kota peserta USDRP agar pengelolaan asset terutama yang dibangun dalam rangka USDRP dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Buku Pedoman pengelolaan asset ini terdiri dari 6 (enam) buku yaitu : 1. Pedoman Umum Pengelolaan Pasar, 2. Pedoman Teknis Pengelolaan Pasar yang terdiri dari : 1) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pasar 2) Perusahaan Daerah (Perusda) Pasar 3) Pengelolaan Pasar oleh SKPD Secara Langsung. 3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Pasar, dan 4. Pedoman Pengelolaan Terminal Bis. Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap USDRP, kami memohon agar setiap pemerintah daerah selaku penanggungjawab / pengelola investasi memahami dan melaksanakan pedoman ini. Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada CPMUii

USDRP dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan pedoman ini, serta kepada Bank Dunia yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan persetujuannya. Jakarta, September 2010

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum RI,

( ) NIP. ..

iii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Direktur . ii Daftar Isi iv Daftar Tabel .. vi Daftar Gambar / Bagan .. vii Daftar Istilah / Singkatan viii BAB I. PEMBENTUKAN BLUD PASAR 1.1. Latar Belakang .. I-1 1.2. Landasan Hukum Pembentukan BLUD I-2 1.3. Tahap Persiapan Pembentukan BLUD . I-4 1.3.1. Persyaratan Substantif I-4 1.3.2. Persyaratan Teknis . I-5 1.3.3. Persyaratan Administratif I-5 1.4. Tahap Implementasi .. I-5 BAB II. PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR 2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra. 2.2. Tatacara Penyusunan Renstra 2.2.1. Alur Proses Strategis dan Teknokratis . 2.2.2. Alur Proses Partisipatif . 2.2.3. Alur Legislasi dan Politik .. 2.3. Tim Penyusun Renstra .. .. 2.4. Identifikasi dan Pembagian Peran Stakeholders .. 2.5. Tinjauan Kebijakan Nasional Tentang Pasar 2.6. Penyusunan Profil, Perumusan dan Prioritas Isue Tentang Pasar ......... 2.7. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan Pasar ...................................................................................................... 2.8. Penetapan Program Prioritas dan Sasaran Strategis ............................. Indikasi Anggaran, dan Sumber Pendanaan... 2.10.Konsultasi Publik Penyusunan Renstra : Forum SKPD dan Musrenbang
iv

II-1 II-2 II-2 II-2 II-3 II-5 II-8 II-9 II-11 II-12 II-13 II-14 II-15

2.9. Penentuan Target Lima Tahunan, Rincian Target Tahunan, Indikator Capaian,

BAB III. STANDAR PELAYANAN MINIMAL 3.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal ................................................ 3.2. Standar Pelayanan Minimal BLUD ......................... ................................... 3.3. Tarif Layanan ............................. ......................................................... 3.4. Unsur-unsur Kepuasan Masyarakat ....................................................... 3.5. Implementasi Standar Pelayanan Minimal .............................................. BAB IV. PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN 4.1. Pengertian Rencana Bisnis dan Anggaran ................................................ 4.2. Dasar Hukum Penyusunan RBA ............................................................... 4.3. Penyusunan RBA ...................................................................................... 4.4. Pengajuan dan Penetapan RBA ............................................................... 4.5. Pengintegrasian RBA dengan RKA-KL ..................................................... 4.6. Bentuk Format RBA BLU .......................................................................... BAB V. PENGELOLAAN KEUANGAN 5.1. Perencanaan dan Penganggaran 5.2. Pendapatan dan Biaya . 5.3. Pelaksanaan Anggaran. 5.4. Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban.. 5.5. Evaluasi dan Penilaian Kinerja BAB VI. PENGADAAN BARANG/JASA DAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA 6.1. Pengadaan Barang dan/atau Jasa 6.2. Pengelolaan Barang . 6.3. Kerjasama Dengan Pihak Ketiga. . 6.3.1. Tatacara Kerjasama Daerah . 6.3.2. Tim Koordinasi Kerjasama Daerah .. 6.3.3. Ketentuan Lain-lain. . LAMPIRAN-LAMPIRAN VI-1 VI-2 VI-3 VI-3 VI-3 VI-4 V-1 V-3 V-6 V-12 V-14 IV-1 IV-1 IV-2 IV-2 IV-3 IV-3 III-1 III-3 III-3 III-4 III-5

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Bagan 4.1 : Skema Penyusunan RBA BLU Bagan 4.2 : Skema pengajuan RBA BLU

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 : Format Surat Permohonan untuk menerapkan PPK-BLUD : Format Pernyataan Kesanggupan Untuk Meningkatkan Kinerja : Format Pernyataan Bersedia Diaudit Secara Independen : Format Laporan Pendapatan BLUD : Format Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ) : Format Laporan Pengeluaran Biaya BLUD

viii

BAB I PEMBENTUKAN BLUD PASAR


1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terkait dengan pelayanan publik dimaksud, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, petugas yang tidak profesional, sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pemerintah. Sejalan dengan langkah-langkah revitalisasi BUMN, maka dalam rangka mengurangi birokrasi dan sekaligus meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat, pemerintah telah mengembangkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagai tindaklanjut Pasal 69 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum tersebut, pada hakekatnya adalah merupakan bagian paket reformasi di bidang keuangan negara. Salah satu dari reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran dari pengganggaran tradisional ke penganggaran berbasis kinerja. Dengan berbasis kinerja ini, mulai dirintis arah yang jelas bagi penggunaan dana pemerintah, berpindah dari sekedar membiayai masukan (inputs) atau proses ke pembayaran terhadap apa yang akan dihasilkan (outputs). Orientasi pada outputs semakin menjadi praktik yang dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.
I-|1

Mewiraswastakan pemerintah daerah (enterprising the local government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi keuangan sektor publik. Dalam kaitan ini, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberi landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di lingkungan pemerintah. Dengan Pasal 68 dan Pasal 69 dari undang-undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam pertanggungja-wabannya. Dalam Peraturan Pemerintah ini, BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan. Oleh karena itu, BLU berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), di mana menteri/pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung jawab untuk menyajikan layanan yang diminta. 1.2. Landasan Hukum Pembentukan BLUD
Pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) telah diatur dalam beberapa peraturan perundangan antara lain yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. I-|2

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menertapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum. 7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum. 8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Penga-was dan Pegawai Badan Layanan Umum. 9. Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, khususnya Pasal 68 dan Pasal 69. Pasal 68 Ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya Pasal 69 Ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan. Selanjutnya Ayat (2) menyebutkan bahwa Rencana Kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang secara khusus mengatur mengenai tujuan, asas, persyaratan, penetapan dan pencabutan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU), penentuan standar dan tarif layanan, pengelolaan kepegawaian serta pengaturan mengenai remunerasi bagi pengalola Badan Layanan Umum. Terkait dengan pembentukan Badan Layanan Umum, sebagai kebijakan teknis operasional Menteri Keuangan telah mengeluarkan 4 (empat) Peraturan Menteri Keuangan, yaitu: (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menertapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum; serta (3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan I-|3

Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum; serta (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum. Dalam konteks pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dimana dalam Pasal 1 butir 63 disebutkan bahwa Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Selanjutnya terkait dengan pembentukan BLUD, Pasal 146 menyatakan bahwa pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk: (a) menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum dan (b) mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. Sebagai tindaklanjut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah tersebut, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana pada Pasal 325 disebutkan bahwa BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya Pasal 326 Ayat (1) menyebutkan bahwa Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan. Lebih lanjut pada Pasal 329 disebutkan bahwa pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BULD diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.

1.3. Tahap Persiapan Pembentukan BLUD Pendiriaan Badan Layanan Umum Daerah menjadi salah satu alternatif pengelolaan keuangan yang menarik bagi beberapa daerah, namun dalam perjalanannya untuk membentuk entitas Badan layanan Umum daerah tidak mudah, terdapat beberapa persyaratan yang bersifat substantif, teknis, dan administratif yang harus dipenuhi. 1.3.1. Persyaratan Substantif Persyaratan substantif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Instansi Pemerintah dapat diizinkan mengelola
I-|4

keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) apabila instansi yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan : (a) Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat; (b) Pengelolaan wilayah /kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau (c) Pengelolaan dana khusus daalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. 1.3.2. Persyaratan Teknis Persyaratan teknis terpenuhi apabila : (a) Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; (b) Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. 1.3.3. Persyaratan Administratif Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut : (a) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; (b) Pola tata kelola; (c) Rencana strategis bisnis; (d) Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; (e) Standar pelayanan minimum; dan (f) Laporan audit terakhir atau pemyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 1.4. Tahap Implementasi Pada tahap implementasi, hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut : 1) Membentuk Tim atau Panitia Pembentukan BLUD Pasar.
I-|5

2) Melakukan koordinasi dan sosialisasi ke seluruh SKPD terkait, sehubungan dengan akan dibentuknya BLUD Pasar. 3) Menyusun rencana kerja proses pembentukan BLUD Pasar. 4) Menyusun dan/atau melengkapi semua persyaratan baik persyaratan substantive, teknis, maupun administratif. 5) Mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota. 6) Menindaklanjuti keseluruhan rencana proses pembentukan BLUD Pasar. =@=

I-|6

BAB II PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR


2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra Tujuan : Pengembangan isi dokumen ditujukan untuk memberikan orientasi kepada Tim Penyusun tentang format keluaran dokumen yang harus dihasilkan dan memberikan acuan dalam mengorganisasikan substansi yang perlu dicakup dalam dokumen tersebut. Daftar isi ini juga ditujukan untuk membantu Tim Penyusun mengorganisasikan dan mengkoordinasikan tugas dan menyiapkan kerangka acuan penugasan bagi masingmasing anggota Tim Penyusun. Daftar isi ini diharapkan dapat membantu menstrukturkan penyampaian materi dokumen agar mengikuti alur pemikiran strategis, runtun, dan sistematis. Keluaran : Daftar isi dokumen Renstra BLUD Pasar Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah memuat sistematika (minimal) suatu Renstra/Renja SKPD. Sistematika penulisan Renstra BLUD Pasar, paling sedikit, mencakup : 1. Pendahuluan 2. Gambaran pelayanan BLUD Pasar 3. Isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi 4. Visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan 5. Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif 6. Indikator kinerja BLUD Pasar yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Sedangkan sistematika penulisan Renja BLUD Pasar, paling sedikit mencakup: 1. Pendahuluan
II - | 1

2. Evaluasi pelaksanaan Renja BLUD Pasar tahun lalu; 3. Tujuan, sasaran, program dan kegiatan; 4. Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menggambarkan pencapaian Renstra BLUD Pasar; 5. Dana indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif; 6. Sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan kegiatan
7.

Penutup

2.2. Tata Cara Penyusunan Renstra Tahap ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan atas: alur proses dan tata cara penyusunan Renstra BLUD Pasar; tahap/kegiatan yang memerlukan pelibatan stakeholders di luar BLUD Pasar; dan keterkaitan proses penyusunan Renstra BLUD Pasar dengan proses penyusunan dokumen RPJMD. Sesuai ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku tentang perencanaan daerah. Ada 3 (tiga) alur spesifik yaitu alur proses teknokratis-strategis, alur proses partisipatif, dan alur proses legislasi dan politik. Ketiga alur proses tersebut menghendaki pendekatan yang berbeda, namun saling berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan Renstra BLUD Pasar yang terpadu. 2.2.1. Alur Proses Strategis dan Teknokratis Alur ini merupakan alur teknis perencanaan, yang merupakan dominasi para perencana daerah dan pakar perencanaan daerah. Alur ini ditujukan menghasilkan informasi, analisis, proyeksi, alternatif-alternatif tujuan, strategi, kebijakan, dan program sesuai kaidah teknis perencanaan yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi alur proses partisipatif. 2.2.2. Alur Proses Partisipatif Alur ini merupakan alur bagi keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan daerah. Alur ini merupakan serangkaian public participatory atau participatory planning events untuk menghasilkan konsensus dan kesepakatan atas tahap-tahap penting pengambilan
II - | 2

keputusan perencanaan. Alur ini merupakan wahana bagi non government stakeholder seperti NGO, CSO, CBO untuk memberikan kontribusi yang efektif pada setiap public participatory events, kemudian mereview dan mengevaluasi hasil-hasil proses strategis. 2.2.3. Alur Legislasi dan Politik Ini merupakan alur proses konsultasi dengan legislatif (DPRD) sebelum Renstra SKPD ditetapkan dalam Peraturan Kepala SKPD. Pada alur ini diharapkan DPRD dapat memberikan kontribusi pemikirannya, review, dan evaluasi atas hasil-hasil baik proses strategis maupun proses partisipatif. Terdapat lima pendekatan dalam penyusunan Renstra BLUD Pasar, yaitu: 1) Politik Ini bermakna bahwa penyusunan Renstra BLUD Pasar melibatkan proses konsultasi dengan kekuatan politis terutama Kepala Daerah Terpilih dan DPRD : Ada konsultasi dengan KDH Terpilih untuk penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi, dan program Kepala Daerah Terpilih ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah. Ada keterlibatan DPRD dalam proses penyusunan Renstra BLUD Pasar Ada pokok-pokok pikiran DPRD dalam proses penyusunan Renstra BLUD Pasar Ada pengesahan Renstra BLUD Pasar sebagai Peraturan Kepala SKPD yang mengikat semua. pihak untuk melaksanakannya dalam lima tahun ke depan.

2) Teknokratik Dokumen Renstra SKPD pada dasarnya merupakan suatu proses pemikiran strategis. Kualitas Dokumen Renstra SKPD sangat ditentukan oleh seberapa jauh Renstra SKPD dapat mengemukakan secara sistematis proses pemikiran strategis tersebut. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan kemana daerah akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang; bagaimana mencapainya dan langkahlangkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.
II - | 3

Alur pemikiran strategis (strategic thinking process) pada dasarnya mencakup elemenelemen sebagai berikut : Ada rumusan isu dan permasalahan pembangunan yang jelas Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi dan kepentingan dan dampak isu terhadap kesejahteraan masyarakat banyak Ada rumusan tujuan pembangunan yang memenuhi kriteria SMART (specific, measurable, achievable, result oriented, time bound) Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumber daya dan dana (kendala fiskal SKPD) Ada prioritas program Ada tolok ukur dan target kinerja capaian program Ada pagu indikatif program Ada kejelasan siapa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran dan hasil, dan waktu penyelesaian termasuk review kemajuan pencapaian sasaran Ada kemampuan untuk menyesuaikan dari waktu ke waktu terhadap perkembangan internal dan eksternal yang terjadi Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang dilakukan Ada komunikasi dan konsultasi berkelanjutan dari dokumen yang dihasilkan Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk mendukung proses perencanaan 3) Demokratis-Partisipatif Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra SKPD perlu dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (stakeholder) dalam pengambilan keputusan perencanaan di semua tahapan perencanaan. Ada identifikasi stakeholder yang relevan untuk dilibatkan dalam proses perumusan visi, misi, dan agenda BLUD serta dalam proses pengambilan keputusan penyusunan Renstra BLUD.
II - | 4

Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholder dalam pengambilan keputusan Ada transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum perempuan dan kelompok marjinal Ada sense of ownership masyarakat terhadap Renstra BLUD Ada pelibatan dari media Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi dan kebijakan, dan prioritas program.

4) Atas-bawah (top-down) Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu bersinergi dengan rencana strategis di atasnya dan komitmen pemerintahan atasan berkaitan: Ada sinergi dengan RPJM Nasional dan Renstra K/L Ada sinergi dan konsistensi dengan RPJPD dan RPJMD Ada sinergi dan konsistensi dengan RTRWD Ada sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan global seperti Millennium Development Goals, Sustainable Development, pemenuhan Hak Asasi Manusia,dan sebagainya. 5) Bawah-atas (bottom-up) Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat: Ada penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk melihat konsistensi dengan visi, misi, dan program Kepala Daerah Terpilih Memperhatikan hasil proses musrenbang dan kesepakatan dengan masyarakat tentang prioritas pembangunan daerah Mempertimbangkan hasil Forum Multi Stakeholder BLUD Memperhatikan hasil proses penyusunan Renstra BLUD.
II - | 5

2.3. Tim Penyusun Renstra Tujuan : Kegiatan ini dimaksudkan untuk membentuk Tim Penyusun Dokumen Renstra BLUD Pasar, yang anggotanya terdiri dari unsur SKPD terkait ditambah dengan unsur perwakilan non pemerintah yang mendalami permasalahan terkait dalam bidang pasar / perdagangan (Forum Stakeholder SKPD apabila sudah terbentuk). Tujuannya adalah terbentuknya Tim Teknis yang bertanggung jawab dalam penyiapan dokumen Renstra BLUD Pasar. Keluaran : Terbentuknya Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar Teridentifikasinya kelompok/individu atau lembaga sebagai narasumber dan mitra diskusi. Metode : Seleksi dan koordinasi. Langkah-langkah : Lakukan orientasi perencanaan strategis BLUD Pasar Rumuskan kriteria, tugas dan fungsi serta kewajiban-kewajiban Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar Identifikasi individu dari BLUD Pasar maupun masyarakat yang berpotensi untuk ditugaskan sebagai Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar. Unsur internal BLUD adalah perwakilan tiap bidang dan sekretariat. Unsur eksternal BLUD Pasar adalah : NGS (LSM dan Tokoh Masyarakat) dan akademisi dari perguruan tinggi lokal. Buatlah skenario susunan Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar, yang terdiri atas unsur BLUD yang bersangkutan ditambah kalau mungkin dengan unsure perwakilan NGS yang mendalami permasalahan pasar/perdagangan.

II - | 6

Bila dirasa perlu, lakukan pemilihan calon fasilitator proses penyusunan renstra dari luar BLUD Pasar. Diskusikan kesiapan calon anggota Tim penyusun Renstra BLUD, terutama bila melibatkan anggota tim yang berasal dari NGS. Buatkan surat dari Kepala BLUD tentang pernyataan kesediaan calon anggota terpilih dari unsur NGS untuk menjadi anggota Tim Penyusun serta kewajibankewajibannya, yang diketahui/disetujui oleh kepala lembaga yang bersangkutan.

Buat Surat Keputusan Kepala BLUD tentang Penetapan Tim Penyusunan Renstra BLUD Pasar. Pengorganisasian Tugas dan Kewenangan Tim Penyusun Renja BLUD Pasar antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut : o Melakukan koordinasi semua kegiatan penyusunan Renstra BLUD Pasar dengan pihak terkait o Melakukan pertemuan dengan anggota tim penyusun Renstra BLUD Pasar secara berkala serta pihak lain yang terkait untuk mengumpulkan bahan, menyusun Renstra. o Menyusun rencana pelaksanaan tugas secara keseluruhan. o Merumuskan kebijakan dan langkah-langkah operasional dalam penyusunan Renstra BLUD Pasar. o Menyiapkan dan mengkaji bahan analisis situasi, perumusan visi, misi, strategi, program dan pembiayaannya. o Bertanggung jawab terhadap penyusunan Renstra dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada BLUD Pasar. o Melakukan evaluasi penyelenggaraan penyusunan Renja BLUD Pasar. Informasi yang perlu disiapkan : Daftar kandidat/calon anggota Tim penyusun Ketentuan/panduan yang mengatur pembentukan Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
II - | 7

Perlu memperhatikan PERMENDAGRI No 13/2006 sebagai kerangka pendekatan dalam penyusunan Tim Renstra SKPD yaitu ruang lingkup program dan kegiatan yang menjadi cakupan SKPD.

Kriteria anggota tim penyusun Renstra: Mempunyai pengalaman dalam perencanaan pasar. Mempunyai wawasan dan atau pengalaman dalam pengelolaan Pasar/perdagangan. Mempunyai wawasan dan kepedulian masalah pasar/perdagangan serta kesiapan waktu yang cukup.

Kriteria calon fasilitator penyusunan Renstra : Mempunyai pengalaman yang cukup dalam memfasilitasi Kalau bisa pernah dilatih teknik fasilitasi yang partisipatif Mempunyai pemahaman yang cukup tentang peraturan & sistem.

2.4. Identifikasi dan Pembagian Peran Stakeholders Tujuan : Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi stakeholder/pemangku kepentingan yang relevan dengan isu-isu pasar/perdagangan dan memetakan peran dan kontribusi mereka dalam berbagai kegiatan penyusunan Renstra BLUD Pasar. Keluaran : Daftar stakeholder beserta pemetaan peran-nya dalam kegiatan penyusunan Renstra BLUD Pasar. Metode : Diskusi Informasi yang harus disiapkan :
II - | 8

Daftar lembaga/kelompok yang menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu Pasar/perdagangan. Informasi fokus kegiatan dan pengalaman lembaga/kelompok tersebut dalam penanganan isu-isu pasar/perdagangan.

2.5. Tinjauan Kebijakan Nasional tentang Pasar Tujuan : Tahap ini ditujukan untuk memberikan orientasi atas arahan dan kebijakan perencanaan nasional dalam pembangunan sektor pasar/perdagangan. Diharapkan tahap ini dapat memberikan pemahaman atas : peran dan kedudukan perencanaan pembangunan sektor pasar/perdagangan daerah sebagai bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan nasional; macam urusan dan kewenangan wajib BLUD Pasar kabupaten/kota; penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengembangan pelayanan BLUD Pasar; strategi pengembangan arah pembangunan sektor pasar/perdagangan daerah agar dapat bersinergi dengan arahan nasional; isu-isu pokok sektor pasar/perdagangan nasional yang memerlukan kontribusi pemerintah daerah.

1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional Sesuai dengan UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), maka definisi dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sistem perencanaan pembangunan nasional menghasilkan dokumen-dokumen rencana di tingkat daerah sebagai berikut: 1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 3) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
II - | 9

4) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) 5) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Di antara dokumen rencana tersebut, dokumen rencana yang wajib disusun oleh setiap SKPD adalah Renstra SKPD dan Renja SKPD. Dengan demikian, BLUD Pasar wajib menyusun Renstra BLUD Pasar dan Renja BLUD Pasar. Dalam penyusunan dokumen rencana ini, UU No 25/2004 mengamanatkan lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu : 1) politik 2) teknokratik 3) partisipatif 4) atas-bawah (top-down)
5)

bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah

adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Mengacu pada UU ini, maka penyusunan Renstra dan Renja BLUD Pasar juga harus menerapkan lima pendekatan perencanaan tersebut.

II - | 10

2. PP No 65/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah (PP) ini menjamin hak warga untuk memperoleh jenis dan mutu minimal pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah, menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi tentang rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya, dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mereview dan mengevaluasi sejauh mana pelayanan dasar yang telah diberikan oleh pemerintah daerah. Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan social, ekonomi dan pemerintahan. Dalam RPJM Nasional disebutkan bahwa hak dasar warga mencakup sepuluh hal, yaitu: 1) Memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanuasiaan 2) Memperoleh perlindungan hukum 3) Memperoleh rasa aman 4) Memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan) yang terjangkau 5) Memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan 6) Memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan 7) Memperoleh kedilan 8) Berpartisipasi dalam politik dan perubahan 9) Berinovasi 10) Memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannnya. Dengan demikian, pengembangan sektor kesehatan harus dapat menjamin setiap warga memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan dan membantu memastikan setiap warga memperoleh pelayanan kesehatan tersebut dengan jenis dan mutu yang memenuhi standar minimal. 2.6. Penyusunan Profil, Perumusan dan Prioritas Isue tentang Pasar Tujuan : Penyusunan profil dimaksudkan untuk menunjukkan status kinerja pelayanan BLUD Pasar. Penyusunan profil BLUD Pasar menggunakan indicator makro bidang
II - | 11

pasar/perdagangan, seperti jumlah pedagang, volume/nilai transaksi, jenis barang yang diperdagangkan. Profil yang disusun diharapkan (minimal) mampu menunjukkan apakah perdagangan di daerah sudah cukup baik atau masih kurang baik, dan menunjukkan kualitas pelayanan BLUD Pasar. Keluaran : Profil BLUD Pasar. Metode : Analisis data/informasi dan Diskusi Kelompok Terfokus Informasi yang disiapkan : Jumlah fasilitas perdagangan yang tersedia, Jumlah pedagang, Jumlah pengunjung. Informasi yang relevan lainnya.

2.7. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan Pasar Tujuan : Setiap perencanaan strategis memerlukan fokus- yaitu visi. Visi dapat dikatakan juga semacam tujuan yang dapat mengarahkan dan mendorong semua stakeholder (pemerintah dan non pemerintah) berkontribusi pada pencapaian visi. Visi mempunyai jangkauan 5 tahun atau lebih ke depan.Visi merupakan keadaan ideal, sifatnya memberikan inspirasi dan arah serta posisi (setting) daerah di masa depan. Misi merupakan jabaran tentang apa yang akan dilakukan, siapa penerima manfaat (beneficiaries), apa kompetensi utama daerah dan mengapa itu perlu dilakukan. Misi sifatnya berlaku secara terus menerus (tidak terbatas waktunya). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan visi dan misi dari BLUD Pasar dalam rangka menunjang pencapaian visi dan misi daerah serta program prioritas pembangunan dari Kepala Daerah dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BLUD. Tujuannya adalah
II - | 12

untuk menentukan arah pembangunan BLUD yang dapat menunjang pencapaian kinerja Kepala Daerah terpilih yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Keluaran : Dasar pertimbangan perumusan visi dan misi Rumusan visi BLUD Pasar Rumusan misi BLUD Pasar. Prinsip-prinsip : Rumusan visi dan misi harus SMART, sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembangunan dan dapat diukur kinerjanya. Rumusan visi, misi BLUD Pasar harus menunjang visi, misi daerah sesuai dengan tupoksinya. Metode : Team Work Informasi yang disiapkan : Hasil kajian terhadap visi, misi dan program prioritas Kepala Daerah terpilih. Tupoksi BLUD yang bersangkutan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan :

Rumusan visi harus jelas, sederhana sehingga mudah dipahami, mengembangkan kultur, nilai-nilai tertentu yang dapat menstimulasi stakeholder untuk mencapainya. Visi sejauh mungkin spesifik dan berakar pada kondisi dan situasi setempat dan disepakati oleh semua stakeholder. Misi terdiri atas pernyataan misi dan nilai-nilai utama atau core values yang menjadi landasan operasional untuk mencapai misi. Perumusan misi perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Siapa kita ? Apa tujuan kita ?
II - | 13

Masalah utama apa yang kita perlu tangani ? Apa yang membuat kita unik atau distinct sebagai Pemerintah Daerah atau Organisasi ? Nilai-nilai utama apa yang akan memandu kita mencapai misi ? 2.8. Penetapan Program Prioritas dan Sasaran Strategis Tujuan : Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan prioritas program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu rencana dengan sasaran yang jelas/terukur. Keluaran : Daftar prioritas program pengembangan pasar untuk kurun waktu rencana yang disertai indikator dan target kinerja hasil. Prinsip-prinsip : Perumusan program harus didasarkan atas relevansi dan signifikansi hasil dengan : 1) Isu strategis yang akan ditangani dalam kurun waktu rencana. 2) Tujuan, strategi, dan kebijakan BLUD Pasar. 3) Kemampuan sumberdaya manusia, waktu, dan biaya yang mampu dialokasikan untuk program tersebut. 4) Memperhatikan hasil review pencapaian target Renstra periode sebelumnya Metode : Analisis data/informasi dan kerja kelompok 2.9. Penentuan Target Lima Tahunan, Rincian Target Tahunan, Indikator Capaian, Indikasi Anggaran, dan Sumber Pendanaan Tujuan : Untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja pelayanan BLUD Pasar terhadap SPM dalam periode perencanaan menengah (Renstra) yang lalu.
II - | 14

Mengetahui permasalahan atau kendala pencapaian kinerja BLUD. Menentukan taget kinerja program yang ditetapkan selama 5 tahun ke depan.

Keluaran : Diketahuinya tingkat pencapaian pelayanan BLUD saat ini dibandingkan terhadap SPM atau kebutuhan pelayanan Ditetapkannya target 5 tahun ke depan Ditetapkannya kebutuhan peningkatan tingkat pelayanan dan indikasi anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai target 5 tahun ke depan. Metode : Kajian dan Focus Group Discussion (FGD).

Langkah-langkah : Identifikasi perkembangan capaian kinerja pelayanan BLUD selama 5 tahun terakhir dan membandingkannya dengan SPM atau standar kebutuhan tertentu (Bila belum ada / dicakup dalam SPM). Melakukan kajian tingkat kesenjangan pencapaian kinerja dengan SPM /standar yang ditetapkan. Melakukan kajian tentang kendala penyebab kesenjangan pencapaian kinerja dengan SPM / standar yang ditetapkan. Melakukan identifikasi kebutuhan pengembangan untuk 5 tahun ke depan untuk mencapai SPM / standar yang ditetapkan. Melakukan penentuan target pencapaian sasaran kinerja pelayanan 5 tahun ke depan dengan mempertimbangkan kemampuan serta permasalahan dan kendala yang dihadapi. Menentukan pagu indikatif pendanaan untuk pelayanan 5 tahun ke depan

2.10.Konsultasi Publik Penyusunan Renstra : Forum SKPD dan Musrenbang Tujuan :


II - | 15

Kepala BLUD mengkoordinasikan pembahasan rancangan Renstra BLUD dengan Forum BLUD yang sebelumnya telah dibentuk. Kegiatan ini ditujukan mengelaborasi, mengkonsolidasikan dan mencapai kesepakatan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan BLUD terhadap Rancangan Renstra BLUD.

Kegiatan ini juga ditujukan untuk mengkoordinasikan berbagai kepentingan (cross

sectoral) dalam pengambilan keputusan. Kegiatan ini juga untuk menumbuhkan


semangat bekerja sama di antara stakeholder dalam pengambilan keputusan di berbagai tahapan perencanaan. Keluaran : Materi kesepakatan dan komitmen hasil Forum Renstra BLUD dijadikan masukan utama penyempurnaan rancangan RPJM Daerah, serta menjadi rancangan akhir Renstra BLUD, mencakup : Visi, misi, dan tujuan pembangunan BLUD Strategi dan kebijakan pembangunan BLUD Program dan indikasi kegiatan.

Prinsip-prinsip : 1) Inklusif: memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder SKPD yang relevan untuk mengidentifikasi masalah dan aspirasinya, menunjukkan posisinya, dan merumuskan peranan dan kontribusinya 2) Legitimasi: karena stakeholder Forum BLUD merupakan representatif dari berbagai CSO, maka rencana yang dibuat akan mendapatkan legitimisasi dan dukungan yang lebih kuat. 3) Merespon terhadap kebutuhan: berorientasi pada hasil yang konkrit atas kebutuhan multi stakeholder berdasarkan diskusi dan negosiasi di antara peserta. 4) Mendorong kerjasama dan komitmen: merupakan wadah yang memungkinkan adanya pertukaran pengetahuan, keahlian, dan mobilisasi sumber daya dari berbagai sumber. Di samping itu, wadah ini juga mendorong pemahaman bersama tentang isu dan membangun konsensus.
II - | 16

5) Pengembangan konsensus: mendorong pemahaman yang lebih baik atas perbedaan perspektif dan kepentingan, memfasilitasi pemahaman bersama dan berbagi kepentingan, serta membangun kemauan untuk bekerjasama merumuskan pemecahan masalah. Metode : Workshop dan FGD Tahap persiapan: a. Menyiapkan panduan pelaksanaan yang memuat durasi, tanggal/waktu pelaksanaan, mekanisme, susunan acara dan informasi untuk disampaikan kepada peserta FORUM BLUD. b. Mengirim surat undangan kepada peserta Tahap pelaksanaan: a. Pemaparan analisis kondisi umum daerah dan prediksi 5 (lima) tahun kedepan; b. Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah; c. Pemaparan sasaran hasil pembangunan jangka menengah dan rencana kerja RPJMD yang terkait dengan tugas dan fungsi BLUD ybs; d. Inventarisasi kegiatan yang diperlukan sesuai fungsi dan tugas BLUD dalam melaksanakan rencana kerja RPJMD; e. Perumusan dan penyepakatan tujuan dan strategi serta kebijakan BLUD; f. Penyerasian kegiatan dari rencana kerja BLUD amanat Rancangan Awal RPJMD dengan tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan BLUD; g. Daftar kegiatan dan program Renstra BLUD h. Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah yang meliputi program BLUD. Tahap pasca pelaksanaan: Penyusunan naskah kesepakatan Forum SKPD Penyampaian naskah kesepakatan Forum SKPD kepada Tim Penyusun
II - | 17

Informasi yang disiapkan : a) Naskah Rancangan Renstra BLUD.

II - | 18

BAB III STANDAR PELAYANAN MINIMAL


3.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal Undang-Undang 32 tahun 2004 pasal 11 (4), menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh pemerintah pusat adalah cara untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan urusan wajib oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan sekaligus merupakan akuntabilitas daerah kepada pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Disamping itu, SPM juga dapat dipakai sebagai alat pembinaan dan pengawasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. 1) Pengertian Standar Pelayanan Minimal Pengertian SPM dapat dijumpai pada beberapa sumber, antara lain : Undang-Undang 32 tahun 2004 penjelasan pasal 167 (3), menyatakan bahwa SPM adalah standar suatu pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal kelayakan. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 20 (1) b menyatakan bahwa APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja memuat standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan; Ayat (2) menyatakan bahwa untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dikembangkan Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja dan Standar Biaya. Lampiran Surat Edaran Dirjen OTDA Nomor 100/757/OTDA tanggal 8 Juli 2002 menyatakan Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
III - | 1

Permendagri No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

Dari berbagai pengertian tersebut, secara umum dapat diikhtisarkan bahwa SPM merupakan standar minimal pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimal pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat dari pemerintah. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kuantitas dan atau kualitas minimal dari suatu pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga diharapkan akan terjadi pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan antar daerah. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan urusan wajib merupakan pelayanan minimal sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa, SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen teknis, sedangkan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167 (3). 2) Manfaat Standar Pelayanan Minimal SPM mempunyai beberapa manfaat, antara lain : (1) Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatu pelayanan publik dari pemerintah daerah sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. (2) Dengan ditetapkannya SPM akan dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan public. (3) Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja. (4) Masyarakat dapat mengukur sejauhmana pemerintah daerah memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat, sehingga hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat. (5) Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaian kinerja yang telah dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu pelayanan. (6) Sebagai benchmark untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah daerah dalam pelayanan publik. (7) Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh institusi pengawasan.
III - | 2

3) Prinsip Penyusunan dan Penetapan SPM Dalam penyusunan dan menetapkan SPM, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit kerja yang ada pada lembaga yang bersangkutan. 2) Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami. 3) Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur teknis. 4) Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa. 5) Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga lapisan masyarakat. 6) Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya daan dana yang tersedia. 7) Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada public. 8) Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM. 4) Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal Beragamnya kondisi daerah, baik kondisi ekonomi, sosial, budaya, maupun kondisi geografis akan berdampak pada kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain setiap daerah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengimplementasikan SPM. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dalam penerapan SPM perlu dipahami. Prinsip-prinsip tersebut adalah : (1) SPM diterapkan pada seluruh urusan wajib pemerintah daerah. (2) SPM dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah pusat. (3) SPM bersifat dinamis, dalam arti selalu dikaji dan diperbaiki dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi nasional dan perkembangan daerah. (4) SPM harus dijadikan acuan dalam perencanaan daerah, penganggaran, pengawasan, pelaporan dan sebagai alat untuk menilai pencapaian kinerja.

3.2. Standar Pelayanan Minimal BLUD Sebagai salah satu lembaga pelayanan kepada masyarakat umum, BLUD perlu menetapkan standar pelayanan minimal (SPM).
III - | 3

1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang diberikan oleh BLUD, kepala daerah menetapkan standar pelayanan minimal BLUD dengan peraturan kepala daerah. 2) Standar pelayanan minimal, dapat diusulkan oleh pemimpin BLUD. 3) Standar pelayanan minimal, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. 4) Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan : a) Fokus pada jenis pelayanan; Mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD. b) Terukur; Merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. c) Dapat dicapai; Merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya. d) Relevan dan dapat diandalkan; dan merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD. e) Tepat waktu. merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan. 3.3. Tarif Layanan Dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat, diperlukan biaya operasional maupun non operasional, oleh karena itu BLUD diperbolehkan memungut biaya tersebut kepada penerima layanan, dengan ketentuan sebagai berikut : (1) BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan. (2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan, ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.
III - | 4

(3) Tarif, termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. (4) Tarif layanan, dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLUD yang bersangkutan. (5) Tarif layanan BLUD-SKPD diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. (6) Tarif layanan BLUD-Unit Kerja diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala daerah melalui kepala SKPD. (7) Tarif layanan, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada pimpinan DPRD. (8) Penetapan tarif layanan, mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat. (9) Kepala daerah dalam menetapkan besaran tarif, dapat membentuk tim. (10) Pembentukan tim, ditetapkan oleh kepala daerah yang keanggotaannya dapat berasal dari: a. pembina teknis; b. pembina keuangan; c. unsur perguruan tinggi; d. lembaga profesi. (11) Peraturan kepala daerah mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan. (12) Perubahan tarif, dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan. (13) Proses perubahan tarif berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3.4. Unsur-unsur Kepuasan Masyarakat Berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan mejadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliable, sebagai unsure minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut :
III - | 5

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan. 2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggungjawabnya). 4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama berlaku. 5. Tanggungjawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan ke[ada masyarakat. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan, 8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani. 9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati. 10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan. 11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. 12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. 14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
III - | 6

terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang

merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. 3.5. Contoh (sederhana) Implementasi SPM 3.5.1. Standar Pelayanan Minimal 1. Landasan Hukum a. b. Peraturan Daerah Kota/Kabupaten Peraturan Daerah Kota Kota/Kabupaten tentang Pengaturan Pasar.

2. Maksud dan Tujuan a. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dalam bidang ijin pemakaian tempat dasaran dan berjualan di pasar secara mudah, cepat, dan murah. b. Untuk mengatur setiap pemakaian tempat berdagang di pasar. c. Untuk menjamin kepastian hukum sekaligus memberikan perlindungan kepada pemegang ijin. 3. Sistem dan Prosedur a. Prosedur : 1) Mengisi formulir yang disediakan 2) Berkas permohonan diajukan ke Kepala BLUD Pasar melalui Kepala Cabang. 3) Kepala cabang meneliti syarat-syarat yang telah ditentukan untuk kemudian meneruskan atau menolak permohonan SIPTD. 4) Permohonan SIPTD yang telah memenuhi syarat diteruskan kepada Kepala BLUD Pasar melalui Ka Sub Bidang 5) SIPTD yang telah ditandatangani b. Persyaratan : 1) 2) 3) 4) Copy KTP dan KK 3 lembar Pas Photo 3 x 4 cm 3 lembar Copy pendirian perusahaan (apabila atas nama perusahaan) Bukti perolehan tempat

4. Waktu Penyelesaian : 3 5 hari 5. Biaya Pelayanan


III - | 7

a. Untuk ijin baru dan perpanjangan pemakaian tempat tidak dikenakan biaya. b. Untuk baliknama pemakaian tempat dikenakan biaya . x tarif restribusi. c. Biaya ijin balik nama dihitung berdasarkan : 1) 2) a. b. golongan pasar (kota, wilayah dan lingkungan) jenis tempat dasaran (kios, los dan dasaran terbuka)

6. Produk pelayanan berupa : Ijin pemakaian tempat dasaran Ijin berjualan di pasar

7. Penyampaian hasil pelayanan : SITPD yang sudah jadi disampaikan kepada pedagang melalui kepala cabang. 8. Sarana dan prasarana Guna memenuhi standar waktu minimal yang ditentukan dalam pelayanan di butuhkan sarana dan prasarana sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. Formulir pendaftaran Blanko ijin Mesin Ketik Komputer Alat Tulis Kantor Kalkulator Filling cabinet Ordner Memahami tugas pokok dan fungsinya dalam jabatan Memahami arah kebijakan BLUD Pasar dalam pelayanan publik.

9. Kompetensi petugas

3.4.2. Penanganan Pengaduan 1. 2. Bila pedagang ada komplain bisa data langsung ke Kantor BLUD Pasar. Bisa menghubungi Kepala Pasar dan Kepala Cabang setempat.

III - | 8

BAB IV PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN

4.1. Pengertian Rencana Bisnis dan Anggaran Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan anggaran suatu BLU. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Rencana strategis bisnis merupakan istilah yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi instansi pemerintah. Oleh karena itu penyusunan rencana strategis bisnis berpedoman pada Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai Inpres tersebut, rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai. RBA merupakan refleksi program dan kegiatan dari kementerian negara/lembaga /SKPD/pemerintah daerah. 4.2. Dasar Hukum Penyusunan RBA 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan 8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004. 9. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005
IV - | 1

10. Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

134/PMK.06/2005

tentang

Pedoman

Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tatacara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum. 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum. 4.3. Penyusunan RBA BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL). BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis lima tahunan tersebut. RBA disusun berdasarkan : a. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya; b. Kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). RBA juga menganut pola anggaran yang fleksibel (flexible budget) dengan persentase ambang batas tertentu. Perencanaan dan penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda dengan perencanaan dan penganggaran pada kementerian/lembaga. 4.4. Pengajuan dan Penetapan RBA Pimpinan BLU mengajukan usulan RBA kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL. Usulan RBA tersebut disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran (output) yang akan dihasilkan. RBA yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga diajukan sebagai bagian dari RKA-KL kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran. Skema penyusunan RBA BLU dapat dilihat pada bagan 4.1 :

IV - | 2

Bagan 4.1 : Skema Penyusunan RBA BLU Direktorat Jenderal Anggaran mengkaji kembali usulan RBA. Pengkajian dilakukan dalam rapat pembahasan bersama antara Direktorat Jenderal Anggaran dengan unit yang berwenang pada kementerian/lembaga serta BLU yang bersangkutan. Pengkajian kembali RBA terutama mencakup standar biaya dan anggaran BLU, kinerja keuangan BLU, serta besaran persentase ambang batas. Besaran persentase ambang batas ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLU. luktuasi Hasil kajian atas RBA menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA RKA-KL sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN. Setelah APBN ditetapkan, pimpinan BLU melakukan penyesuaian atas RBA menjadi RBA definitif. Skema pengajuan RBA BLU dapat dilihat pada Bagan 4.2 :

IV - | 3

Bagan 4.2 : Skema pengajuan RBA BLU 4.5. Pengintegrasian RBA dengan RKA RKA-KL RKA-KL sebagai dokumen usulan anggaran memuat sasaran terukur yang KL penyusunannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat kantor/satuan kerja ke tingkat yang kantor/satuan lebih tinggi (bottom-up) untuk melaksanakan penugasan dari menteri/pimpinan lembaga (top up) down). Dengan demikian dalam menyusun suatu Rencana Kerja dan Anggaran BLU harus menerapkan anggaran berbasis kinerja. BLU sebagai satuan kerja merupakan bagian dari kementerian/lembaga, oleh karena itu pengintegrasian RBA BLU ke dalam RKA KL dilakukan oleh kementerian/lembaga RKA-KL
IV - | 4

bersangkutan. Tata cara pengintegrasian RBA ke dalam RKA-KL berpedoman pada ketentuan dalam PP No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. 4.6. Bentuk Format RBA BLU (sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009) Bentuk format BLU terdiri dari : Bab I Pendahuluan 1. Gambaran Umum 2. Visi Badan Layanan Umum 3. Misi Badan Layanan Umum 4. Maksud dan Tujuan Badan Layanan Umum 5. Kegiatan Badan Layanan Umum 6. Budaya Badan Layanan Umum 7. Susunan Pejabat Pengelola BLU dan Dewan Pengawas Bab II Kinerja BLU Tahun Berjalan 1. Kondisi Eksternal dan Internal Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Tahun Berjalan 2. Perbandingan antara Asumsi RBA Tahun Berjalan dengan Realisasi serta Dampak Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun Berjalan 3. Pencapaian Kinerja 4. Pencapaian Program Investasi 5. Laporan Keuangan Tahun Berjalan Bab III Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Tahun Anggaran . 1. Gambaran Umum tentang Analisis Eksternal dan Internal BLU 2. Asumsi-asumsi Yang Digunakan dalam Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahun Anggaran . 3. Target Kinerja BLU 4. Analisis dan Perkiraan Biaya Per Output dan Agregat 5. Perkiraan Harga
IV - | 5

6. Rencana Pendapatan dan Biaya Operasional Per Unit 7. Rencana Pendapatan dan Biaya BLU 8. Anggaran BLU 9. Ambang Batas Belanja BLU Bab IV Proyeksi Keuangan Tahun Anggaran . 1. Proyeksi Neraca 2. Proyeksi Laporan Aktivitas 3. Proyeksi Laporan Arus Kas 4. Catatan atas Laporan Keuangan Bab V Penutup

IV - | 6

BAB V PENGELOLAAN KEUANGAN

5.1. Perencanaan Dan Penganggaran 5.1.1. Perencanaan 1) PASAR menyusun Rencana Strategis Bisnis lima tahunan berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 2) Renstra bisnis PASAR, mencakup pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan PASAR. 3) Visi, memuat suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. 4) Misi, memuat sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan baik. 5) Program strategis, memuat program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai sampai dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi,peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. 6) Pengukuran pencapaian kinerja, memuat pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian hasil kegiatan dengan disertai analisis atas faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja. 7) Rencana pencapaian lima tahunan, memuat rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun. 8) Proyeksi keuangan lima tahunan, memuat perkiraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima) tahun. 9) Renstra bisnis PASAR, dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Bisnis Tahunan dan evaluasi kinerja.

V-|1

5.1.2. Penganggaran 1) PASAR menyusun Rencana Bisnis Tahunan yang berpedoman kepada renstra bisnis PASAR. 2) Penyusunan Rencana Bisnis Tahunan, disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, dan sumber-sumber pendapatan PASAR lainnya. 3) Rencana Bisnis Tahunan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan PASAR dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan PASAR. 4) Rencana Bisnis Tahunan, memuat: a. Kinerja tahun berjalan; a) hasil kegiatan usaha; b) faktor yang mempengaruhi kinerja; c) perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi; d) laporan keuangan tahun berjaian; dan e) hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. b. Asumsi makro dan mikro, yang meliputi : a) tingkat inflasi; b) pertumbuhan ekonomi; c) nilai kurs; d) tarif; e) volume pelayanan. c. Target kinerja; a) perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan b) perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan. d. Analisis dan perkiraan biaya satuan; Merupakan perkiraan biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa pelayanan yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
V-|2

e. Perkiraan harga; Merupakan estimasi harga Jual produk barang dan/atau jasa setelah memperhitungkan biaya persatuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti tercermin dari tarif layanan. f. Anggaran pendapatan dan biaya; Merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan dan biaya. g. Besaran persentase ambang batas; Merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari pendapatan operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional PASAR. h. Prognosa laporan keuangan; Merupakan perkiraan realisasi keuangan tahun berjalan seperti tercermin pada laporan operasional, neraca, dan laporan arus kas. i. Perkiraan maju (forward estimate); Merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya. j. Rencana pengeluaran investasi/modal; Merupakan rencana pengeluaran dana untuk memperoleh aset tetap. k. Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-SKPD/APBD. Merupakan ringkasan pendapatan dan biaya dalam RBA yang disesuaikan dengan format RKA-SKPD/APBD. 5) Rencana Bisnis Tahunan, disertai dengan usulan program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan. 5.2. Pendapatan Dan Biaya Pasar 5.2.1. Pendapatan 1. Pendapatan PASAR dapat bersumber dari :
V-|3

a. Jasa layanan, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat. b. Hibah, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat. c. Hasil kerjasama dengan pihak lain, dapat berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi PASAR. d. APBD; berupa pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD. e. APBN; dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan lain-lain.dan f. Lain-lain pendapatan PASAR yang sah, antara lain meliputi : a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan; b. hasil pemanfaatan kekayaan; c. jasa giro; d. pendapatan bunga; e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh PASAR; g. hasil investasi. 2. Seluruh pendapatan PASAR, kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran PASAR sesuai Rencana Bisnis Tahunan. 3. Hibah terikat, diperlakukan sesuai peruntukannya. 4. Seluruh pendapatan PASAR, dilaksanakan melalui rekening kas PASAR dan dicatat dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan PASAR. 5. Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada PPKD setiap triwulan. 6. Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam Lampiran pedoman ini.
V-|4

5.2.2. Biaya 1. Biaya PASAR terdiri dari biaya operasional dan biaya non operasional. 2. Biaya operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi, yang terdiri dari : a. Biaya pelayanan, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi : a) biaya pegawai; b) biaya bahan; c) biaya jasa pelayanan; d) biaya pemeliharaan; e) biaya barang dan jasa; dan f) biaya pelayanan lain-lain. b. Biaya umum dan administrasi, seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi : a) biaya pegawai; b) biaya administrasi kantor; c) biaya pemeliharaan; d) biaya barang dan jasa; e) biaya promosi; dan f) biaya umum dan administrasi lain-lain. 3. Biaya non operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, yang meliputi : a) biaya bunga; b) biaya administrasi bank; c) biaya kerugian penjualan aset tetap; d) biaya kerugian penurunan nilai; dan e) biaya non operasional lain-lain. 4. Biaya PASAR, dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukungpelayanan.
V-|5

5. Pembiayaan program dan kegiatan, dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan. 6. Seluruh pengeluaran biaya PASAR, disampaikan kepada PPKD setiap triwulan, dan dilakukan dengan menerbitkan SPM Pengesahan yang dilampirl dengan Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ). 7. Format SPTJ dan Format Laporan, tercantum dalam Lampiran Pedoman ini. 8. Pengeluaran biaya PASAR diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan. 9. Fleksibilitas pengeluaran biaya PASAR, merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas Rencana Bisnis Tahunan yang telah ditetapkan secara definitif. 5.3. Pelaksanaan Anggaran 5.3.1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pasar 1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran - PASAR, mencakup antara lain: a. pendapatan dan biaya; b. proyeksi arus kas; c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan. 2. PPKD mengesahkan DPA-PASAR sebagai dasar pelaksanaan anggaran. 3. Pengesahan DPA-PASAR berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 4. Dalam hai DPA-PASAR, belum disahkan oleh PPKD, PASAR dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-PASAR tahun sebelumnya. 5. DPA-PASAR yang telah disahkan oleh PPKD, menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD. 6. Penarikan dana, digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7. Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa, sebesar selisih (mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah dengan aliran kas masuk yang diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang diproyeksikan, dengan memperhatikan anggaran kas yang telah ditetapkan dalam DPA-PASAR.
V-|6

8. DPA-PASAR menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh kepala daerah dengan pemimpin PASAR. 9. Perjanjian kinerja, merupakan manifestasi hubungan kerja antara kepala daerah dan pemimpin PASAR, yang dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractualperformance agreement). 10. Dalam perjanjian kinerja, kepala daerah menugaskan pemimpin PASAR untuk menyeienggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-PASAR. 11. Perjanjian kinerja, antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan : a. kinerja pelayanan bagi masyarakat; b. kinerja keuangan; c. manfaat bagi masyarakat. 5.3.2. Pengelolaan Kas 1. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, dilaksanakan melalui rekening kas PASAR. 2. Dalam pengelolaan kas, PASAR menyeienggarakan : a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas; b. pemungutan pendapatan atau tagihan; c. penyimpanan kas dan mengelola rekening bank; d. pembayaran; e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan. 3. Penerimaan PASAR pada setiap hari disetorkan seluruhnya ke rekening kas PASAR / BLUD dan dilaporkan kepada pejabat keuangan PASAR / BLUD. 5.3.3. Pengelolaan Piutang Dan Utang 5.3.3.1. Piutang 1. PASAR dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan PASAR.
V-|7

2. Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. PASAR melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo. 4. Untuk melaksanakan penagihan piutang, PASAR menyiapkan bukti dan administrasi penagihan, serta menyelesaikan tagihan atas piutang PASAR. 5. Penagihan piutang, yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada kepala daerah dengan dilampiri buktl-bukti valid dan sah. 6. Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang. 7. Kewenangan penghapusan piutang, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5.3.3.2. Utang 1. PASAR dapat melakukan pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain. 2. Pinjaman/utang, dapat berupa pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang jangka panjang. 3. Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab. 4. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka pendek hanya untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup defisit kas. 5. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka panjang hanya untuk pengeluaran investasi/modal. 6. Pinjaman jangka panjang, terlebih dahulu wajib mendapat persetujuan kepala daerah. 7. Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarnilai pinjaman. 8. Kewenangan perikatan pinjaman, diatur dengan peraturan kepala daerah. 9. Pembayaran kembali pinjaman/utang, menjadi tanggung jawab PASAR. 10. Hak tagih pinjaman/utang PASAR menjadi kadaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut undang-undang.
V-|8

11. Jatuh tempo, dihitung sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya. 12. PASAR wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo. 13. Pemimpin PASAR dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Tahunan. 5.3.4. Investasi 1. PASAR dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan PASAR. 2. Investasi, berupa investasi jangka pendek dan investasi Jangka panjang. 3. Investasi jangka pendek, merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimilikl selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. 4. Investasi jangka pendek, dapat dilakukan dengan pemanfaatan surplus kas jangka pendek. 5. Investasi jangka pendek, antara lain: a. deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis; b. pembelian surat utang negara jangka pendek; c. pembelian sertifikat Bank Indonesia. 6. Karakteristik investasi jangka pendek, adalah: a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan; b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan c. berisiko rendah. 7. PASAR tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan kepala daerah. 8. Investasi jangka panjang, antara lain: a. penyertaan modal; b. pemilikan obligasi Lntuk masa jangka panjang; dan c. investasi langsung seperti pendirian perusahaan.
V-|9

9. Dalam hal PASAR mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada pemerintah daerah. 10. Hasil investasi, merupakan pendapatan PASAR. 11. Pendapatan PASAR dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Tahunan. 5.3.5. Kerjasama 1. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, PASAR dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain. 2. Kerjasama, dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling menguntungkan. 3. Kerjasama dengan pihak lain, antara lain: a. kerjasama operasi; b. sewa menyewa; c. usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi PASAR. 4. Kerjasama operasi, merupakan perikatan antara PASAR dengan pihak lain, melalui pengelolaan manajemen dan proses operasional secara bersama dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. 5. Sewa menyewa, merupakan penyerahan hak penggunaan/pemakaian barang PASAR kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala. 6. Usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi PASAR, merupakan kerjasama dengan pihak lain yang menghasilkan pendapatan bagi PASAR dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi kewajiban PASAR. 7. Hasil kerjasama merupakan pendapatan PASAR. 8. Pendapatan PASAR, dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Tahunan. 5.3.6. Pengadaan Barang dan/atau Jasa 1. Pengadaan barang dan/atau jasa pada PASAR dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah.
V - | 10

2. Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat. 3. PASAR dengan status penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah, apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi. 4. Fleksibilitas, diberikan terhadap pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari : a. jasa layanan; b. hibah tidak terikat; c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan d. lain-lain pendapatan PASAR yang sah. 5. Pengadaan barang dan/atau jasa, berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh pemimpin PASAR dan disetujui kepala daerah. 6. Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan pemimpin PASAR, harus dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, iebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan PASAR. 7. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi PASAR sepanjang disetujui pemberi hibah. 8. Pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan oleh pelaksana pengadaan. 9. Pelaksana pengadaan, dapat berbentuk tim, panitia atau unit yang dibentuk oleh pemimpin PASAR yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna keperluan PASAR. 10. Pelaksana pengadaan, terdiri dari personil yang memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan. 11. Penunjukan pelaksana pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan dengan prinsip : a) obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang
V - | 11

dan/atau jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan/atau jasa; b) independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik langsung maupun tidak langsung; dan c) saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukkan pelaksana pengadaan lain. 12. Pengadaan barang dan/atau jasa, diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan kepala daerah. 5.3.7. Surplus Dan Defisit Anggaran 1. Surplus anggaran PASAR merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya PASAR pada satu tahun anggaran. 2. Surplus anggaran PASAR dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas permintaan kepala daerah disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas PASAR. 3. Defisit anggaran PASAR merupakan selisih kurang antara realisasi pendapatan dengan realisasi biaya PASAR pada satu tahun anggaran. 4. Defisit anggaran PASAR dapat diajukan usulan pembiayaannya pada tahun anggaran berikutnya kepada PPKD. 5.3.8. Penyelesaian Kerugian Kerugian pada PASAR yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang, diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penyelesaian kerugian daerah. 5.3.8. Penatausahaan 1. Penatausahaan keuangan PASAR paling sedikit memuat: a. pendapatan/biaya;
V - | 12

b. penerimaan/pengeluaran; c, utang/piutang; d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan e. ekuitas dana. 2. Penatausahaan PASAR didasarkan pada prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang sehat. 3. Penatausahaan PASAR, dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Pemimpin PASAR menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan PASAR. 5. Penetapan kebijakan penatausahaan, disampaikan kepada PPKD. 5.4. Akuntansi, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban 5.4.1. Akuntansi 1. PASAR menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan praktek bisnis yang sehat. 2. Setiap transaksi keuangan PASAR dicatat dalam dokumen pendukung yang dikelola secara tertib. 3. PASAR menyelenggarakan akuntansi dan iaporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia untuk manajemen bisnis yang sehat. 4. Penyelenggaraan akuntansi dan Iaporan keuangan, menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana. 5. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, PASAR dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan. 6. PASAR mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk PASAR yang bersangkutan dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah. 7. Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual, pemimpin PASAR menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya.
V - | 13

8. Kebijakan akuntansi PASAR, digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya. 5.4.2. Pelaporan Dan Pertanggungjawaban 1. Laporan keuangan PASAR terdiri dari : a) neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu; b) laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya PASAR selama satu periode; c) laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas selama periode tertentu; dan d) catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan keuangan. 2. Laporan keuangan, disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran PASAR. 3. Laporan keuangan, diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Setiap triwulan PASAR menyusun dan menyampaikan laporan operasional dan laporan arus kas kepada PPKD, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan berakhir. 5. Setiap semesteran dan tahunan PASAR wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja kepada PPKD untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan pemerintah daerah, paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir. 6. Penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan.
V - | 14

5.5. Evaluasi Dan Penilaian Kinerja 1. Evaluasi dan penilaian kinerja PASAR dilakukan setiap tahun oleh kepala daerah dan/atau dewan pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan. 2. Evaluasi dan penilaian kinerja, bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan PASAR sebagaimana ditetapkan dalam renstra bisnis dan RBT. 3. Evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan, dapat diukur berdasarkan tingkat kemampuan PASAR dalam : a) memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas); b) memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas); c) memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); d) kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran. 4. Penilaian kinerja dari aspek non keuangan, dapat diukur berdasarkan perspektif pelanggan, proses internal pelayanan,pembelajaran, dan pertumbuhan.

V - | 15

BAB VI PENGADAAN BARANG/JASA DAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA


6.1. Pengadaan Barang dan/atau Jasa
Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD PASAR dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah, berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat. BLUD PASAR (dengan status penuh) dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah, apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.

Fleksibilitas tersebut diberikan terhadap pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari : a. Jasa layanan;
b. Hibah tidak terikat; c. Hasil kerja sama dengan pihak lain; dan d. Lain-lain pendapatan BLUD PASAR yang sah.

Pengadaan barang dan/atau jasa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemimpin BLUD PASAR dan mendapat persetujuan dari kepala daerah. Ketentuan yang ditetapkan pemimpin BLUD PASAR, harus dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan BLUD PASAR. Adapun pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD PASAR sepanjang disetujui pemberi hibah. Pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan oleh pelaksana pengadaan, dapat berbentuk tim, panitia atau unit yang dibentuk oleh pemimpin BLUD PASAR yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna keperluan BLUD PASAR. Pelaksana ini, terdiri dari personil yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan. Penunjukan pelaksana dilakukan dengan prinsip:
VI - | 1

a. Obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang dan/atau jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan/atau jasa; b. Independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik langsung maupun tidak langsung; dan c. Saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari sumber yang berkompeten, pengadaan lain. Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana tersebut diatas, diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan kepala daerah. 6.2. Pengelolaan Barang Barang inventaris milik BLUD PASAR yang merupakan barang pakai habis, barang untuk diolah atau dijual, serta barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai aset tetap, dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada pihak lain atas dasar pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar dan/atau dihibahkan. Hasil penjualan barang inventaris ini, merupakan pendapatan BLUD PASAR, dan harus dituangkan secara memadai dalam laporan keuangan. Adapun atas asset-aset tetap, tidak boleh dialihkan dan/atau dihapus, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang, dan diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang termasuk asset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD PASAR atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Seperti halnya pada barang-barang inventaris, hasil pengalihan aset tetap merupakan pendapatan BLUD PASAR dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan, dan selanjutnya dilaporkan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah/kepala SKPD. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung
VI - | 2

dapat

dipercaya,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan

untuk

mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukkan pelaksana

dengan tugas dan fungsi BLUD PASAR harus mendapat persetujuan kepala daerah melalui sekretaris daerah. Tanah dan bangunan BLUD PASAR disertifikatkan atas nama pemerintah daerah yang bersangkutan. Adapun tanah dan bangunan yang tidak digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi BLUD PASAR, dapat dialihgunakan oleh pemimpin BLUD PASAR dengan persetujuan kepala daerah. 6.3. Kerjasama Dengan Pihak Ketiga Sebagai entitas ekonomi yang diberi keleluasaan untuk memperoleh pendapatan sendiri, BLUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, sesuai dengan fungsi dan bidang bisnisnya. Namun, karena BLUD bukanlah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, maka kerja sama yang dilakukan masih dalam kerangka atau lingkup kekuasaan kepala daerah. Adapun tata cara serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kerjasama daerah diatur didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah. 6.3.1. Tata Cara Kerja Sama Daerah Tata cara kerjasama daerah meliputi : 1. Tata cara kerja sama antar daerah; dan 2. Tata cara kerja sama daerah dengan pihak ketiga. Tata cara kerja sama dilakukan melalui tahapan : 1. persiapan; 2. penawaran; 3. penyiapan kesepakatan; 4. penandatanganan kesepakatan; 5. penyiapan perjanjian; 6. penandatanganan perjanjian; dan 7. pelaksanaan.

VI - | 3

6.3.2. Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah


1. Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) untuk menyiapkan kerja sama daerah. 2. TKKSD mempunyai tugas : 1. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan dikerjasamakan; 2. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan; 3. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga; 4. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah; 5. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan; 6. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja sama; 7. memberikan rekomendasi kepada bupati/walikota untuk penandatanganan kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama. 8. TKKSD terdiri atas :

Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Sekretaris Anggota Tetap

: Sekretaris Daerah : Asisten yang membidangi kerja sama daerah : Kepala Bappeda : Kepala Bagian yang membidangi kerja sama daerah : 1. Kepala Bagian Hukum 2. Kepala Bagian Pemerintahan 3. Kepala SKPD yang membidangi keuangan dan pengelolaan asset 4. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja sama 5. Kepala SKPD yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama 6. Tenaga ahli/pakar

Anggota Tidak Tetap

6.3.3. Ketentuan Lain-lain 1. TKKSD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk Tim Teknis untuk menyiapkan materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan. 2. Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam Anggaran

VI - | 4

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota tahun anggaran berjalan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. 3. Dalam hal kerja sama daerah memanfaatkan asset barang milik daerah dan melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

VI - | 5

LAMPIRAN I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 61 TAHUN 2007 TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT PERNYATAAN KESANGGUPAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

...................................................................................................................... 2

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... 1

PERNYATAAN KESANGGUPAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA


Yang bertanda Nama Jabatan Bertindak untuk dan atas nama Alamat Telepon/Fax. E-mail tangan di bawah ini: : ............................................................................................ 3 : ............................................................................................ 4 : ............................................................................................ 5 : ............................................................................................ : ............................................................................................ 6 : ............................................................................................7

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa .................8 sanggup untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut : 1. menerapkan standar pelayanan minimal; 2. meningkatkan manfaat layanan bagi masyarakat; 3. meningkatkan kinerja keuangan dan non keuangan; 4. menerapkan praktek bisnis yang sehat. melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun. .................., ...............................20.... 9 Kepala SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD Mengetahui, Meterai Sekretaris Daerah/Kepala SKPD ......................................... ................................................... Tanggal (tanda tangan) (tanda tangan)
Cap

(nama lengkap) NIP................ Keterangan:


1 2

(nama lengkap) NIP.................

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD 3 diisi nama lengkap. 4 diisi jabatan selaku pimpinan SKPD atau Unit Kerja 5 diisi SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD. 6 diisi nomor telepon/fax SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD. 7 diisi e-mail SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD). 8 diisi nama SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD). 9 diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 61 TAHUN 2007 TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT PERNYATAAN BERSEDIA DIAUDIT SECARA INDEPENDEN

...................................................................................................................... 2

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1 PERNYATAAN BERSEDIA DIAUDIT SECARA INDEPENDEN

Yang bertanda Nama Jabatan Bertindak untuk dan atas nama

tangan di bawah ini : : ............................................................................................ 3 : ............................................................................................ 4 : ............................................................................................ 5

Alamat : ............................................................................................ Telepon/Fax. : ............................................................................................ 6 E-mail : ............................................................................................7 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa untuk memenuhi salah satu persyaratan administrasi dalam rangka menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ...... Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, ................... 8 bersedia untuk diaudit secara independen. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun. .................., ...............................20.... 9 SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD Mengetahui, Sekretaris Daerah/Kepala SKPD ................................................... (tanda tangan) (nama lengkap) NIP................. Keterangan:
1 2

Meterai

........................................ (tanda tangan) (nama lengkap) NIP.................

Tanggal Cap

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD 3 diisi nama lengkap. 4 diisi jabatan selaku pimpinan SKPD/ Unit Kerja. 5 diisi SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD. 6 diisi nomor telepon/fax SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD. 7 diisi e-mail SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD). 8 diisi nama SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD). 9 diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 61 TAHUN 2007 TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT SURAT PERMOHONAN KEPADA KEPALA DAERAH UNTUK MENERAPKAN PPK-BLUD

...................................................................................................................... 2
Nomor : Lampiran Perihal : : Permohonan untuk menerapkan PPK-BLUD

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1

Kepada : Yth. Gubernur/Bupati/Walikota 3 ..................................................... di .

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 19, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ...... Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dengan ini kami mengajukan permohonan untuk dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Untuk mendukung permohonan tersebut bersama ini kami lampirkan dokumen persyaratan administratif sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dimaksud, yaitu: 1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan manfaat bagi masyarakat; 2. Pola Tata Kelola; 3. Rencana Strategis Bisnis; 4. Laporan Keuangan Pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; 4 5. Standar Pelayanan Minimum; 6. Laporan audit/Surat pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 5 Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perkenan dan persetujuannya diucapkan terima kasih.

.................., ...............................20.... 6
Mengetahui, Sekretaris Daerah/Kepala SKPD, (tanda tangan) (nama lengkap) NIP................ Pemohon, Kepala SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD, (tanda tangan) (nama lengkap) NIP..................

Keterangan:
1 2 3

4
5

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD pilih salah satu.

pilih salah satu


diisi salah satu Laporan audit tahun terakhir atau kalau belum ada, Surat Pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. diisi, tempat, tanggal, bulan dan tahun surat permohonan dibuat.

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TANGGAL : 61 TAHUN 2007 : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT LAPORAN PENDAPATAN BLUD

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1 ................................................................................ 2


LAPORAN PENDAPATAN BLUD......... TRIWULAN TAHUN
NO URAIAN ANGGARAN DALAM DPA REALISASI S/D TRIWULAN REALISASI TRIWULAN REALISASI S/D TRIWULAN LEBIH (KURANG)

LALU

INI

INI

Pendapatan BLUD 1. Jasa Layanan 2. Hibah 3. Hasil Kerjasama 4. Pendapatan Lain yang Sah Jumlah

...............................20....

.................., Pemimpin BLUD,

Mengetahui, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (tanda tangan) (nama lengkap) NIP................

(tanda tangan) (nama lengkap) NIP................. 4

Keterangan:
1 2

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota. diisi nama BLUD. 3 diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.
4

diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)

MENTERI DALAM NEGERI, ttd H. MARDIYANTO

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

LAMPIRAN V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TANGGAL : 61 TAHUN 2007 : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (SPTJ)

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. 2 .. SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (SPTJ)

Sehubungan dengan pengeluaran biaya BLUD...... Triwulan ............ Tahun......... sebesar Rp........... (.........................................................), yang berasal dari pendapatan : Jasa Layanan, Hibah, Hasil Kerjasama dan Pendapatan lain-lain yang sah, adalah tanggung jawab kami. Pengeluaran biaya tersebut di atas telah dilaksanakan dan dikelola berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dalam kerangka pelaksanaan DPA, dan dibukukan sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku pada BLUD dan bukti-bukti pengeluaran ada pada kami. Demikian surat Pernyataan ini dibuat untuk mendapatkan pengesahan pengeluaran biaya BLUD.......... .................., ...............................20.... 3 Pemimpin BLUD ..................... (tanda tangan) (nama lengkap) NIP................. 4

Keterangan:
1 2

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD 3 diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan tanggung jawab dibuat.
4

diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)

MENTERI DALAM NEGERI, ttd H. MARDIYANTO

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

LAMPIRAN VI : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 61 TAHUN 2007 TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... 1 ................................................................................ 2


LAPORAN PENGELUARAN BIAYA BLUD..................3 TRIWULAN TAHUN
NO URAIAN ANGGARAN DALAM DPA REALISASI S/D TRIWULAN REALISASI TRIWULAN

FORMAT LAPORAN PENGELUARAN BIAYA BLUD

LALU

INI

REALISASI S/D TRIWULAN

INI

LEBIH (KURANG)

A.

B.

BIAYA OPERASIONAL 1. Biaya Pelayanan a. Biaya pegawai b. Biaya bahan c. Biaya jasa pelayanan d. Biaya pemeliharaan e. Biaya barang & jasa f. Biaya pelayanan lain-lain 2. Biaya Umum & Administrasi a. Biaya Pegawai b. Biaya administrasi kantor c. Biaya pemeliharaan d. Biaya barang & jasa e. Biaya promosi f. Biaya umum & adm. lainlain BIAYA NON OPERASIONAL a. Biaya bunga b. Biaya administrasi bank c. Biaya kerugian penjualan aset tetap d. Biaya kerugian penurunan nilai e. Biaya non operasional lainlain JUMLAH

.................., ...............................20.... 4 Pemimpin BLUD Mengetahui, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (tanda tangan) (nama lengkap) NIP................... Keterangan:
1 2 3 4 5

(tanda tangan) (nama lengkap) NIP............... 5

diisi Nama Provinsi/Kabupaten/Kota diisi Nama BLUD diisi Nama BLUD. diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun laporan dibuat. diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS.)

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, PERWIRA

H. MARDIYANTO

Lampiran 7 :

BAGAN PROSES PENETAPAN PENERAPAN PPK-BLUD SKPD

Sumber : Lampiran II Surat Edaran Mendagri No.900/2759/SJ.

Lampiran 8 :

DIAGRAM PROSES PENETAPAN PENERAPAN PPK-BLUD UNIT KERJA PADA SKPD.

Sumber : Lampiran III Surat Edaran Mendagri No.900/2759/SJ.

You might also like