You are on page 1of 113

BAB II ALAT UKUR & KESALAHAN PENGUKURAN

1. METROLOGI GEOMETRIK Metrologi adalah ilmu pengukuran besaran teknik. Sesuai dengan jenis besaran yang diukur Metrologi Geometrik hanya berkaitan dengan besaran panjang. Seringkali istilah Metrologi Geometrik ini dikatakan sebagai Metrologi Dimensi (Dimensional Metrology). Sesungguhnya dimensi hanya salah satu jenis elemen geometrik dan masih ada jenis elemen geometrik yang lain yaitu bentuk, posisi dan kehalusan permukaan. Sementara itu, karena metrologi geometrik ini banyak dimanfaatkan oleh industri pemesinan pada khususnya dan industri engineering pada umumnya maka dapat dikatakan sebagai Metrologi Industri. Metrologi Geometrik berfungsi sebagai cara untuk mengukur apakah karakter geometri memenuhi spesifikasi geometrik yaitu acuan yang berupa toleransi geometrik. Sesuai bentuk/geometri dan ukuran dan daerah, maka perlu dipilih cara/metoda dan alat yang cocok/sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian metrologi geometrik berkembang sesuai dengan kemajuan proses pembuatan serta tuntutan akan kenaikan kualitas berbagai mesin & peralatan. Meskipun demikian, serupa dengan proses pembuatan maka roses pengukuran ada kemungkinan terjadinya kesalahan. 2. KASIFIKASI METROLOGI GEOMETRIK Alat ukur geometrik dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan atau sifatnya. cara klasifikasi ini yang paling sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya. Menurut sifatnya alat ukur geometnik dibagai menjadi lima jenis. 1.Alat ukur langsung; mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut. 2.Alat ukur pembanding; mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Karena daerah skala ukurnya terbatas maka alat ini hanya digu nakan sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensi terhadap ukuran standar.

3.Alat ukur standar; Digunakan sebagai standar atau acuan dalam proses pengukuran tak langsung bersama-sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu obyek ukur. 4.Alat ukur batas; 5.Alat ukur bantu; (kaliber), untuk menunjukkan apakah suatu dimensi terletak didalain atau diluar daerah toleransi ukuran. berfungsi untuk membantu pelaksanaan pengukuran terutama dalam proses pengukuran tak langsung. Berdasarkan jenis alat ukur menurut sifatnya seperti di atas maka proses pengukuran bisa diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pengukuran Iangsung. Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala alat ukur yang digunakan (alat ukur langsung). Contohnya adalah mengukur panjang dengan mikrometer, lihat gambar 5.a. 2. Pengukuran tak langsung. Pengukuran yang menggunakan alat ukur dan jenis pembanding, standar dan pembantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu mengukur obyek ukur dan ukuran standar (pada alat ukur standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensi dan obyek ukur. lihat gambar 5.b.

3. Pengukuran dengan kaliber batas. Pengukuran yang dilakukan hanyamenunjukkan apakahdimensi yang diukurterletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran yang ditentukan. Dimensi yang terletak di dalam daerah toleransi berarti dianggap baik, sedangkan dimensi yang terletak di luar daerah toleransi adalah jelek. Cara pengukuran seperti mi dimaksudkan untuk mempercepat pemeriksaan atas produk yang dibuat dalam jumlah besar, dan alat ukur yang digunakan adalah dan jenis kaliber (go & not go gauges). Lihat gambar 5.c.

4. Perbandingan dengan bentuk standar. Membandingkan bentuk suatu produk dengan suatu bentuk standar, misalnya dilakukan pada layar dan alat ukur proyeksi. Ketepatan untuk suatu konis dapat diperiksa dengan menggunakan Morse Konis. Jadi pada prinsipnya pengukuran seperti mi tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi suatu benda ukur secara Iangsung. Lihat gambar 5.d. Alat ukur dapat pula diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya yaitu : 1. Mekanik 2. Elektrik 3. Optik 4. Hidrolik 5. Pneumatik atau Aerodinamik

a. pengukuran lansung (dengan mikrometer)

b.

c. Pemeriksaan dengan Kailber GO & NOT GO

d. Pemeriksaan secara perband dengan bentuk standar (acuan) (dengan proyektor profil) Pengukuran tak Larigsung Pengukuran mikrometer) Langsung (dengan

Gambar 5 Beberapa contoh cara pengukuran.

3. KONSTRUKSI UMUM ALAT UKUR Masalah pengukuran geometrik dalam banyak hal tidak semudah mengukur suatu panjang benda ukur dengan mistar. Yang membedakan suatu alat ukur dengan alat ukur yang lain alah konstruksinya atau dengan kata lain cara berfungsinya alat ukur tersebut.Alat ukur terbagi menjadi tiga komponen utama yaitu 1. Sensor Sensor adalah peraba dan alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat ukur dengan benda ukur. Ujung-ujung kontak dan mikrometer, kedua lengan dan mistar ingsut (vernier caliper) adalah merupakan contoh dan sensor mekanik. Sistem lensa (obyektif) adalah merupakan sensor dan alat ukur optik. Suatu poros dengan lubang lubang kecil melalui mana udara tekan mengalir keluar adalah suatu contoh dan sensor pneumatik. 2. Pengubah Pengubah adalah bagian yang terpenting dan alat ukur, dimana isyarat dan sensor diteruskan, diubah atau diolah yang kemudian diteruskan ke bagian lain dan alat ukur (bagian penunjuk). Tugas utama pengubah adalah untuk memperbesar dan memperjelas perbedaan yang kecil dan geometri suatu obyek ukur. 3. Penunjuk /pencatat Penunjuk atau pencatat adalah bagian dan alat ukur melalui mana harga dan hasil suatu pengukuran ditunjukkan atau dicatat. Hampir semua alat ukur, kecuali beberapa alat ukur standar dan alat ukur batas, mempunyai bagian penunjuk yang dapat kita katagorikan menjadi 2 macam, yaitu penunjuk berskala dan penunjuk berangka (digital). 3.1.PENGUBAH Terdapat bermacam-macam prinsip kerja pengubah, mulai dan prinsip kinematik, optik, elektrik, pneumatik sampai pada sistem gabungan, yang kesemuanya bertujuan untuk memperbesar dan memperjelas isyarat yang diperoleh melalui sensor. Berikut ini akan dibahas prinsip kerja pengubah pada beberapa alat ukur.

v 3.1.1. Pengubah Mekanik Prinsip kerja dan pengubah alat ukur mekanik semata-mata berdasarkan prinsip kinematik meneruskan serta mengubah gerakan (biasanya gerakan translasi) menjadi gerakan lain (biasanya gerakan rotasi) yang relatif lebih besar perubahannya. Contohnya adalah sistem roda gigi dan batang bergigi dan jam ukur (dial indicator) serta sistem ulir dan mikrometer, lihat gambar 6.

Gambar 6 Prinsip pengubah kinematik dan jam ukur dan mikrometer. 3.1.2 Pengubah elektrik Pengubah yang memakai prinsip kerja elektrik berfungsi untuk mengubah isyarat perubahan besaran non elektrik (misalnya perubahan panjang), baik yang berasal langsung dan sensor maupun yang telah melalui pengubah primer (biasanya pengubah mekanik), menjadi isyarat perubahan besaran elektrik. Perubahan besaran elektrik (arus atau tegangan listrik) dapat diolah dan diperbesar dengan memakai prinsip elektronik sehingga dapat diketahui hubungan antara isyarat mula dengan isyarat akhir yang diukur dan ditunjukkan pada skala dan alat ukur. 3.1.3 Pengubah Optik Pada dasarnya sistem optik yang digunakan sebagai pengubah atat ukur adalah berfungsi sebagai pembelok berkas cahaya yang melewati atau memantul

(berasal) dan suatu obyek sehingga terbentuk suatu bayangan (maya atau nyata) dengan ukuran/penyimpangan yang besar dan ukuran/penyimpangan obyeknya. Yang dimaksud dengan obyek disini adalah ukurnya sendiri atau komponen dan alat ukur misalnya skata atau garis indeks. Sistem optik biasanya terdiri dan salah satu gabungan komponen-komponen yang berupa cermin, atau prisma, melalui mana berkas cahaya akan dipantulkan dan/atau dibiaskan. Beberapa jenis sistem optik yang digunakan datam bidang metrologi antara lain adalah : pembesar, miskroskop, proyektor, teteskop, autokolimator dan teleskop posisi. Sebagai contoh pengubah optik maka berikut ini akan dibahas pengubah optik pada proyektor yang lebih spesifik akan digunakan pada alat ukur profit proyektor.

I Gambar 10 prinsip dari proyektor Dua sistem lensa, yaitu kondesor dan proyeksi adalah merupakan komponen dan proyektor, gambar 10. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya diarahkan oleh kondensor menuju obyek yang diletakkan di antara kondensor dan proyeksi. Karena benda ukur biasanya tidak tembus cahaya maka hanya sebagian dari berkas cahaya diteruskan dan diproyeksikan kesuatu layar, sehingga terlihat bayangan gelap dan benda ukur dengan latar belakang yang terang. pemeriksaan bayangan dari benda ukur (pengukuran atau pembandingan dengan contoh dari bentuk standar) dilakukan dari balik layar yang terbuat dari kaca yang diasah (kaca buram).seperti halnya pada mikroskop, disini benda ukur dapat diletakkan pada meja posisi,sehingga bayangan dan benda ukur dapat digerakkan relatif terghadap garis silang yang terdapat pada layar, dan jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan dapat dibaca pada skala kepala mikrometer (melalui mana meja posisi digerakkan).

10

3.1.4 Pengubah Pneumatik Alat ukur dengan pengubah pneumatik bekerja atas dasar suatu gejala bahwa kondisi suatu aliran udara yang tertentu (tetap) akan herubah apabila ada perubahan pada celah antara ukaran benda ukur dengan permukaan sensor alat ukur (dimana udara mengalir melaluinya). Perubahan kondisi aliran udara ini dapat diketahui dengan cara mengukur tahanan tekanannya ataupun kecepatan alirannya. Alat ukur pneumatik ini secara keseluruhannya dianggap sebagai suatu sistem aliran udara yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. sumber udara tekan 2 sensor yang berfungsi juga scbagai pengubah 3.alat pengukur perubahan kondisi aliran udara Berdasarkan cara pengukuran perubahan kondisi aliran udara maka kita temukan dua jenis ukur pneumatik, yaitu : 1. Sistem Tekanan Balik (Back Pressure System) 2.Sistem Kecepatan Aliran (Flow-Velocity System)

Gambar 11 Alat ukur pheumatik dengan sistem tekanan balik

11

Gambar 12 alat ukur pneumatik dengan sistim kecepatan aliran

Gambar 13 Macam-macam sensor alat ukur pneumatik.

12

3.2 PENUNJUK/PENCATAT 3.2.1 Penunjuk Berskala Skala adalah susunan garis yang beraturan dengan jarak antara dua garis yang berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu. Jarak antara dua garis dan skala alat ukur geometris dapat berarti bagian dan meter atau bagian dari derajat. Gambar 14 skala dengan garis indek Dan jarum penunjuk Secara visual pembacaan dilakukan dengan pertolongan garis indeks atau

jarum penunjuk yang bergerak relatif terhadap skala. posisi dan garis indeks atau jarum penunjuk pada skala menyatakan suatu harga lihat gambar 14. Skala Nonius (Vernier Scale). Pada suatu pcngukuran garis indeks tidak selalu tepat segaris dengan garis skala, akan tetapi sering gariis indeks ini terletak di antara dua garis skala sehingga akan timbul kesulitan dalam nentukan harga hasih pengukuran. Oleh karena itu untuk menaikkan kecermatan pembacaan maka garis indeks sering digantikan dengan suatu susunan garis yang disebut skala nonius. Sesuai dengan cara pembuatannya dikenal dua macam skala nonius, yaitu skala nonius satu dimensi dan skala nonius dua dimensi. Garis nol nonius segaris dengan garis A skala utama. u = jarak satu bagian skala utama n = karak satu bagian skala nonius k = u-n. Gambar 15 Prinsip skala nonius suatu dimensi

13

Garis nol nonius tergeser sejauh k dan garis A; garis pentama nonius segaris dengan salah satu garis skala utama. Garis nol nonius lergeser sejauh 2k dan garis A; Garis kedua nonius segaris dengan saru garis ska1a utama. Prinsip dari skala nonius satu dimensi mungkin dapat kita jelaskan sebagaimana gambar 15. skala alat ukur dalam hal ini disebut sebagai skala utama sedang skala yang terletak dibawahnya disebut skala nonius misalkan jarak antara dua garis skala utama adalah u. Sedang n adalah jarak antara dua garis skala nonius, maka setiap satu bagian skala utama akan lebih panjang sebesar k dibandingkan dengan satu bagian skala nonius. Apabila posisi garis nol nonius adalah tepat segaris dengan suatu garis skala utama misalkan A, maka hasihn pengukuran adalah tepat sedang n adalah jarak antara dua garis skala nonius, maka setiap satu bagian skala utama akan lebih panjang sebesar k dibandingkan dengan satu bagian skala nonius. Apabila posisi garis nol nonius adalab tepat .segaris dengan suatu garis skala utama misalkan A, maka hasil pengukuran adalah tepat berharga A. Selanjutnya apabila garis nol nonius tergeser ke kanan sebesar k maka garis pertama nonius akan tepat segaris dengan sa1ah satu garis skala utama. Seandainya garis nol nonius lebih tergeser ke kanan lagi sejauh k dan posisi ganis A maka garis kedua noniuslah yang tepat segaris dengan salah satu garis skala utama. Proses pergeseran ini dapat kita lakukan terus sampai akhirnya garis nol nonius kembali menjadi segaris dengan garis skala utama (sesudah A). Dengan demikian penentuan posisi garis nol nonius relatif terhadap A adalah dengan melihat garis nonius yang keberapa yang menjadi segaris dengan salah satu garis skala utama. Jarak k adalah menggambarkan kecermatan dan skala nonius, semakin kecil k maka kecermatannya semakin tinggi, artinya posisi garis nol nonius relatif terhadap suatu garis skala utama (sesudahnya) menjadi semakin jelas. Akan tetapi semakin kecil k berarti skala nonius memerlukan jumlah s yang lebih banyak, karena jumlah garis nonius (kecuali garis nol) atau jumlah bagian dari skala nonius adalah sama dengan 1/k buah. Dengan demikian k tidak boleh terlalu kecil,karena : Untuk mempermudah penentuan garis nonius yang menjadi segaris dengan skala utama.

14

Untuk membatasi panjang keseiuruhan skala nonius, (harus jauh lebih pendek dan panjang keseluruhan skala utama). supaya skala nonius tidak begitu panjang (tidak memakan tempat), kadang-kadang hanya setengah panjang keseluruhan skala nonius saja yang dipakai dengan catatan bahwa setiap bagian dari skala utama dalam hal ini harus dibagi menjadi dua sehingga pembacaan dapat diulangi lagi mulai dan garis nol nonius setelah setengah bagian dan skala utama dilewati, gambar 16. Beberapa contoh cara pembacaan dengan memakai skala nonius ditunjukkan pada gambar 17. untuk garis nol nonius yang tidak segaris dengan garis skala utama maka penunjukkan harga sama dengan harga dari skata utama sesudah ganis nol nonius ditambah dengan harga garis skala nonius yang tepat segaris dengan salah satu garis skala utama. Garis skala nol nonius belum melewati setengah bagian skala utama. Garis nol nonius bagian melewati dari skala

setengah

utama, pembacaan diulang lagi mulai dan garis nol nonius. Gambar 16 pembagian skala utama menjadi dua bagian, apabila skala nonius hanya setengah panjang keseluruhan

15

Tabel 4 berikut adalah beberapa contoh kecermatan skala nonius yang digunakan pada beberapa alat ukur, misalnya mistar ingsut dan busur bilah. Tabel 4 skala nonius satu dimensi

skala nonius yang hanva menunjukkan harga sampai setengah jarak skaia utama. + digunakan pada atat ukur sudut dengan skata yang dibuat pada busur dcnganjan-jari yang panjang, misalnya pada profil proyektor. u sama dengan dua bagian skala utama.

Angka pada skala nonius adalah menyatakan sepersepuluh harga skala utama, atau dalam menit kalau skala utama dalam derajat. Untuk skala nonius dengan setengah panjang keseluruhannya, jika garis nol nonius telah melewati setengah bagian skala utama, maka kita harus menambahkan angka lima pada setiap angka dari skala nonius (atau menambah tiga puluh menit untuk skala utama dalam derajat).

16

Gambar. 17 Contoh pembacaan skala nonius

Gambar 18 Prinsip skala nonius dua dimensi.

17

Gambar 19 skala nonius (kiri) dua dimensi Skala nonius dua demensi Suatu segi empat dengan satu diagonal dimana sisi datar adalah u dan sisi tegak dibagi dalam n bagian yang sama, dapat berfungsi sebagai skala nonius dua dimensi. Untuk penunjukkan tepat maka kedua sisi tegak akan berimpit dengan garis skala utama (karena u dibuat sama dengan jarak satu bagian skala utama), lihat gambar 18. Untuk skala nonius kanan, apabila sisi tegak sebelah kanan tergeser ke sebelah kanan maka posisinya relatif terhadap garis A dapat diketahui dengan melihat perpotongan antara garis A dengan diagonal serta membaca angka pada garis nonius mendatar yang tepat pada titik perpotongan tersebut. Demikian pula halnya dengan skala nonius kiri dimana urutan pembacaan skala utama adalah mulai dan kanan ke kiri (terbalik). Kecermatan pembacaan adalah tergantung dan jumlah garis mendatar nonius. Untuk n = 10 maka kecermatannya adalah (1/10) x U, jika n = 100 maka kecermatannya adalah (1/100) x u.

18

Gambar 20 Pembacaan skala mikrometer dengan kecermatan 0,01 mm. Skala mikrometer Skala pada semua jenis mikrometer dibuat pada kedua bagian dan mikrometer, pertama pada silinder tetap (kita sebut skala tetap) dan kedua pada silinder putar (kita namakan skala putar). Tepi dan silinder putar berfungsi sebagai garis indeks untuk pernbacaan skala tetap (pembacaan kasar), sedang garis yang melintang sepanjang skala tetap berfungsi sebagai garis indeks untuk pembacaan skala putar (pembacaan halus). Biasanya untuk satu kali putaran, tepi dan silinder putar akan menggeser sejauh setengah skala tetap (0,5)*1. oleh karena itu angka pada skala putar bermula dan berakhir pada angka 0 yang juga berarti angka 50 apabila pembagian skala putar adalah 50 buah. Dengan demikian satu bagian dan skala putar adalah sesuai dengan jarak 0,01 mm. Apabila tepi silinder putar telah melewati setengah bagian dan skala utama, maka angka pada silinder putar harus diartikan sebagai kelebihannya angka 50, gambar 20 adalah merupakan contoh pembacaan skala mikrometer dengan kecermatan 0,01 mm. Beberapa mikrometer mempunyai silinder putar dengan diameter yang relatif besar, dengan demikian pembagian skala putar dapat diperhalus. Kecermatan sampai 0,002 mm dapat dicapai dengan membuat pembagian skala putar menjadi 250 buah**. Untuk mikrometer dengan diameter silinder putar yang agak kecil pun dapat dinaikkan kecermatan pembacaannya, yaitu dengan cara membuat skala nonius (satu
1

*ulir dari micrometer mempunyai pits sebesar 0,5 mm,ada pula mikkrometer yang mempunyai pis sebasar 1 mm,dalam hal ini untuk satu kali putaran selinder putar akan menggeser sejauh 1 mm **0,5 mm debagi menjadi 250 bagian,jadi satu bagian skal putar adalah sesuai dengan 0,002 mm

19

dimensi) yang digunakan pada waktu membaca skala tetap dengan garis melintangnya skala tetap dianggap sebagai ganis nol nonius. Kecermatan pembacaan dalam hal ini tergantung dan cara pembuatan skala nonius. Kecermatan pembacaan dalam hal ini tergantung dan cara pembuatan skala nonius (lihat pada pembicaraan mengenai skala nonius sama dimensi, dalam hal ini skala putar dianggap sebagai skala utama). Contoh pembacaan skala mikrometer dengan skala nonius adalah seperti gambar 21.

Gambar 22 Paralaks dan cara menghindarinya. Skala Dengan Jarum Penunjuk Alat ukur pembanding (comparator) umumnya mempunyai jarurn penunjuk yang bergerak relatif terhadap skala yang diam. Jarum penunjuk bergerak berdasarkan prinsip mekanik ataupun prinsip elektrik. Prinsip mekanik dipakai pada

20

alat ukur dengan pengubah mekanik, sedang prinsip elektrik digunakan pada alat ukur dengan dengan pengubah elektrik. Penunjuk dari jenis elektrik ini sesungguhnya merupakan voltmeter (yang mengukur besarnya tegangan listrik) atau berupa ampermeter (yang mengukur besarnya arus 1istrik akan tetapi skalanya telah disesuaikan (dikalibrasi) menjadi penunjukan satuan panjang. Suatu kesalahan pembacaan yang dikenal dengan nama paralaks mungkin dapat terjadi pada waktu membaca posisi jarum penunjuk pada skala. Kesalahan ini terjadi apabila mata kita tidak pada satu bidang yang melalui jarum penunjuk dan tegak lurus bidang skala (bidang pembacaan), lihat gambar 22. Paralaks ini dapat dicegah apabila mata kita (sebelah kanan atau sebelah kiri) tepat pada bidang pembacaan. Beberapa alat ukur mempunyai cermin pada bidang skalanya, dengan demikian apabila mata kita tidak tepat pada bidang pembacaan maka bayangan dari jarum penunjuk masih tetap kelihatan, pembacaan boleh dilakukan setelah jarum penunjuk menutupi bayangannya. Cara lain adalah dengan membuat letak jarum penunjuk sangat dekat dengan bidang skala.

Gambar 23 penunjuk digital dengan sistim mekanik.

Gambar 24. Penunjuk digital elektronik

21

3.2.2 Penunjuk Berangka (Digital) Pada alat ukur dengan penunjuk berangka, kita dapat langsung mengetahui hasil mengukuran melalui deretan angka yang ada padanya. Penunjuk berangka ini dapat kita golongkan menjadi 2 macam, yaitu jenis mekanik dan jenis elektronik. Penunjuk digital mekanik terdiri dan susunan beberapa silinder masing-masing diberi angka mulai dan 0 sampai dengan 9, lihat gambar 24. Mulai dan yang paling kanan silinder-silinder tersebut kita sebut sebagai silinder pertama, kedua dan seterusnya. Melalui sistem roda gigi, pengubah mekanik secara kontinyu memutar silinder pertama. Untuk sekali utaran, silinder pertama akan memutar silinder kedua sebanyak 1/10 putaran. Apabila silinder kedua telah genap berputar satu kali maka silinder ketiga akan terputar sebanyak 1/10 putaran. Proses pemutaran silinder dengan cara bertingkat mi dapat belangsung terus sampai silinder terakhir.

Gambar 25 Alat pencatat dengan prinsip galvometer dan prinsip servometer. 3.2.3 Pencatat Untuk beberapa hal tertentu penunjukkan suatu harga pada suatu saat dianggap tidak memberikan suatu informasi yang lengkap mengenai proses pengukuran yang sedang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan alat pencatat yang dapat membuat suatu grafik pengukuran pada kertas berskala. Beberapa proses pengukuran yang memerlukan alat pencatat antara lain adalah pengukuran

22

konfigurasi permukaan dan pengukuran kebulatan. Pada saat ini alat pencatat yang berdasarkan prinsip kerja elektrik lebih banyak kita jumpai dari pada alat pencatat dengan sistem mekanik. Dua prinsip kerja yang umum digunakan oleh alat pencatat elektrik adalah prinsip galvanometer atau prinsip servo-motor. Suatu kumparan, spoel, yang bebas berputar pada suatu medan magnit tetap adalah rupakan komponen utama dari galvanometer (lihat gambar 25.a.) Apabila ada arus listrik berasal dan pengubah elektrik) yang melalui kumparan ini maka posisi dari kumpanan akan berputar sampai suatu kedudukkan tertentu tergantung dari kuat lemahnya arus listrik. Akibatnya pena pada ujung batang yang bersatu dengan kumparan akan menggoreskan suatu garis pada kertas grafik (kertas berskala) yang secara kontinyu bergerak selama proses pengukuran berlansung. Pegas spiral yang terpasang pada kumparan berfungsi untuk menyetel/ mengembalikan ke posisi nol serta untuk menaikkan reaksi dan alat pencatat. Alat pencatat dengan servo-motor bekerja atas dasar penyesuaian perbedaan voltase. Suatu jembatan wheatstone yang berfungsi sebagai alat pembanding diberi suatu voltase referensi pada kedua ujungnya, lihat gambar 25.b. Kedua ujung yang lain dari jembatan wheatstone (berupa kontak geser) dihubungkan dengan bagian pengubah dari alat ukur dengan suatu voltase yang hendak diukur. Selain kedua voltase ini belum setimbang maka akan ada arus listrik yang melalui kontak geser menuju kepenguat arus, sehingga akan timbul voltase yang cukup besar untuk menggerakkan motor. Karena poros motor berputar maka kontak geser akan tergeser kesalah satu arah sampai terjadi suatu kesetimbangan voltase, dengan demikian pena pada ujung kontak geser ini akan membuat suatu garis pada kertas berskala. Kontak geser pada sisi yang lain dan jembatan wheatstone berfungsi sebagai penyetel posisi nol dan pena.

23

4. SIFAT UMUM ALAT UKUR Ka re na ala t uk ur di bu at ole h ma nu sia , ma ka cir i uta ma ala t uk ur ad ala h ket

24

ida kse m pu rn aa n. me ski pu n ala t uk ur dir en ca na ka n da n di bu at de ng an car

25

a ya ng pal in g se ks am a, ket ida k se m pu rn aa n tid ak bis a di hil an gk an sa ma se

26

kal i da n ha ny a dal am bat asbat as ter ten tu me re ka an gg ap se ba gai cu ku p bai k un

27

tu k di gu na ka n dal am su atu pr os es pe ng uk ur an. Un tu k me ny ata ka n sif atsif at

28

ala t uk ur di gu na ka n be be ra pa isti lah tek ni k. Be be ra pa isti lah ya ng ak an di ba ha

29

s ant ara lai n ad ala h ra nta i kal ibr asi , ke pe ka an, ke m ud ah an ba ca, his ter isi s, ke

30

pa sif an, ke sta bil an no l da n pe ng am ba ng an. 4.1 Rantai Kalibrasi/Mampu Usut Meskipun hubungan antara perubahan jarak yang terjadi pada sensor dan perubahan harga yang ditunjukkan pada penunjuk/pencatat dapat dihitung dan direncanakan secara teoritis, akan tetapi pada akhirnya setelah alat ukur selesai dibuat, harus dilakukan suatu ka1ibarasi/peneraan yaitu mencocokkan harga-harga (bukan satu harga) yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga standar (harga sebenarnya). Kalibrasi bukan saja diharuskan untuk alat ukur yang baru selesai dibuat, akan tetapi diwajibkan pula bagi alat ukur yang telah lama dipakai. Hal ini perlu untuk menghindari penipuan dari alat ukur, karena satu dan lain hal misalnya keausan dan komponen-komponennya. Untuk menjamin hubungannya dengan satuan standar panjang maka alat ukur yang gunakan oleh operator mesin perkakas (alat ukur kerja) dapat diperiksa melalui suatu rantai kalibrasi sebagai berikut,

31

Tingkat 1. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja. Tingkat 2. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar. Tingkat 3. Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar dantingkatan yang lebih tinggi (standar nasional atau yang telahditera secara nasional). Tingkat 4. Kalibrasi standar nasional dengan standar meter Tingkatan-tingkatan kalibrasi di atas sering disebut pula sebagai mampu usut (traceability) dari ketelitian suatu alat ukur. Tingkatan1 dan mungkin juga tingkatan 2 dapat dilakukan oleh industri mesin yang bersangkutan, sedakan tingkatan 3 dan mungkin juga tingkatan 4 dilaksanakan oleh beberapa Laboratorium Metrologi Industri yang diberi wewenang. Cara kalibrasi bertingkat seperti diatas ini dimaksudkan untuk menghindani peneraan alat ukur kerja langsung dengan standar meter internasional. 4.2 Kepekaan (Sensitivity) Kepekaan adalah kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur. Misalnya dua alat ukur yang sejenis A dan B digunakan untuk memeriksa perbedaan panjang yang relatif kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan perbedaan tersebut pada skala dari alat ukur B, maka dikatakan alat ukur A lebih peka (sensitif) dari pada alat ukur B. Kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh mekanisme pengubahnya dan harganya dapat diketahui dengan cara membuat grafik antara harga yang diukur dengan bacaan skala seperti gambar 3.31.

32

Gambar 26 kepekaan statu alat ukur Dalam segala hal dikehendaki suatu hubungan yang linear antara penunjukkan dan harga yang diukur. Oleh karena itu skala pada alat ukur hanya dibuat sepanjang daerah yang linear dan diluar itu mungkin hubungan tersebut tidak linear lagi (karena konstruksi alat ukur tidak memungkinkan untuk mendapatkan daerah kerja yang sangat lebar). 4.3 Kemudahan Baca (Readability) Kemudahan baca adalah kemampuan sistem pcnunjukkan alat ukur untuk memberikan suatu angka yang jelas dan berarti. Kemudahan baca suatu alat ukur dapat ditingkatkan dengan menbuat skala nonius dan/atau mebuat garis-garis skala yang tipis dengan jarak yang kecil serta jarum penunjuk yang tipis. Tetapi pembuatan skala seperti di atas memungkinkan kesalahan baca, hal ini yang menjadi alasan mengapa sistem penunjuk digital elektronis akhir-akhir mi menggeser kedudukan sistem penunjuk skala dengan jarum atau garis indeks. 4.4 Histerisis Histerisis adalah penyimpangan yang timbul saat dilakukan pengukuran secara kontinyu daridua arah yang berlawanan, yaitu mulai dan skala nol hingga skala maksimum kemudian diulangi dan skala maksimum sampai skala nol. Bila suatu jam ukur digunakan untuk mengukur ketinggian secara kontinyu bertambah dan pembacaan diulangi pada arah yang berlawanan (kontinyu menurun), kemudian kita gambarkan kesalahannya 2 yaitu penyimpangan penunjukkan jam ukur
2

*desebut dengan kesalahan sistematis,yaitu perbedaan antara harga yang ditunjukkan oleh jam ukur dengan ketinggian sebenarnya. ketinggian sebenarnya ini dapat dicari dengan menggunakan rumus ilmu ukur sudut, apabila jarak pada sisi tegak

33

terhadap tinggi sebenarnya sebagai sumbu tegak dan harga sebenarnya sebagai sumbu datar, maka kemungkinan akan diperoleh bentuk kurva seperti ditunjukkan pada gambar 27. Meskipun dapat terjadi kesalahan, tetapi kesalahan ini seharusnya sama besarnya pada pembacaan naik dan pembacaan turun, sehingga kurva pada pembacaan naik akan berimpit dengan kurva pada pembacaan turun. Pada pengukuran ini terjadi histerisis yang disebabkan karena sewaktu bergerak ke atas, poros akan melawan gaya gesekan serta gaya pegas (dan jam ukur), sedang waktu bergerak turun poros menerima gaya pegas dan melawan gesekan.

Gambar 27. Histerisis yang mungkin ada pada waktu mengkalibrasi jam ukur. Supaya histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros dengan bantalannya harus diperkecil sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Pengaruh histerisis dapat diperkecil bila pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya sebagian kecil dari skala alat ukur yang digunakan. Inilah alasanya mengapa sewaktu melakukan pengukuran dengan cara tak langsung tinggi dan alat ukur standar (susunan blok ukur) kurang lebih harus dibuat sama dengan tinggi dan obyek ukur, sehingga selisih ketinggian yang ditunjukkan oleh komparator sedikit (dalam beberapa mikron). 4.5 Kepasifan (Passivity) Atau Kelambatan Reaksi Kepasifan adalah situasi dimana perbedaan/perubahan kecil yang dirasakan sensor tidak mempengaruhi jarum penunjuk, Jarum penunjuk tetap diam.
dari segitiga siku-siku diketahui

34

Kepasifan yang terjadi pada alat ukur mekanis disebabkan oleh pengaruh kelembaman, misalnya pegas pada alat ukur tersebut tidak elastis sempurna. Kepasifan dapat pula diartikan sebagai kelambatan alat ukur untuk bereaksi atas adanya perubahan yang dirasakan oleh sensor. Kerugian seperti ini dapat dialami oleh alat ukur pneumatis dengan sistem tekanan terbalik, yaitu apabila pipa elastis yang menghubungkan sensor dengan ruang perantara terlalu panjang. Karena volume udara (yang diukur tekanannya) terlalu besar, maka pengaruh kompresibilitas dari udara menjadi terasa, akibatnya reaksi dari barometer menjadi lambat. 4.6 Pergeseran (Shifting, Drift) Pergeseran adalah kondisi dimana terjadi perubahan harga ditunjukkan jarum penunjuk, tetapi sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan. Keadaan ini sering dialami oleh alat ukur dengan pengubah elektris, dimana suatu perubahan temperatur (didalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifatsifat dan komponen ektroniknya yang sudah tua. 4.7 Kestabilan Nol (Zero Stability) Suatu alat ukur dikatakan memiliki kestabilan nol yang jelek bila jarum penunjuk alat ukur tersebut tidak kembali ke posisi semula saat benda ukur dilepas (dimana saat awal, yaitu sebelum mengukur, jarum telah diset nol). Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan histerisis, yang antara lain disebabkan oleh keausan pada mekanisme penggerak jarum penunjuk. 4.7 PENGAMBANGAN (FLOATING) Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau angka terakhir/paling kanan dan penunjuk digital berubah ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran berlangsung adalah besar. Dengan demikian alat ukur yang peka harus dipakai

35

dengan cara yang cermat serta hati-hati, getaran pada alat ukur dan benda ukur tidak boleh terjadi. Dari pembahasan mengenai beberapa sifat alat ukur ini dapat disimpulkan bahwa ketidaksempurnaan mungkin dapat terjadi setelah alat ukur dipergunakan untuk selang waktu tertentu.Dengan demikian kalibrasi harus sering dilakukan bagi suatu alat ukur kerja, karena semakin sering alat ukur tersebut dipakai kemungkinan timbulnya sifat-sifat yang jelek akan semakin besar. Dalam hal ini kalibrasi dapat diartikan secara lebih luas lagi, yaitu tidak hanya mencocokkan penunjukkan skalanya melainkan juga memeriksa beberapa sifat yang telah dibahas di atas. 5. PENYIMPANGAN DALAM PROSES PENGUKURAN Pengukuran adalah merupakan proses yang mencakup tiga bagian yaitu benda ukur, alat ukur pengukur(orang). Karena ketidak-sempurnaan dari masing-masing bagian ini maka tidak satu pun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut. Kesalahan akan selalu ada yaitu perbedaan antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Setiap pengukuran mempunyai ketidak-telitian (kesalahan) yang berbeda-beda, bergantung pada kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan si pengukur. Apabila suatu pengukuran dilakukan secara berulang (n kali pengukuran yang identik), maka hasil dari setiap pengukuran tersebut tidak selalu tepat sama. hasil pengukuran tersebut akan terpencar di sekitar harga rata-ratanya. Dari pembahasan di atas, maka dapat didefinisikan dua istilah yang pcnting dalam pengukuran, yaitu ketelitian dan ketepatan. Ketelitian (accuracy) Ketelitian adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan harga yang sebenarnya. Harga sebenarnya tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga pendekatan atau yang disebut dengan harga yang dianggap benar. Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang dianggap benar disebut kesalahan sistematis (systematic error). Semakin kecil kesalahannya, maka proses pengukuran dikatakan semakin teliti.

36

Ketepatan (precision, repeatability). Ketepatan adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dan pengukuran yang dilakukan berulang dan identik. Hasil pengukuran selalu akan terpencar di sekitar harga rata-ratanya. Semakin dekat harga harga tersebut dengan harga rata-ratanya, maka proses pengukuran tersebut dapat dikatakan mempunyai ketepatan yang tinggi. Ukuran yang dipakai untuk menyatakan ketepatan adalah besarnya kesalahan rambang (random error). Faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat dapat berasal dan alat ukur, benda ukur posisi pengukuran, lingkungan dan pengukur. 5.1 Penyimpangan Yang Bersumber Dari Alat Ukur. Untuk menghindari kesalahan yang bersumber dan alat ukur, maka alat ukur yang akan digunakan harus dikalibrasi. Di samping kesalahan yang diakibatkan oleh keausan bidang kontak (sensor) yang menyebabkan terjadinya kesalahan sistematik, maka kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah histerisis, kepasifan, pergeseran dan kestabilan nol. Sedangkan kesalahan rambang dapat diketahui dengan melakukan pengukuran yang berulang dan identik (paling sedikit 20 kali). Besarnya kesalahan rambang penting untuk diketahui terutama untuk alat ukur pembanding. 5.2 Penyimpangan Yang Bersumber Dari Benda Ukur Tekanan Tekanan kontak dan sensor alat ukur atau berat benda ukur sendiri akan mengakibatkan beban yang pada akhirnya menyebabkan benda ukur yang elastis akan terdeformasi (berubah bentuknya). Adanya deformasi ini yang mengakibatkan kesalahan pembacaan sensor alat ukur yang mempengaruhi hasil pengukuran secara langsung. Suatu pengukuran dengan menggunakan alat ukur dengan sensor mekanis akan memberikan suatu tekanan tertentu pada permukaan obyek ukur. Beberapa alat ukur misalnya mikrometer dapat menyebabkan suatu deformasi pada permukaan obyek ukur yang relatif lunak (aluminium) ataupun lenturan pada diameter silinder

37

dengan dinding yang relatif tipis. Oleh karena itu pada mikrometer selalu diperlengkapi suatu alat yang disebut dengan pembatas momen putar yang berfungsi untuk menjaga tekanan pengukuran sekecil mungkin dan konstan. Jika kondisi benda ukur sedemikian kritisnya, maka disarankan menggunakan alat ukur dengan sensor optis ataupun pneumatis.

a. Pengaruh tekanan kontak pada benda ukur yang lunak

a. Pengaruh tekanan kontak pada benda ukur (selinder) yang berdinding tipis Lenturan di ujung sama dengan tenturan ditongah den merupakan harga lenturan minimum. (digunakan dalam rnongukur kelurusan dengan metoda straight edge) Pemendekan garis netral akibat lenturan merupakan pemendekan yang terkecil (digunakan dalam menumpu standar paris Permukaan kedua ujung batang tetap sejajar ukur) meskipun ada lenturan (digunakan dalam menyatukan batang

c. Batang Uniform yang ditumpu simetrik Gambar 28 Pengaruh elastisitas benda ukur pada waktu pengukuran.

38

Bila suatu batang dengan penampang yang sama untuk seluruh panjangnya diletakkan pada dua tumpuan, maka akan terjadi lenturan akibat berat batang sendiri. Besarnya lenturan ini bergantung pada jarak kedua tumpuan tersebut yang diletakkan secara simetrik (lihat gambar 28). Jika dikehendaki kedua ujungnya tetap lurus misalnya pada peletakkan batang ukur (end bar) dimana permukaan pada kedua ujungnya harus sejajar, maka jarak kedua tumpuan (s) harus sama dengan 0,577 kali panjang batang (s=0,577 ). Kedua titik tumpuan ini disebut dengan titik Airy (Airy points). Biasanya terdapat tanda pada batang ukur yang menyatakan letak titik Airy . Seandainya dikehendaki besar lenturan yang terjadi minimum, misalnya pada peletakkan batang penggaris secara mendatar pada dua tumpuan, maka jarak kedua tumpuan tersebut harus sama dengan 0,554 kah panjang batang (s=0,554l)*. Seandainya dikehendaki besar lenturan yang minimum pada garis netral, misalnya pada peletakkan standar garis dimana skalanya terletak pada bidang netral, maka jarak kedua tumpuan tersebut harus sama dengan 0.559 kali panjang batang (s=O.559
) Kedua titik tumpuan ini disebut dengan titik Bessel.

Bila saat pengukuran digunakan penjepit untuk menjaga agar benda kerja tidak bergerak selama proses pengukuran, maka posisi penjepit harus ditentukan sedemikan rupa agar tidak menimbulkan deformasi yang merugikan. 5.3 Penyimpangan Yang Bersumber Dari Posisi Pengukuran Prinsip ABBE menyatakan bahwa garis pengukuran harus berimpit dengan garis dimensi. Kesalahan posisi pengukuran dapat mengakibatkan garis pengukuran membentuk sudut sebesar dengan garis dimensi sehingga terjadi kesalahan yang disebut dengan kesalahan kosinus (cosine error).

39

Gambar 29 kesalahan kosinus dan sinus Penggunaan mikrometer dengan posisi pengukuran yang salah dapat mengakibatkan kombinasi kesalahan kosinus dan kesalahan sinus (sine error), lihat gambar 29. 5.4 Penyimpangan Akibat Pengaruh Lingkungan Kondisi lingkungan pengukuran dapat mengakibatkan penyimpangan-penyi mpangan yang pada akhirnya mempengaruhi hasil pengukuran. Penerangan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan skala. Kesalahan sistematis dapat terjadi akibat adanya debu yang menempel pada permukaan sensor mekanis dan permukaan obyek ukur. Pengukuran dengan menggunakan. alat ukur dengan kepekaan tinggi akan terganggu oleh adanya getaran. Temperatur ruangan akan mempengaruhi hasil pengukuran, karena benda padat, terutama logam, akan berubah dimensinya apabila temperaturnya berubah. Supaya hasil pengukuran akan selalu sama, maka ditetapkan temperatur standar untuk pengukuran geometrik yaitu sebesar 20 C. Perubahan panjang akan terjadi pada pengukuran langsung adalah

= (t t s )
dimana = perubahan panjang, mm = panjang obyek ukur, mm = ko muai panjang, C = 23,8. 106 untuk aluminium = 16,5.10 unflik tembaga = 12,0.106 untuk baja = 10,5.106 untuk besi tuang = temperatur obyek ukur = temperatur standar = 20C

(6)

t ts

40

Misalkan suatu poros baja yang baru saja dibubut sampai diameter nominal 100 mm dapat mempunyai temperatur sekitar 40C. Seandainya pengukuran diameter dilakukan pada temperatur ini, maka diameter poros tersebut akan lebih besar kurang lebih 0,023 mm bila dibandingkan dengan diameternya pada temperatur standar. Dengan demikian untuk suatu sistem pengukuran (benda ukur dan alat ukur) harus selalu diusahakan supaya temperaturnya sama rata. Alat ukur-alat ukur yang disimpan dalam ruang ukur (Metrology Laboratory) akan mempunyai temperatur yang sama dengan ruang ukur (20C), oleh karena itu suatu alat ukur (misalnya blok ukur) yang kita pegang terlalu lama (karena panas tubuh manusia) akan mempunyai temperatur lebih tinggi dari alat-alat yang lain. Demikian pula benda ukur atau alatalat lain yang dibawa masuk ke ruang ukur perlu waktu penyesuaian temperatur. 5.5 Penyimpangan Yang Bersumber Dari Pengukur Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang dianggap sama (tak berubah) akan menghasilkan data yang berbeda. Sumber dari perbedaan ini dapat berasal dari cara mengukur, pengalaman dan keahlian serta kemampuan masing-masing pengukur. Mengukur adalah suatu perkerjaan yang memerlukan kecermatan, pengalaman peraktek, mengetahui sumber penyimpangan, memiliki dasar tentang alat ukur, dapat menganalisa dan memilih alat ukur dan menyadari hasil pengukuran tanggung jawabnya.

41

BAB III ALAT UKUR DAN PEMAKAIANNYA 1 PENDAHULUAN Dalam metrologi industri alat ukur amat beraneka ragam, mulai dari yang umum penggunaannya sampai yang khusus dibuat untuk tujuan pengukuran tertentu, maka dikenal dari segi pemakaiannya alat ukur dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Alat ukur linier langsung, - Alat ukur linier tak langsung, - Alat ukur sudut, - Alat ukur kedataran, kelurusan dan kerataan, - Metrotogi ulir, - Metrotogi roda gigi, - Alat ukur kebulatan dan beberapa kesalahan bentuk, dan - Alat ukur kekasaran permukaan. 2. ALAT UKUR LINIER LANGSUNG Pengukuran linier merupakan pengukuran yang sering dilakukan. Dari cara pengukurannya dikenal dua jenis alat ukur linier, yaitu alat ukur linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Dengan alat ukur linier langsung maka hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian penunjuk (skala) dan atat ukur tersebut. Jenis alat ukur linier langsung yang akan dibahas dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : - mistar ukur - mistar ingsut dan

42

- mikrometer 2.1 MISTAR UKUR Mistar merupakan alat ukur linier yang paling sederhana. Biasanya berupa pelat dan baja atau kuningan dimana pada kedua sisi dari satah satu permukaannya diberi skala (metrik dan inci). Panjang dari skala ukurannya adalah 150 mm - 300 mm dengan pembagian dalam 1/2 atau 1 mm. Pengukuran dilaksanakan dengan menempelkan mistar ini pada obyek ukur sehingga panjang dan obyek ukur dapat langsung dibaca pada skala mistar ukur. Kecermatan pembacaan tidak lebih kecil dari 1/2 mm, oleh sebab itu mistar ukur tidak dapat digunakan untuk pengukuran dengan kecermatan tinggi. Dalam metrologi industri, mistar ukur hanya dipakai untuk memperkirakan dimensi obyek ukur serta untuk melakukan penggambaran secara kasar. Ujung dari mistar kadang-kadang diberi berkait, sehingga pengukuran dapat dimulai dari ujung benda ukur. Mistar ukur yang baik dibuat dari baja paduan nikel dan dibentuk dengan penampang X, I atau segitiga atau meteran gulung. Meteran lipat, biasanya dibuat dari aluminium atau baja. melihat konstruksinya maka meteran lipat sebetulnya merupakan gabungan dari mistar ukur dengan sambungan engsel pada setiap ujungnya. Mengingat kemungkinan ausnya engsel dan ketidak lurusan garis pengukuran sewaktu melakukan pengukuran, maka meteran lipat tidak akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan mistar ukur biasa. Meteran gulung, dibuat dari pelat baja tipis yang dapat digulung dan ditempelkan dalam suatu kotak. Penggulungannya dapat dipermudah dengan bantuan suatu pegas. Pada ujung dari pelat diberi kaitan atau gelang guna mempermudah pengukuran. Contoh dan mistar ukur meteran lipat atau meteran gulung adalah seperti gambar 30.

43

Gambar 30 beberapa jenis mistar ukur 2.2 MISTAR INGSUT Mistar ingsut kadang-kadang disebut mistar geser, jangka sorong, jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu dengan adanya skala linier pada batangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengukuran obyek ukur. Pada mistar ingsut dibuat rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor yang menjepit benda ukur sewaktu melakukan pengukuran.

Gambar 31 mistar ingsut nonius


1. Kunci luncur 2. Kunci penggerak halus 3. Skala utama 4. Batang 5. Lidah pengukur kedalaman 6. Penggerak halus 7. Peluncur 8. Sensor (rahang gerak) 9. Rahang tetap 10.Nonius

Permukaan kedua rahang ukur ini dibuat sejajar dan relatif kuat untuk menghindari kesalahan ukur. Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan yang keras sehingga tidak mudah melentur dan tahan aus sebab rahang ukur gerak harus menggeser pada permukaan batang ini. Pembacaan skala linier (skala utama) dilakukan melalui garis indeks yang terletak pada peluncur (yang bersatu dengan rahang ukur gerak) dan kecermatan pembacaannya dapat lebih baik dan mistar ukur

44

(lebih kecil 0,5 mm) karena dibantu dengan skala nonius. Untuk menaikkan kecermatan pembacaan, maka selain dengan skala nonius ada pula mistar ingsut dilengkapi jam ukur, dengan demikian dikenal dua jenis mistar ingsut yaitu, mistar ingsut nonius dan mistar ingsut jam.

2.2.1 Mistar Ingsut Nonius (Vernier Caliper) Ada dua jenis utama dan mistar ingsut sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 31. Jenis pertama hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, sedangkan jenis kedua selain untuk mengukur dimensi dalam dapat juga digunakan untuk mengukur kedalaman. Mistar ingsut mempunyai kapasitas ukur sampai dengan 150 mm, sedangkan untuk jenis yang besar dapat mencapai 1000 mm. Kecermatan pembacaan bergantung pada skala noniusnya dalam hal ini adalah 0,1, 0,05 atau 0,02 mm. Beberapa hal yang harus diperhatikan waktu menggunakan mistar ingsut : Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik tampa bergoyang. Periksa kedudukan nol serta kesejajaran dan pemukaan kedua rahang. Pengukuran sedapat mungkin tidak dilakukan dengan menempatkan benda ukur pada ujung rahang ukur. Berikan tekanan sekecil mungkin natara sensor dengan benda ukur. Ketepatan pengukuran dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan. Untuk mendapatkan tekanan yang sama perlu dilakukan latihan sehingga ujung jari yang menggerakkan peluncur dapat merasakan tekanan pengukuran yang baik. Apabila ada, gunakan mur penggerak halus. Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut diangkat dari obyek ukur dengan hati (setelah peluncur dikunci). Miringkanlah mistar ingsut mi sehingga bidang skala nonius sejajar dengan bidang pandangan agar mempermudah penentuan garis nonius yang segaris dengan garis skala utama.

45

Beberapa jenis penggunaan yang dapat di lakukan dengan mistar ingsut ini ditunjukkan oleh gambar 32.

a. Mengukur ketebalan, jarak luar atau diameter luar b. Mengukur kedalam c. Mengukur tingkat d. Mangukur jarak celah atau diameter dalam. Gambar 32 Contoh pemakaian mistar ingsut

Gambar 33 Mistar ingsut Jam

46

2.2.2 Mistar ingsut Jam (Dial Caliper) Mistar ingsut jam adalah mistar ingsut yang dilengkapi jam ukur sebagai pengganti dari skala nonius. Gerak lurus dan sensor diubah menjadi gerak putar dari jarum penunjuk dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang melekat ditengah-tengah sepanjang batang mistar (lihat gambar 33). Kecermatan mistar ingsut jam adalah sama seperti mistar ingsut nonius, yaitu 0,10 mm, 0,05 mm atau 0,02 mm. Pada mistar ingsut dengan kecermatan 0,10 mm, satu putaran jarum penunjuk terbagi dalam 100 bagian skala, yang berarti satu putaran jarum penunjuk disebabkan oleh pergeseran sensor (rahang ukur gerak) sejauh 100 x 0,10 mm atau 10 mm. Tiap sepuluh bagian skala jam ukur diberi angka satuan mm, dengan demikian pembagian skala utamanya (pada batang ukur) cukup dalam selang 1 cm saja. Pembagian skala untuk kecermatan 0,10 mm dan untuk kecermatan yang lain adalah seperti tabel 4.2. 1. Tabel 5 Pembagian skala dan beberapa kecermatan mistar ingsut jam. kecermatan 0,1 mm 0,05 mm 0,02 mm Pergeseran Letak angka Pembagian skala utama sensor persatu dalam setiap dalam selang putaran 10 mm 10 bagian 1 cm 5 mm 20 bagian 1 mm 2 mm (5 bagian dalam 1 mm satuan 0,1mm)

Gambar 34 mistar ingsut batas (Dial snap caliper) 2.2.3 Mistar Ingsut Ketinggian (Kaliber Tinggi/Height Gauge)

47

Suatu jenis mistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut mistar ingsut ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang dapat bergerak vertikal relatif tehadap batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Permukaan rahang ukur sejajar dengan permukaan bawah dari landasan, dengan demikian garis pengukuran adalah tegak lurus dengan permukaan bawah dari landasan. Oleh karena itu di dalam proses pengukuran diperlukan suatu bidang datar sebagai referensi yang dalam hal ini digunakan meja rata3 yang merupakan satu-satunya alat ukur bantu yang harus dipakai untuk meletakkan mistar ingsut bersama-sama dengan benda ukurnya. Meja rata (surface plate) adalah alat ukur bantu yang sangat banyak gunanya. Meja rata h arus selalu ada pada pabrik mesin (di bagian pengukuran) tcrlebih-lebih pada Laboratoriuin Metrologi Industri. Dirnensi dan meja rata bermacam-macam tergantung dan keperluan, biasanya dibuat dan besi tuang kelabu ataupun dan batu granit. Permukaan ineja rata dibuat rata dengan toleransi kerataan dalam m untuk setiap panjang 100 mm sesuai dengan kualitasnya Pada jenis tertentu, skala utama pada batang ukur dapat diatur ketinggiannya dengan menggunakan penyetel yang terletak dipuncaknya. Dengan demikian pembacaan ukuran dapat diatur mulai dengan bilangan bulat sehingga mempermudah perhitungan hasil pengukuran. Pada jenis yang lain dilengkapi dengan jam ukur beserta penunjuk berangka mekanik atau elektronik. Pada waktu memulai pengukuran, untuk setiap kedudukkan rahang ukur, angka pada penunjuk berangka dapat distel nol, sehingga pada saat akhir pengukuran hasil pengukuran dapat langsung di ketahui. Dengan peralatan lain yang dipasang pada peluncur maka mistar ingsut ketinggian ini dapat dipakai untuk bermacam-macam pengukuran, antara lain Mengukur ketinggian. Membuat garis gores. Alat ukur pembanding. Rahang ukur dapat diganti dengan jam ukur (dial comparator) sehingga selisih ketinggian dari dua permukaan yang hampir sama tingginya dapat dibaca pada jam ukur. Alat ukur kemiringan. busur
3

48

bilah dapat dipasang pada peluncur, sehingga kemiringan suatu permukaan relatif terhadap bidang dasar (meja rata) dapat diketahui.

2.2.4 Beberapa jenis lain dan Mistar Ingsut Mistar ingsut merupakan alat ukur yang praktis dengan kecermatan maksimum yang dapat dicapainya sebesar 0,02 mm. Kecermatan setinggi ini dalam beberapa hal dianggap cukup untuk mengukur obyek ukur, yaitu apabila dalam gambar tekniknya daerah toleransi yang ditentukan tidak lebih kecil dari kecermatan alat ukur. Karena kesederhanaan konstruksinya maka dapat dibuat bermacam-macam jenis mistar ingsut untuk berbagai keperluan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 35 bagian-bagian dari mistar ingsut ketinggian

49

Gambar 36 mistar ketinggian dengan penunjuk berangka mekanik dan elektrik

a. Mengukur tinggi b. Membuat garis gores C. Membanding tinggi d. Mengukur kemiringan

e. Mengukur jarak senter antara lubang (dengan menggunakan peraba senter) f.Pembanding kedalaman(dipasang pada miMengukur mistar Ingsut ketinggian menggantikan rahang ukur

Gambar 37 Berbagai pengukuran dengan Mistar Ingsut Ketinggian.

50

C. Mistar insut diameter alur dalam (Groove vernier calliper) Untuk mengukur alur di dalam selinder min. 30 mm

51

52

h. mistar ingsut serba guna (Universal vernier caliper) - pengukur diameter iuar/tebal plat -pengukur diameter dalani - Pengukur kedalaman - pengukur sudut - pengukur tinggi -dapat sebagai jangka dan penggores -dapat sebagai pembagi (jarak).

53

2.3 MIKROMETER Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan yang lebih baik dibandingkan mistar ingsut. Mikrometer memiliki kecermatan sampai 0,01 mm, dan tidak mencapai satu mikrometer (meskipun namanya adalah mikrometer). Tetapi terkadang terdapat pula mikrometer yang dibuat dengan kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm, 0,00 1 mm dan bahkan sampai 0,0005 mm (dibantu.dengan skala nonius). Meskipun demikian karena keterbatasan dan ketelitian pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dan sistem pengubah mikrometer ini, maka derajat

54

kepercayaan atas hasil pengukuran akan turun apabila mikrometer tersebut mempunyai kecermatan yang lebih kecil dan 0,005 mm. Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan memutar silinder putar satu kali maka poros ukur akan bergerak linier sepanjang satu kisar sesuai dengan besar kisar (pitch) dan ulir utama (biasanya 0,5 mm). Meskipun ulir utama ini dibuat dengan teliti, tetapi kesalahan akan selalu ada. Di sepanjang ulir utama kesalahan kisar pada suatu tempat akan berbeda dengan kesalahan kisar di tempat lain. Apabila poros ukur digerakkan mulai dan nol sampai batas akhir maka kesalahan kisar ini akan terkumpul sehingga menimbulkan kesalahan yang disebut kesalahan kumulatif. Oleh karena itu untuk membatasi kesalahan kumulatif tersebut maka biasanya panjang ulir utama (jarak pergerakan poros ukur) hanya dibuat sampai 25 mm.

Gambar 42 Bagian-bagian Mikrometer luar. 2.3.1 Menggunakan mikrometer (0,-25 mm) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikrometer adalah : Permukaan benda ukur dari mikrometer harus bebas dari kotoran. Sebelum digunakan, kedudukan nol mikrometer harus diperiksa. Buka mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi obyek ukur. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kananseperti ditunjukkan gambar 43.

55

Pada saat mengukur poros ukur tidak boleh menekan benda ukur terlalu keras yang dapat menyakibatkan deformasi benda ukur dan kerusakan pada ulir utama.

2.3.2 Pemeliharaan dan Kalibrasi Mikrometer Setelah dipergunakan bersihkan mikrometer tersebut dengan lap bersih dan diberi sedikit vaseline pada poros ukur dan kedua muka ukurnya untuk mencegah timbulnya karat . Bagian lain dari mikrometer yang telah dilapisi (dengan email atau chrom) tidak perlu diberi vaseline. Setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu maka semua alat ukur, termasuk mikrometer, harus dikalibrasi. Kalibrasi dapat dilaksanakan secara periodik dalam selang waktu tertentu bergantung pada frekuensi penggunaan alat ukur tersebut. Pengkalibrasian mikrometer dapat dilakukan melalui pemeriksaan sebagai berikut Silinder putar/poros ukur harus dapat berputar dengan baik, tidak terjadi goyangan akibat ausnya ulir utama. Bila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus menunjuk pada nol. Kedua muka ukur (permukaan sensor) harus rata dan sejajar. Karena adanya keausan, maka muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehingga dapat menimbulkan kesalahan ukur. Setiap harga yang ditunjukkan oleh mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar yang benar. Beberapa bagian lain seperti gigi gelincir (ratchet) dan pengunci poros ukur harus berfungsi dengan baik. Berikut ini akan dibicarakan pemeriksaan kerataan/kesejajaran muka ukur dan kebenaran dari skala mikrometer. Pemeriksaan kerataan dan muka ukur

56

Kerataan dan salah satu muka ukur dapat diperiksa dengan menggunakan Kaca Datar (Optical flat), yaitu sekeping kaca (dan gelas atau batu Sapphire) yang mempunyai satu permukaan yang rata dengan toleransi kerataan sebesar 0,2 m sampai 0,05 m . Setelah muka ukur dibersihkan maka kaca datar ini diletakkan dengan hati-hati diatasnya (pada salah satu muka ukur). Gunakan sumber cahaya monokromatik, atau cukup gunakan lampu biasa untuk memeriksa kerataan dan muka ukur. Bila muka ukur tersebut rata maka muka ukur tesebut dapat dilihat melalui kaca datar dengan jelas tanpa ada garis berwarna. Sebaliknya untuk muka ukur yang tidak rata maka akan telihat garis-garis berwarna4 dengan pola tertentu yang menandakan ketidak-rataan muka ukur tersebut. Satu garis berwarna menyatakan ketidak-rataan sebesar 0,32 m . Mikrometer dianggap masih baik bila paling banyak terlihat 2 garis berwarna (4 garis untuk mikrometer besar dengan kapasitas lebih dan 250 mm). Periksa juga kerataan dan muka ukur yang lain.

Gamabar 44 pemeriksaan kerataan muka ukur dengan menggunakan kaca datar Pemeriksaan kesejajaran kedua muka ukur Selain harus rata maka kedua muka ukur harus sejajar. Untuk memeriksa kesejajaran dapat digunakan sejenis kaca datar yang memiliki dua permukaan yang rata dan sejajar, oleh sebab itu disebut dengan kaca paralel (optical parallel). Kaca paralel biasanya tersedia dalam beberapa ketebalan misalnya 12,00 mm, 12,12 mm, 12,25 mm dan 12,37 mm5, dengan demikian dapat dipakai secara berurutan untuk memeriksa kesejajaran kedua muka ukur pada kedudukan silinder putar (poros ukur).
4 5

57

Setelah kedua muka ukur dibersihkan, letakkan salah satu kaca paralel di antara kedua muka ukur. Kemudian kaca paralel ini dijepit dengan cara memutar silinder putar (melalui gigi gelincir) dengan sangat hati-hati. Dengan bantuan sumber cahaya, maka pada kedua muka ukur tersebut bila dilihat melalui kaca paralel terdapat sama atau beberapa garis berwarna dengan pola tertentu, lihat gambar 44. Untuk memeriksa kesejajaran kedua muka ukur dan mikrometer dengan kapasitas lebih dari 25 mm digunakan bantuan blok ukur, dalam hal ini blok ukur dijepit di antara dua buah kaca paralel. Setelah pola dan jumlah garis interferensi tersebut diamati, maka prosedur penjepitan dan pengamatan diulang pada empat kedudukan di sekeliling pusat (kedudukan pertama) pada jarak kurang Iebih 1,5 mm. Dari kelima pengamatan garis interferensi ini ambil harga (jumlah) yang terbesar, kemudian bandingkan dengan standar kesejajaran yaitu jumlah bans maksimum yang diijinkan (lihat tabel 6). Pemeriksaan kebenaran skala mikrometer Hasil pengukuran yang ditunjukkan alat ukur harus sesuai dengan ukuran yang dianggap benar (ukuran standar). Karena kesalahan dalam proses pembuatan alat ukur atau keausan/kerusakan setelah alat ukur tersebut digunakan, maka alat ukur tersebut kemungkinan tidak lagi menunjukkan harga yang dianggap benar. Landasan poros ukur Tetap penafsiran dari bentuk dan jumlah garis-garis keparalelan
a). Kedua permuaan rata/datar dan pararel kepararelan : 0,32

m m

x 20,6

m m
= 1 m

b). Kedua permukaan rata/datar dan pararel keparalelan : 0,32 x 80,96

c.) landasan tetap berbentuk bulat, sebesar 0,32 m x 2 = 0,64 m .poros ukurberbentuk lengkung dengan kemiringanterhadap

m x 3 =1 m keparalelan : 0,32 m x 5 =1,6 m


landasan tetap sebesar 0,32 d). Landasan tetap berbentuk bulat sebesar 0,6 ukur berbebtuk bulat pada ujungnya. Keparalelan : 0,32 m x 41,31 m

dan poros

58

Gambar 45. Pemeriksaan kesejajaran kedua muka ukur dengan kaca paralel

Tabel 6 jumlah garis maksirnum (ketidak sejajaran maksimum) yang diijinkan menurut standar Jepang, JIS B7502. Kapasitas mikrometer (mm) Jumlah garis Kesejajaran dalam m s.d75 di atas 75 s.d. 175 di atas 175 s.d.275 di atas 275 s.d.375 di atas 374 s.d.475 di atas 475 s.d.500 6 9 13 16 19 22 2 3 4 5 6 7

Untuk memeriksa kebenaran dan skala mikrometer digunakan satu atau beberapa blok ukur dan kelas 1 atau kelas 2 sebagai ukuran standar. Seluruh daerah ukuran mulai dari nol sampai dengan kapasitas maksimum (25 mm) harus diperiksa dengan cara bertingkat, yaitu memilih beberapa blok ukur dengan kenaikkan ukuran sebesar 0,5 mm. Setelah posisi nol diperiksa (kalau perlu distel dahulu) maka kalibrasi dimulai dengan mengukur blok ukur 0.5 mm dan kesalahan (kesalahan sistematik) yang mungkin terjadi adalah Kesalahan = pembacaan mikrometer - ukuran blok ukur Harga kesalahan ini setiap kali dicatat sampai akhirnya dicapai kapasitas maksimum dan mikrometer (25 mm). Kemudian pengukuran diulangi lagi dari mulai kapasitas maksimum sampai ke nol. Setelah kedua harga kesalahan (dan pengamatan naik dan pengamatan turun) dirata-ratakan, maka dapat dibuat grafik kesalahan kumulatif (cumulative error) seperti gambar 46. Jarak antara titik teratas dan titik terbawah pada kurva kesalahan kumulatif disebut dengan kesalahan total (total

59

error). Jika perlu, kurva disekitar titik teratas dan titik terbawah (0,5 mm sebelah kirinya sampai 0,5 mm sebelah kanannya) diperjelas dengan cara mengambil tingkatan ukuran blok ukur sebesar 0,1 mm. Dalam cara kalibrasi seperti di atas, kedudukkan silinder putar selalu diputar penuh satu putaran, dengan demikian untuk kedudukan yang lain tidak diperiksa. Supaya silinder putar tidak selalu diputar penuh, maka dapat dipilih ukuran blok ukur dengan tingkatan ukuran kenaikan sebagai berikut 2.5; 5.1; 7.7; 10.3; 12.9; 15.0; 17.6; 20.2; 22.8; dan 25.0

Gambar 46 Kurva kesalahan kumulatif Tabel 7. Harga kesalahan kumulatif maksimum yang diijinkan menurut standar Jepang JIS B7502.

2.3.3 Beberapa Jenis Mikrometer Mikrometer Luar (Outside Micrometer).

60

Kapasitas ukur dari mikrometer yang paling kecil adalah sampai dengan 25 mm. Untuk mengukur dimensi luar yang lebih besar dan 25 mm dapat digunakan mikrometer luar yang mempunyai kapasitas ukur dan 25 mm sampai dengan 50 mm, dan 50 mm sampai dengan 75 mm dan seterusnya sampai 1000 mm yang masingmasing dengan dengan kenaikan tingkatan ukuran sebesar 25 mm. Pembatasan kenaikan tingkat sebesar 25 mm ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian dari mikrometer. Untuk kapasitas ukur yang besar maka rangka mikrometer dibuat sangat kuat guna menghindari lenturan akibat adanya tekanan pengukuran atau karena beratnya sendiri. Lenturan akibat beratnya sendiri (berat rangka) tidak banyak berpengaruh pada hasil pengukuran bagi mikrometer dengan kapasitas ukur sampai dengan 300 mm. Sedangkan untuk mikrometer dengan kapasitas lebih dan 300 mm, maka posisi pengukuran menjadi sangat kritis. Sedapat mungkin posisi pengukuran adalah vertikal dengan ditumpu pada rangka disebelah landasan tetapnya, lihat gambar 47. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka sebelum pengukuran di lakukan, stel kembali kedudukan minimum (kedudukan nol) dibantu batang ukur ataupun kaliber penyetel yang tersedia. Penyetelan kedudukan nol ini dilaksanakan dengan memegang mikrometer dengan posisi persis sama dengan posisi pengukuran yang akan dilakukan (mendatar, miring, terlentang atau telungkup).

Gambar 47 Posisi pengukuran untuk mikrometer dengan kapasitas ukur lebih dan 300 mm

61

Gambar 48 mikrometer luar dengan landasan yang tetap yang dapat diganti Mikrometer luar dengan landasan tetap yang dapat diganti (Outside Micrometer with interchangeable anvil). Suatu jenis mikrometer dibuat dengan rangka yang besar dan mempunyai kapasitas ukur yang relative besar yaitu 0-100 mm, 0-150 mm, 100-200 mm dan seterusnya sampai kapasitas 900- 1000 mm dengan kenaikkan tingkat sebesar 100 atau 150 mm. Untuk semua kapasitas ukur tersebut jarak gerak poros ukurnya tetap sebesar 25 mm. Dalam hal ini landasan tetapnya yang diganti, sehingga didapat mikrometer luar dengan kapasitas ukur yang bervariasi. Misalnya suatu mikrometer luar dengan kapasitas 0-100 mm mempunyai 4 buah landasan tetap dengan tingkatan perubahan panjang sebesar 25 mm, maka daerah pengukuran dapat diubah menjadi 0-25 mm, 25-50 mm. 50-75 mm dan 75-100 mm. Setiap penggantian landasan tetap harus disertai dengan penyetelan kembali kedudukan nol (skala mikrometer dimulai dengan angka nol) dengan bantuan kaliber penyetel yang sesuai. Oleh sebab itu besarnya pembacaan setiap hasil pengukuran harus dijumlahkan dengan jarak ukur minimum yang sesuai (panjang dan kaliber penyetel). Mikrometer Indikator (Indicating Micrometer) Mikrometer Indikator adalah gabungan antara mikrometer dengan jam ukur. Sebagian dari rangka mikrometer digunakan sebagai tempat untuk mekanisme penggerak jarum dan jam ukur. Dalam hal ini landasan tetap dan mikrometer dapat bergerak dan berfungsi pula sebagai sensor dari jam ukur, lihat gambar 49. Jarak gerak landasan tetap sangat kecil, dengan demikian daerah ukur dari jam ukur sangat terbatas ( 0,02 mm) akan tetapi mempunyai kecermatan pembacaan yang tinggi (0,00 1 mm). Mikrometer Indikator selain berfungsi sebagai mikrometer luar juga dapat dipakai sebagai kaliber. Apabila dipakai sebagai mikrometer luar maka pembacaan

62

ukuran pada skala mikrometer dilakukan setelah jarum pada indikator menunjuk angka nol. Dengan demikian, meskipun mikrometer ini tidak dilengkapi dengan gigi gelincir tetapi tekanan pengukuran dapat dijaga secukupnya dan selalu tetap.

Gambar 49 mikrometer indikator

Gambar 50 mikrometer batas Pada jam ukur terdapat dua jarum pembatas yang dapat diatur kedudukannya. Fungsi dan jarum pembatas ini adalah sebagai batas atas dan batas bawah dari suatu daerah toleransi benda ukur yang mempunyai ukuran dasar tertentu. Bila mulut ukur telah diatur untuk suatu ukuran dasar (dengan bantuan blok ukur), maka benda ukur dalam jumlah yang banyak dapat diperiksa toleransinya dengan cepat dan mudah. Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol penekan yang akan memundurkan landasan tetap sehingga benda ukur dapat masuk pada mulut ukur (dalam hal ini kedudukan silinder putar telah dikunci sewaktu menetapkan ukuran dasar). Jika

63

tombol dilepaskan, sensor (landasan tetap) akan menekan benda ukur (karena adanya pegas) dan jarum penunjuk akan bergerak kemudian berhenti pada daerah di sekitar kedu jarum pembatas. Apabila jarum penunjuk ternyata berhenti diluar daerah yang dibatasi oleh kedua jarum pembatas tersebut, berarti benda ukur yang bersangkutan mempunyai dimensi yang jelek (keluar daerah toleransi). Kapasitas ukur dan mikrometer jenis mi bermacam-macam, mulai dan 0-25 mm sampai 75-100 mm. Mikrometer Batas (Limit Micrometer) Mikrometer batas adalah dua buah mikrometcr yang disatukan seperti ditunjukkan gambar 50. Mikrometer ini dapat digunakan sebagai kaliber batas bagi benda ukur dengan suatu ukuran dari daerah toleransi yang tertentu. Mulut ukur dan mikrometer yang di atas diatur dan dimatikan sehingga sesuai dengan ukuran maksimum sedangkan mulut ukur dan mikrometer yang di bawah sesuai dengan ukuran minimum. Pengaturan jarak kedua mulut ukur tersebut dilakukan dengan bantuan alat ukur standar (blok ukur). Benda ukur yang baik harus masuk pada mulut ukur di atas (go) dan tidak masuk pada mulut ukur di hawah (not go). Dalam hal ini mikrometer tersebut berfungsi sebagai kaliber rahang. Beberapa jenis mikrometer yang lain ditunjukkan sebagaimana gambar 51 s.d gambar 55, cara berturut-turut dengan disertai keterangan singkat mengenai.

64

65

66

67

68

3.ALAT UKUR LINEAR TAK LANGSUNG Tidak semua masalah pengukuran linear dapat diatasi dengan menggunakan alat ukur lansung, karena dalam beberapa hal diperlukan kecermatan yang lebih tinggi atau kondisi obyek ukur tidak memungkinkan digunakan alat ukur langsung. Untuk itu diperlukan cara pcngukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan memakai dua jenis alat ukur yaitu alat ukur standar dan alat ukur pembanding. Beberapa macam alat ukur dari dua jenis alat ukur tersebut antara lain adalah : Alat ukur standar Blok ukur (gauge blok) Batang ukur (length bar) Kaliber induk (height master)

Alat Ukur Pembanding Jam Ukur (Dial Indicator) Jam Ukur Test/Pupitas (Dial Test Indicator) Pembanding (Comparator)

Untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran dimensi produk yang dibuat dalam jumlah banyak diperlukan alat ukur batas atau kaliber. 3.1 Blok Ukur Blok ukur yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Gauge6 Block, End Gauge, Slip J Gauge atau Johannsen Gauge. Blok ukur adalah merupakan alat ukur standar. sesuai dengan fungsinya maka blok ukur mempunyai dua permukaan yang disebut muka rata, dimana kedua permukaan ini sangat halus, rata, sejajar serta.

69

Dua atau lebih blok ukur dapat disusun sedemikian rupa dengan mempertemukan muka ukurnya. Karena kehalusan dan kerataan muka ukur tersebut, maka dua muka ukur dapat disatukan dengan rapat dan kuat. Hal ini disebabkan karena tekanan udara dalam ruang relatif hampa serta memungkinkan penyusunan blok ukur untuk memperoleh dimensi/jarak tertentu. Selanjutnya ukuran yang diperoleh tersebut dapat dipakai sebagai ukuran standar untuk digunakan pada proses kalibrasi suatu alat ukur atau untuk proses pengukuran tak langsung. Blok ukur biasanya dibuat dari baja karbon tinggi, baja paduan atau karbida logam yang telah mengalami proses perlakuan panas (heat treatment) akan memiliki sifat-sifat penting, yaitu : Tahan aus, karena kekerasannya tinggi (65 RC) Tahan korosi, sama seperti stainless steel Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12 x lO C) Kestabilan dimensi yang baik.

Gambar 56 Suatu set blok ukur Untuk mendapatkan permukaan yang halus dan rata tersebut maka proses akhir dari pembuatan blok ukur tersebut adalah proses gosok-halus (lapping). Sifatsifat yang harus dimiliki oleh suatu blok ukur tersebut di atas menyebabkan harga blok ukur menjadi sangat mahal. 3.1.1 Set Blok Ukur dan Kualitasnya Blok ukur biasanya dipakai secara kombinasi, oleh sebab itu blok ukur tersedia dalam suatu set yang terdiri dari bermacam-macam ukuran. Jumlah blok

70

ukur dalam satu set dapat bermacam-macam dan menurut standar metrik, jumlah blok ukur tersebut adalah : 27, 33, 50, 87, 105 atau 112 buah. Contoh dan satu set blok ukur diperlihatkan pada gambar 56. Disamping jumlah tiap set, ukuran masingmasing blok pada set tersebut telah distandarkan pula. Contoh ukuran-ukuran blok ukur dari suatu set yang terdiri dan 112 buah blok ukur terdapat pada tabel 8 dan 9 dimana tebal dasarnya masing-masing 1 mm dan 2 mm. Tabel 8. Set blok ukur 112 buah dengan tebal dasar 1 mm.

Tabel 9.set blok ukur 112 buah dengan tebal dasar 12mm

Tabel 10 kelas blok ukur dan pengguanaanya

Masing-masing set blok ukur dibuat menurut kualitas tertentu yang sesuai dengan kualitas toleransi pembuatannya (ISO), yaitu : Kelas 01, Kelas 0, Kelas 1,

71

Kelas 2 dan Kelas 3. Penggunaan blok ukur berdasarkan pembagian kelas disesuaikan dengan tingkat kecermatan pengukuran yang diperlukan sebagaimana yang dijelaskan pada tabel 10. 3.1.2 Pemeliharaan dan pemakaian blok ukur 1. Blok ukur disimpan dalam kotak khusus dan masing-maising blok ukur memiliki tempat tersendiri, dengan maksud agar ukuran yang dikehendaki dapat diambil dengan mudah serta tidak tercampur apabila kotak tersebut dipindahkan. Blok ukur hanya digunakan dalam ruangan yang bersih dan sebaiknya temperatur ruangan dikontrol pada 20C dan 50-60%. Petunjuk pemakaian blok ukur di atas hendaknya diikuti, sehingga blok ukur yang merupakan alat ukur standar dan bernilai tinggi ini tetap terawat dengan baik. Blok ukur yang berkarat, dengan muka ukur yang banyak goresan harus digosok kembali atau sebaiknya kembalikan ke pabrik pembuat agar dimensinya diperbaiki serta dikalibrasi lagi. Apabila secara tak sengaja blok ukur terjatuh, hampir pasti bagian pinggirnya rusak. Hindarkan pemakaian blok ukur sebagai ganjal bagi benda ukur maupun alat ukur lain yang sangat berat. 3.1.3 Pemilihan Susunan Blok Ukur dan Perlengkapannya Prosedur pemilihan beberapa blok ukur untuk mendapatkan ukuran akhir yang dikehendaki. Prosedur ini bertujuan untuk mempercepat proses penyususnan blok ukur untuk suatu ukur akhir tertentu. Misalkan ukuran standar yang harus diperoleh adalah : 58.975 mm Mulailah dengan angka desimal yang terbelakang, dalam hal ini adalah 0,005 mm, maka blok ukur yang harus diambil adalah berukuran 1,005 mm (atau 2.005 mm bila menggunakan tebal dasar 2 mm). Sisa ukuran yang tertinggal adalah : 58.975 - 1.005 = 57.970 mm Perhatikan dua angka desimal terakhir, untuk itu ambilah blok berukuran 1.47mm (sebab blok 1.97 mm tak tersedia, sedangkan bila diambil ukuran 1.07mm, maka blok ukuran 1.4 mm harus digunakan). Tujuan pemilihan

72

blok ukur 1.47mm adalah untuk mandapatkan kombinasi blok ukur dengan jumlah minimum. Sisa ukuran adalah : 57.97- 1.47 56.5mm Untuk itu dapat dipilih blok ukur dan 6.5 mm dan 50 mm Dengan demikian kita peroleh susunan sebagai berikut 1.005 + 1.47 + 6.5 + 50 = 58.975 mm7 Jikalau blok ukur pelindung dipunyai, maka tebal dasarnya harus diperhitungkan terlabih dahulu. Blok ukur dapat digunakan secara langsung dalam beberapa proses pengukuran dan kalibrasi.

Gambar 57 Perlengkapan blok ukur Dengan menggunakan beberapa perlengkapan khusus, maka kemampuan serta kemudahan dari proses pengukuran yang menggunakan blok ukur dapat ditingkatkan. Contoh dari perlengkapan tersebut ditunjukkan pada gambar 57.
7

Apabila blok ukur 1.47 tidak dipunyai maka dapat digunakan susunn sebagai berikut: 1.005 + 1.07 + 1.9 + 5 + 50 = 58.975

73

Sepasang rahang ukur bersama-sama dengan suatu susunan blok ukur dapat dipasang dalam batang pemegang sedemikian rupa sehingga jarak antara rahang tersebut merupakan ukuran yang sesuai dengan ukuran susunan blok ukur. Ada dua jenis rahang ukur masing-masing digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam. Untuk dimensi dalam maka tebal ujung rahang ukur dalam harus diperhitungkan. Batang penggores dan batang senter dapat menggantikan fungsi dari sepasang rahang ukur, sehingga suatu lingkaran dengan diameter yang cermat dapat dibuat di atas permukaan benda kerja. Apabila suatu susunan blok ukur dengan satu rahang ukur telah dipasangkan dalam batang pemegang dan selanjutnya batang pemegang ini dipasang tegak lurus pada landasan, maka diperoleh alat ukur ketinggian. Dalam hal yang terakhir ini tinggi yang dimaksud adalah sesuai dengan susunan blok ukur ditambah dengan tebal dasar dan batang pemegang dan landasan. Garis gores dengan ketinggian tertentu relatif terhadap permukaan meja rata dapat dibuat pada benda kerja, untuk itu rahang perlu diganti dengan batang penggores. 3.2 BATANG UKUR (LENGTH BAR) Dalam satu set, ukuran blok ukur yang terpanjang biasanya 100 mm untuk set khusus yang terdiri dan 8 buah mempunyai ukuran dari 25 mm sampai dengan 200 mm. Ukuran maksimum yang masih dapat disusun dengan mudah adalah sebesar 150 mm, sedangkan untuk susunan yang mencapai 250 mm diperlukan perlengkapan pemegang. Untuk mendapatkan ukuran standar yang lebih besar diperlukan batang ukur, yaitu sejenis blok ukur dengan ukuran yang lebih panjang. Batang ukur dibuat dan baja karhon dengan penanipang lingkaran berdiameter kurang Icbih 22 mm. Proses pengerasan hanya diberikan pada kedua ujung batang dan selanjutnya digosok halus sehingga rata dan sejajar. Sebagaimana dengan 1)10k ukur, batang ukur m dibuat dalam beberapa kelas dan setiap set terdiri dan bcrhagai ukuran. Meskipun kedua muka ukurnya mempunyai sifat mampu lekat akan tetapi karena batang ukur lebih berat maka mereka disatukan dengan bantuan baut lepas. Dengan demikian pada kedua muka ukur dibuat lubang yang berulir. Biasanya pada kedua ujung dan suatu susunan batang ukur ditambahkan lagi satu batang ukur berukiiran 25 mm (tak berulir) yang berfungsi scbagai bidang datar

74

referensi untuk scluruh panjang/ukuran yang dirmaksud. Untuk nienghindari lenturan maka susunan batang ukur dipakai secara tegak lurus. Apabila digunakan dalam posisi mendatar maka niereka ditumpu pada kedua ti Airy (d = 0,577 L), sehiugga meskipun ada lenturan kecil ditengah, sumbu pada kedua ujung tetap akan tetap segaris atau kedua muka ukur tetap sejajar. Karena ukurannya yang panjang, maka batang ukur jarang dipunyai oleh industri permesinan. Dalam Laboratorium Metrologi Industri batang ukur biasanya dipakai untuk kalibrasi susunan blok ukur dan untuk penyetelan posisi nol dan alat ukur yang besar 3.3 KALIBER INDUK TINGGI (HEIGHT MASTER). Pengukuran tak langsung (perbandingan) dengan memakai alat ukur standar dan alat ukur pembanding dapat memberikan kecermatan yang tinggi. Selain daripada itu kesalahan akibat temperatur kamar ukur yang tidak sama dengan temperatur standar (20C) relatif kecil dan dapat diabaikan. Akan tetapi pengukuran tak langsung yang menggunakan blok ukur scbagai ukuran standar mernpunyai kelemahan yaitu perlu waktu yang relatif lama untuk persiapan dan penyusunan blok ukur. Terlebih jika benda ukur mempunyai objek ukur yang banyak, misalnya jarak senter antara beberapa lubang, jarak antara beberapa tingkatan permukaan dan sebagainya, maka waktu pengukuran akan lebih lama. Untuk mempercepat dan mempermudah pengukuran maka dibuat suatu alat ukur standar yang dinamakan Kaliber Induk Tinggi. Prinsip kerja kaliber induk tinggi adalah merupakan gabungan antara susunan blok ukur dan mikrometer yang peka. Beberapa blok ukur dengan ukuran/tebal tertentu (10 mm atau 20 mm) dipasang tetap secara berurutan dengan posisi sedemikian rupa sehingga ujung dan satu blok dengan ujung blok berikutnya tidak pada satu bidang datar (yang satu lebih menonjol dari yang lain). Dengan demikian diperoleh suatu tingkatan permukaan (muka ukur) dengan jarak yang tetap sesuai dengan tebal dan dua blok ukur (yang menonjol dan yang tidak). Susunan blok tersebut dipasang dalam alur vertikal dari suatu rangka/badan dan dapat dinaikkan atau diturunkan melalui suatu mikrometer peka yang terletak di atas badan. Terkadang dua susunan blok ukur dipasang tetap secara berdampingan dengan posisi

75

tonjolan blok yang berbeda. Jarak gerak dan mikrometer terbatas sesuai dengan jarak antara tingkatan muka ukur (15 mm, 20 mm atau 25 mm). Contoh dari kaliber induk tinggi dan cara pemakaiannya adalah seperti gambar 58.

a. Kaliber Induk Tinggi b. Pupitas Elektronik c. Dudukan pemindah.

1.Mikrometer 2.Ring Gans Indeks 3.Kuncl Ring (penyotelan not) 4.Penunjuk Digital 5.Skala 6.Badan 7. Muka Ukur (atas & bawah).

Gambar 58 Kaliber Induk Tinggi dan penggunaannya di atas meja rata.

76

3.4 JAM UKUR (DIAL INDICATOR). Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan. Prinsip kerjanya adalah secara mekanik, dimana gerakan linier dari sensor diubah menjadi gerakan putar dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi, lihat gambar 59.

Gambar 59 jam ukur,prinsip kerja, nama bagian dan jenis skala Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi sehingga sensor selalu menekan ke bawah, sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan selalu menekan sisi yang sama untuk kedua arah putaran guna menghindari back-lash8 yang mungkin terjadi karena profil gigi yang tak sempurna atau akibat terjadinya keausan. Sebagaimana dengan jam tangan, beberapa jenis jam ukur mempunyai batu (jewel) untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros roda giginya.

Back-lash, gerak-terlambat, ialah keterlambatan bergerak scwaktu pembalikan arah!gerakan putaran. Hal ini disebabkan oleh karena adanya celah di antara permukaan gigi (dan roth maupun gigi ulir) yang berpasangan. Adalah sangat sulit untuk membuat profil ulir/gigi sedemikian rupa.

77

Kecermatan pembacaan skala adalah 0.01. 0.005 atau 0.002 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda, misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukur yang besar biasanya dilengkapi dengan jam kecil pada piringan jam yang besar, dimana satu putaran penuh dari jarum yang besar adalah sesual dengan satu angka dan jam yang kecil. Pada pinggir piringan ada kalanya dilengkapi dengan dua tanda pembatas yang dapat diatur kedudukannya. Pembatas ini menyatakan batas atas dan batas bawah dari daerah toleransi suatu produk yang hendak diperiksa. Selain dari pada itu piringan skala dapat juga diputar untuk mengatur posisi nol sewaktu pengukuran dimulai.

Gambar 60 Dudukan jam ukur dan blok V. Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, pipih, runcing) dan terbuat dari baja, karbida atau sapphire. Pemilihan jenis sensor disesuaikan dengan kondisi benda ukur dan penggunaannya. Dalam pemakaiannya jam ukur biasanya dipasangkan pada dudukan seperti pada gamhar 60. Tinggi sensor disesuaikan dengan tinggi nominal/ukuran dasar dari produk yang akan diperiksa dimensinya dengan bantuan blok ukur (pengaturan posisi nol). Setelah dua tanda pembatas pada jam ukur diatur posisinya sesuai dengan daerah toleransi obyek ukur, maka pemeriksaan kualitas geometrik dari produk dapat dilakukan dengan mudah. Benda silindrik dapat diperiksa kesilindrisannya ataupun kebulatannya dengan jam ukur, dalam hal ini benda ukur harus diletakkan di atas blok V. Toleransi kesalahan putar (run-out tolerance) diperiksa dengan cara menempatkan jam ukur pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada sumbu yang tertentu.

78

3.5 PUPITAS/JAM UKUR TEST (DIAL TEST INDICATOR) Pupitas adalah sejenis jam ukur dengan kapasitas ukur yang lebih kecil (0,8 atau 0,2 mm), sebab lintasan gerakan sensor tidak merupakan garis lurus melainkan berupa busur yang pendek, lihat gambar 61. Posisi dari jarum peraba (sensor) dapat diatur sehingga dapat membuat sudut atau sejajar dengan sumbu dari badan pupitas. Pada setiap kedudukan tersebut sensor dapat digerakan secara perlahan-lahan melintasi busur yang pendek dengan arah tertentu sehingga jarum jam penunjuk bergerak searah jarum jam. Setelah jarum penunjuk bergerak satu putaran lebih sedikit maka penekanan pada sensor lebih lanjut tidak akan menggerakkan jarum penunjuk melainkan hanya akan mengubah posisi sensor (dengan demikian posisi nol berubah). Gerakan pengukuran dapat diubah dengan mengubah posisi kunci pada badan pupitas, sehingga memungkinkan pengukuran permukaan pada dua arah (menghadap ke atas atau ke bawah). Suatu jenis pupitas yang lain mampu mengukur dalam dua arah gerakan pengukuran (tanpa kunci pcngubah).

Gambar 61 Pupitas dan posisi sensor sewaktu melakukan pengukuran. Kedudukan sensor sewaktu melakukan pengukuran haruslah diperhatikan, sebab dalam segala hal garis pengukuran harus berimpit dengan garis dimensi dan obyek ukur. Sesungguhnya garis pengukuran dari sensor pupitas adalah berupa

79

busur, akan tetapi karena kecilnya sudut gerakan sensor maka panjang busur tersebut hampir sama dengan tali busurnya. Dengan demikian tali busur ini harus tegak lurus dengan permukaan benda ukur atau dengan kata lain posisi sensor harus sejajar dengan permukaan benda ukur. Apabila posisi sensor terlalu miring maka akan terjadi kesalahan kosinus sebagaimana yang ditunjukkan gambar 61. Karena lemahnya tekanan sensor maka pupitas sangat sesual sebagai alat ukur pembanding, dalam hal ini diperlukan alat pemegang pupitas yang disebut sebagai dudukan pemindah (tranfer stand), lihat gambar 62. Dudukan ini mempunyai alas yang halus dan rata, oleh karena itu dapat digeserkan dengan mudah pada meja rata. Tiang dan dudukan sangat kuat dimana pemegang pupitas dapat digeserkan padanya naik atau turun sehingga posisi sensor pupitas dapat diatur sampai ke dekat permukaan benda ukur atau blok ukur. Kemudian untuk mempermudah penyetelan nol, sensor pupitas dapat digerakkan secara lebih halus dengan tombol pada pemegang atau pada dudukan. Apabila tak ada dudukan pemindah maka mistar ingsut ketinggian dapat pula digunakan sebagai pemegang pupitas. Dudukan bermagnit dengan batang kaku maupun yang fieksibel dapat dipasangkan pada benda ukur yang besar atau pada mesin perkakas sehingga berbagal pengukuran yang menggunakan pupitas maupun jam ukur dapat dilaksanakan. Karena permukaan dari dudukan bermagnit ini tidak selebar pada dudukan pemindah maka jangan digunakan sebagai pemegang pupitas dalam pengukuran yang memakai meja rata.

Gambar 62 Beberapa jenis duduk alat ukur pembanding.

80

3.6 KALIBER BATAS (LIMIT GAUGE). Untuk memeriksa obyek ukur dari suatu produk/komponen mesin yang dibuat dalam jumlah besar mungkin digunakan alat ukur langsung, misalnya mikrometer indikator atau jam ukur. Dengan alat ukur tersebut dimensi dari obyek ukur dapat secara langsung diketahui dan selanjutnya ditentukan apakah ukuran tersebut berada pada daerah toleransi atau tidak. Sebetulnya pada suatu obyek ukur yang telah ditentukan toleransinya cukup diperiksa apakah obyek ukur tersebut berada di dalam daerah toleransi yang diijinkan atau tidak, jadi ukuran sebenarnya tidak perlu diketahui. Selain daripada itu pemeriksaan pada satu elemen geometri terkadang tidak menjamin segi fungsional dari suatu suaian, untuk itu diperlukan pemeriksaan atas elemen-elemen geometri lain yang berhubungan erat. Bila pemeriksaan seperti ini dilakukan secara tcrpisah maka diperlukan waktu yang relatif lama, terlebih jika benda ukur berjumlah banyak (mungkin dibutuhkan waktu pengukuran satu produk yang cepat berhubungan dengan tingginya kecepatan produksi). Berdasarkan pertimbangan di atas maka dibuat suatu alat ukur yang disebut kaliber batas (limit gauge). 3.6.1 Toleransi dan Kaliber Batas Misalkan diameter suatu lubang pada benda ukur telah ditentukan harga maksimum dan minimumnya, maka berdasarkan ukuran tersebut dapat dibuat suatu kaliber pemeriksa berupa poros dengan dua macam diameter. Poros dengan diameter tepat sama dengan diameter lubang minimum (berarti lubang tepat pada kondisi material maksimum) disebut dengan lubang poros GO, karena poros pemeriksa ini selalu akan masuk ke dalam lubang yang diperiksa bila diameter lubang tidak lebib kecil dari diameter minimum yang diijinkan. Sedangkan poros pemeriksa yang lain memiliki diameter yang tepat sama dengan diameter lubang maksimum (berarti lubang tepat pada kondisi material minimum) dan disebut sebagai kaliber poros NOT GO, karena poros ini selalu tidak akan masuk ke dalam lubang yang diperiksa asalkan diameter lubang tidak lebih besar dari diameter maksimum yang diijinkan.

81

Dengan demikian lubang yang diperiksa dikatakan bagus (diameter masih dalam batas batas/toleransi yang diijinkan) apabila dipenuhi dua hal yaitu, kaliber poros GO dapat masuk dan kaliber poros NOT GO tidak masuk ke dalam lubang yang diperiksa. Sebaliknya lubang dikatakan jelek (diameternya lebih besar dari maksimum atau lebih kecil dan minimum) apabila salah satu dari dua hal di atas tidak dipenuhi. Kaliber pemeriksa tersebut di atas merupakan kaliber yang mempunyai diameter tepat seperti yang dikehendaki sehingga sulit untuk dibuat. Oleh karena itu diberikan suatu toleransi pembuatan baik bagi diameter GO maupun NOT GO. Tentu toleransi pembuatan kaliber ini harus lebih kecil dari toleransi lubang atau poros yang akan diperiksa. Selain daripada itu, posisi relatif dari toleransi pembuatan tersebut terhadap posisi toleransi yang akan diperiksa ditentukan sedemikian rupa sehingga benda ukur yang bagus sebanyak mungkin diterima dan sebaliknya benda ukur yang jelek sesedikit mungkin diterima. Apabila proses produksi berjalan normal maka produk yang bagus banyak dihasilkan akibatnya kaliber NOT GO jarang masuk dan sebaliknya kaliber GO sering masuk. 3.6.2 ,Jenis dan Kaliber Batas Secara garis besar kaliber batas dapat dikiasifikasikan menurut fungsinya, yaitu 1. Kaliber pemeriksa lubang. 2. Kaliber pemeriksa poros. 3. Kaliber pemeriksa konis. 4. Kaliber pemeriksa posisi & kedalaman. 5. Kaliber pemeriksa kombinasi. 6. Kaliber pemeriksa profil dan ulir.

82

dari kaliber poros dan lubang adalah seperti gambar dibawah ini.
a. Bentuk silinder penuh (fufi fomi cylindrical) Suatu alur kadang kala dibuat diujung. memisahkan selinder depan yang mempunyai diameter lebih keci dari pada silinder belakang. Dimaksudkan untuk mempermudah pemeriksaan )lubang.

b. bentuk bola (spherical) c. bentuk silinder terpotong (segmental cylindncal)

d. Bentuk bola terpotong (segmental apherical) e. Bentuk selinder dengan pengurangan (segmental cylindrical with reduced faces)

f.

bentuk

tongkat

dengan

ujung

bermuka bola (rod with apherical ends)

gambar 64 (lanjutan) kaliber pemeriksa lubang

83

Kaliber flog (Ring Gauge) (diameter kecil) d1 d2 b 22/112 mm 3-5mn 5-22mm

Go sesual dengan prinsip Taylor NOT GO dak susual dengan prinaip Taylor. b. Kaliber ring (Ring Gauge) (diameter besar) d d2 d3 125 -100-280mm 70-80mm1238-250

b 12-28 c Kailber eJah (Snap Gauge) Kaiiber Rahang -GO tidak sesuai dengan prinsip Taylor -NOT GO sesual dengan prinsip Taylor

d. Kallber c YDflU d8pa1 tlI Muks ukur dapat diatur posistnya dengen bantijan blok ukur. Kaliber tnt sangat praktls, karena muka ukur Go yang aus dapat dlaseh halus kemuadian dipasangkan kembali

Gambar 65 Kaliber Pemeriksa Poros.

84

4. ALAT UKUR SUDUT 4.1 PENDAHULUAN Satu derajat (1) adalah sudut dari 1/360 bagian dari lingkaran sempurna. Apabila satu derajat ini dibagi dalam 60 bagian yang sama maka terbentuklah bagian dari derajat yang disebut satu menit (1). Selanjutnya bila satu menit dibagi lagi dalam 60 bagian yang sama maka didapat bagian yang dikenal sebagai satu detik (1). Dengan demikian praktis tidak diperlukan suatu standar absolut bagi satuan sudut, karena teoritik setiap orang dapat membuat satuan sudut dengan cara membagi suatu lingkaran. Sebagaimana dengan pengukuran linier, maka pengukuran sudut dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu, cara langsung dan cara tak langsung. Beberapa jenis alat ukur sudut yang akan dibahas adalah Alat ukur sudut langsung: busur baja, busur bilah, profil proyektor, clinometer. blok ukur, pelingkup sudut, alat ukur sinus, angle dekkor. -

Alat ukur sudut tak langsung:

4.2 BUSUR BAJA (STEEL ENGINEER PROTRACTOR) Busur baja merupakan alat ukur sudut langsung dengan kecermatan sampai satu derajat. Oleh sebab itu hanya digunakan untuk memperkirakan harga sudut

85

secara kasar. Alat ini berupa suatu tembereng setengah lingkaran dari pelat baja dengan pembagian skala dalam satu derajat pada tepi lingkaran. Satu pelat baja yang berengselkan pada titik pusat lingkaran dapat berputar sehingga bagian yang runcing berfungsi sebagai garis indeks untuk pembacaan skala yang merupakan harga sudut antara dasar tembereng dengan salah satu sisi pelat yang panjang. Jika sudut antara permukaan benda ukur terlalu kecil, sudut terpancung, atau karena dasar dari tembereng tidak cukup lebar, maka diperlukan bantuan suatu penyiku, gambar 66.

Gambar 66 Pemakaian Busur Baja. 4.3 BUSUR BILAH (BEVEL PROTRACTOR) Untuk pengukuran sudut antara dua permukaan benda ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat, maka dapat digunakan busur bilah. Konstruksi dari busur bilah ini hampir sama seperti busur baja. 4.3.1 Bagian dan Busur Bilah dan jenisnya Bagian-bagian utama dan busur bilah adalah (lihat garnbar 4.4.2) Badan/Piringan dasar, berupa lingkaran penuh dengan diameter 55 mm. Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam derajat dan diberi nomor dan 00 - 90 - 00 - 90 (skala kiri dan kanan). Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebal dan pelat dasar, 90 x 15 x 7 mm. dengan toleransi kerataan 0,01 mm untuk sepanjang sisi kerja. Piringan indeks, Pada piringan ini tercantum garis indeks dari skala nonius sudut (skala nonius kiri dan skala nonius kanan), biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit.

86

Bilah utama, dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada piringan indeks. dengan toleransi kerataan sebesar 0,02 sampai 0,03 mm untuk seluruh panjangnya.

Gambar 67 Beberapa jenis busur bilah. Piringan indeks dapat berputar bersama-sama dengan bilah utama dan dapat dikunci/dimatikan kedudukannya relatif terhadap piringan dasar. Dengan demikian sudut antara salah satu sisi dari bilah utama dengan sisi kerja dari pelat dasar dapat dibaca pada skala piringan dasar dengan bantuan garis indeks dan skala nonius. Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang dipasangkan tegak lurus terhadap pelat dasar. Kedudukan bilah bantu ini dapat diatur, sehingga memungkinkan pengukuran sudut antara dua permukaan dengan lebih mudah. Jenis yang lain dan busur bilah memakai sistem optik untuk pembacaan skala sudutnya, sehingga dapat dicapai kecermatan pembacaan sampai 2 menit. 4.3.2 Pamakaian Busur Bilah Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur bilah adalah sudut antara sisi bilah utama dan sisi kerja dan pelat dasar, jadi bukan sudut sesungguhnya dari

87

benda ukur. Oleh sebab itu pemakaian busur bilah harus dilakukan dengan seksama supaya sudut dari busur bilah betu1-betul sesuai dengan sudut benda ukur. Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemakaian busur bilah adalah sebagai berikut : Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah harus bersih. Kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat adanya debu atau geram dan dapat merusakkan busur bilah. Aturlah kedudukan dari bilah utama dengan memakai kunci bilah.

Gambar 68 Pengaturan posisi busur bilah. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan bidang dari sudut yang diukur (bidang normal). Apabila kondisi ini tidak dipenuhi, maka harga sudut yang dibaca pada busur bilah mungkin lebih kecil dari sudut benda ukur, lihat gambar 68.a. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama harus betulbetul berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak boleh terdapat celah. Untuk mempermudah pengukuran dari benda ukur yang besar, maka kunci piringan indeks dapat dikendorkan dan kemudian geserkan busur bilah (dengan sisi kerja pelat dasar berimpit dengan permukaan benda ukur) menuju permukaan yang menyudut sampai bilah utama terputar dan berimpit dengan permukaan tersebut, lihat gambar 68.b. Bacalah harga sudut pada kedudukan ini, atau kunci indeks terlebih dahulu baru dibaca harga sudutnya dengan cara memiringkan busur bilah untuk rnempermudah pembacaan skala noniusnya (atau untuk mengintip okuler dan busur bilah optik).

88

Pengukuran dan pembacaan harga sudut sebaiknya diulang untuk beberapa kali. Sudut antara dua permukaan benda ukur dapat secara langsung diukur dengan melingkupi sudut tersebut dengan bilah utama dan pelat dasar atau dengan meletakkan benda ukur pada meja rata. Untuk sudut yang kecil atau yang besar maka pembacaan harga sudut pada skala adalah. secara langsung ataupun dengan mengurangkannya terhadap 1800 (sudut pelurusnya). Sedang untuk sudut benda kerja yang hampir sama dengan 450 (misalnya 440 atau 46) maka mungkin timbul keraguan. Untuk itu harus diperhatikan arah pemutaran bilah utama apabila posisi semula adalah 90, lihat gamban 69. Bagi yang pertama kali memakai busur bilah nonius, mungkin timbul keraguan dalam menentukan pemakaian skala nonius kanan atau nonius kiri. Keraguan ini dapat dihindari dengan cara melihat arah kenaikan angka pada skala utama. Apabila garis nol nonius terletak di daerah angka skala utama yang membesar ke kanan, maka skala nonius kanan yang dipakai atau sebaliknya.
Posisi utama terhadap pelat dasar adalah tegak lurus. Garis indeks (garis not nonius) menunjuk 900

Diputar kebalikan jarum jam - digunakan skata nonius kanan - sudut yang terbaca adalah dart bilah utama kepetat dasar kebalikan jarum jam - sudut peturus adalah dart pelat dasar kebitah utarna, kebalikan jarum jam. Diputar searah jarum jam - digunakan skata nonius kin - sudut yang terbaca adaIah dart bilah utama kepelat dasar, searah Jarum jam

89

- sudut pelurus adaIah dart petat dasar kebitah utama, searah jarum Jam.

Gambar 69 Pemakaian busur bilah nionius. Sudut benda ukur yang kecil terkadang tak mungkin dilingkupi oleh busur bilah (karena bilah utama dan pelat dasar kurang panjang), dalam hal ini sudut benda ukur mungkin masih bisa diukur dengan meletakkannya pada meja rata, atau dengan memakai bilah bantu. Pemasangan bilah bantu tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara, tergantung pada jenis busur bilah, lihat gambar 70. Untuk busur bilah universal maka harga sudut dapat langsung dibaca, sedangkan bagi busur bilah dengan kedudukan bilah bantu tegak lurus pelat dasar maka harga sudut merupakan penyiku dan sudut yang terbaca.

Gambar 70 Pemakaian bilah bantu untuk mengukur sudut yang kecil. 4.4 PROFIL PROYEKTOR Sudut antara dua permukaan obyek ukur dapat diukur melalui bayangan yang terbentuk pada kaca buram dari profil proyektor, lihat gambar 71. Setelah bayangan difokuskan (diperjelas garis tepinya) dengan cara mengatur letak benda ukur di depan lensa kondensor dari profil proyektor, maka sudut dari kedua tepi bayangan yang akan ditentukan besarnya dapat diukur dengan salah satu dari dua cara berikut Cara pertama, dengan memakai garis silang dari skala piringan. Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat berimpit dengan salah satu tepi bayangan, yaitu dengan cara menggerakkan meja (pada mana benda ukur diletakkan) dan memutar piringan kaca buram. Untuk kedudukan ini

90

kemiringan garis silang dibaca pada skala piringan dengan bantuan skala nonius. Kemudian meja digerakkan dan piringan kaca buram diputar sampai garis silang yang bersangkutan berimpit dengan tepi bayangan yang lain. Pembacaan skala piringan dilakukan lagi. Dengan demikian sudut yang dicari adalah merupakan selisih dari pembacaan yang pertama dan yang kedua. Cara kedua, dengan memakai gambar dan beberapa sudut. Suatu gambar transparan berupa kumpulan dari beberapa sudut dengan harga tertentu dapat dipasang pada kaca buram. Besar sudut dari kedua tepi bayangan dapat ditentukan dengan membandingkan dengan gambar sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang cocok.

91

Gambar 71 Berbagai pengukuran dengan memakai profli proyektor.

gambar 72 clinometer 4.5 CLINOMETER Clinometer adalah alat ukur kemiringan bidang dengan menggunakan prinsip gabungan dari pendatar (spirit level) dan skala sudut dari busur bilah. Setelah clinometer diletakkan di atas permukaan benda ukur, maka skala piringan diputar sampai posisi tabung dengan gelembung kurang lebih datar. Kemudian pemutaran ini dilakukan dengan harus sampai gelembung tepat ditengah diantara dua skala utama. Selanjutnya harga sudut dapat dibaca pada skala sudut sampai kecermatan menit atau detik bergantung pada konstruksi clinometer yang digunakan (pembacaan langsung melalui garis indeks atau melalui sistem optik). Dengan demikin sesungguhnya clinometer ini mengukur kemiringan bidang dari benda ukur relatif terhada bidang horisontal (bidang datar air). Pengukuran sudut relatif antara dua bidang dapat dilakukan dengan cara menempatkan clinometer pada kedua bidang tersebut, kemudian harga sudut yang dimaksud adalah merupakan selisih dua pembacaan. 4.6 BLOK SUDUT (ANGLE GAUGE) Jika pada pengukuran linear dikenal standar panjang yaitu blok ukur, maka dalam pengukur sudut juga dikenal suatu alat ukur standar sudut yang disebut blok sudut. Dimensi dari setiap blok sudut kurang lebih mempunyai panjang dan lebar

92

sebesar 76 x 16 mm. Dibuat dari baja yang dikeraskan dan mempunyai kestabilan dimensi yang baik. kedua muka ukurnya digosok halus sehingga rata dan mempunyai sifat mampu lekat sebagaimana halnya dengan blok ukur Suatu set blok sudut biasanya terdiri dari tiga belas buah dengan berbagai ukuran sudut. Beberapa blok sudut dapat disusun sehingga didapat dua permukaan yang mempunyai sudut tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Harga beberapa sudut sebagai mana yang diusulkan oleh Tomlinson9 adalah : Satuan derjat : 10, 30, 90, 27 dan 41 Satuan menit : 1, 3, 9, dan 27 Satuan detik : 3, 6, 18, dan 30 (O.05,O.I, 0.3danO.S) jumlah 13 blok Dari ketiga betas blok sudut tersebut, hampir semua sudut yang dikehendaki dapat dibuat, hal ini disebabkan karena harga yang diinginkan dapat dicapai dengan cara penjumlahan dan pengurangan, lihat gambar 4.4.8. Apabila ketiga belas blok tersebut disusun berurutan naik (penjumlahan) maka akan diperoleh sudut sebesar 810 4059 Sudut yang Iebih besar dari harga tersebut dapat dicapai dengan bantuan blok segi empat (square block). Cara menentukan susunan blok sudut untuk membuat sudut yang tertentu adalah : Misalkan harga sudut yang akan dibuat ada!ah 57349. Pertama-tama perhatikan harga detiknya. Untuk harga 9 dapat dicapai dengan menyusun blok sudut dan Selanjutnya perhatikan harga menitnya, apabila harga menit lebih besar dan 40, maka harga tersebut harus dicari dari pengurangan terhadap 1 0 (misalnya 47 = 60 -13 = +60-l -9) dan harga 1 ini harus ditambahkan pada angka derajatnya. Untuk contoh ini maka 34 dapat dicapai dengan menyusun : +1-3+9+27. = 5 blok = 4 blok = 4 blok

93

Terakhir, perhatikan harga derajatnya, tentukan lebih dahulu apakah harus ditambahkan 10 akibat dan penyusunan angka menitnya, selanjutnya dapat dicari susunan yang cocok. Dalam contoh mi 57 dapat disusun dan +10 30 - 9 + 27 + 410

Pada setiap blok sudut, selain dicantumkan harga nominal sudutnya, dituliskan pula dua buah tanda + dan - pada kedua sisinya atau tanda sudut (<) pada salah satu sisinya, guna mempermudah penyusunan (penambahan atau pengurangan).

Gambar 74 Pemakaian blok sudut. Blok sudut harus dirawat dengan baik, sebagaimana memperlakukan blok ukur. Perhatikan cara pembersihan muka ukur, cara penyusunan blok sudut dan cara penyimpanan blok sudut dalam kotak penyimpanannya. Blok sudut adalah merupakan alat ukur standar, oleh sebab itu hanya digunakan dalam proses pengukuran perbandingan. Benda ukur diletakkan di atas meja rata. Sudut antara salah satu permukaan benda ukur terhadap meja rata (bidang dasar) dapat ditentukan dengan cara menyusun blok sudut dan kemudian diletakkan disamping benda ukur (lihat gambar 74.a). Harga sudut benda ukur terlebih dahulu diperkirakan dengan rnemakai busur bilah (sampai kecermatan 5). Tinggi permukaan benda ukur dengan muka ukur yang teratas dan blok sudut diatur supaya berimpit dengan cara menggeserkan susunan blok sudut atau dengan bantuan blok ukur untuk mempertinggi salah satu permukaan yang dibandingkan. Kemudian kesejajaran antara permukaan benda ukur dengan muka ukur dan blok sudut teratas diperiksa dengan memakai pisau lurus (straight edge). Pisau digeserkan sepanjang permukaan yang diukur sambil diperhatikan garis kontak antara mata pisau lurus dengan permukaan yang diukur. Selama penggeseran

94

ini tidak boleh terlihat adanya celah (latar belakang hams terang, untuk itu dapat digunakan kotak cahaya). Apabila masih terlihat adanya celah, maka susunan blok sudut haruss diubah dan pemeriksaan kesejajaran harus diulangi lagi sampai tidak terjadi celah. Untuk pemeriksaan sudut yang besar, maka digunakan blok persegi (square block) serta dibantu dengan beberapa blok ukur seperti yang diperlihatkan pada gambar 74.b. Sebagaimana dengan pemakaian pisau lurus di atas, maka pada setiap permukaan yang berimpit dari susunan blok sudut, blok persegi dan benda ukur harus tidak terdapat celah. Pengukuran perbandingan dengan cara memperhatikan celah seperti ini tidaklah selalu memberikan hasil yang teliti, karena sampai seberapa jauh kesalahan antara sudut benda ukur dengan sudut dan susunan blok sudut tidak diketahui dengan pasti. Untuk pengukuran sudut dengan lebih cermat, maka blok sudut dapat digunakan bersama-sama dengan Angle Dekkor.

Gambar 75 pelingkup sudut dan pemakainya 4.7 PELINGKUP SIJDUT (ANGLE TRANSFER) Apabila sudut dari benda ukur terlalu sulit untuk diukur secara langsung dengan membandingkannya dengan blok sudut, maka dapat dipakai Pelingkup Sudut. Alat

95

ini tidak mempunyai skala dan terdiri dan dua atau tiga bilah pelingkup yang disatukan dengan memakai poros pengunci, lihat gambar 75. Posisi antara bilah yang satu dengan bilah yang lain dapat diatur dan dikunci, sehingga sudut antara dua permukaan benda ukur dapat diambil oleh pelingkup sudut. Kemudian besar dari sudut antara dua bilah pelingkup ini dapat diketahui dengan cara membandingkannya dengan susunan blok sudut atau diukur bayangan sudutnya dengan memakai profil proyektor. 4.8 ALAT UKIIR SINUS Suatu sudut dapat diketahui besarnya apabila diketahui harga sinusnya, sebagaimana rumus sinus dalam ilmu ukur sudut, yaitu h h sin = atau arc sin = i i Dengan demikian masalah pengukuran sudut menjadi masalah pengukuran linier, yaitu mengukur tinggi h dan hipotenusa (sisi terpanjang) 1. Pengukuran dilaksanakan dengan meletakkan benda ukur pada meja rata, dan sudut antara salah satu permukaannya dengan permukaan referensi (permukaan meja rata) ditentukan dengan cara mencari harga sinusnya. Supaya tinggi h dapat ditentukan maka pada permukaan yang miring tersebut diletakkan dua buah rol dengan diameter yang sama pada jarak tertentu, lihat gambar 76a.

Gambar 76 Mengukur sudut dengan menentukan harga sinusnya.

96

Kemudian dengan mistar ingsut ketinggian selisih tinggi kedua rol diukur. Untuk mempermudah pengukuran maka kedua rol tersebut di pasangkan pada batang baja dengan jarak senter yang tetap, misalnya 100 mm atau 200 mm guna menyederhanakan perhitungan sinusnya, lihat gambar 76b. Misalkan setelah diukur dengan mistar ingsut ketinggian, selisih tinggi tersebut adalah: h = 35.02 mm Sedangkan jarak antara senter dan dua ro! tersebut adalah 1=100mm maka sin = h/l 0.3502 Dengan menggunakan daftar sinus (biasanya tercantum juga di dalam buku daftar logaritma) dicari harga sudut yang mempunyai harga sinus yang sama atau mendekati harga sinus yang dihitung di atas. Ternyata sudut yang dicari adalah terletak di antaraharga 2029 dan 2030, yaitu: sin 2029 sin 2030 = 0.34993 dan = 0.3502 1.

Karena 0.3502 lebih dekat dengan 0.35021, maka dianggap sudut yang dicari adalah berharga 2030. Dalam hal ini tidak diperbolehkan untuk menginterpolasi supaya mendapatkan harga sudut yang lebih cermat (sampai dengan harga detiknya), karena selisih tinggi dari dua rol (h) ditentukan dengan mistar ingsut ketinggian yang hanya mempunyai kecermatan sampai 0,02 mm10.

10

97

Gambar 77 Batang sinus dan pemakaiannya. 4.9 BATANG SINUS (SINE BAR) Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol yang dilekatkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah, lihat gambar 77a. Batang dari rol tersebut dikeraskan dan diasah halus pada permukaannya yang penting. Kedua silinder/rol mempunyai kesamaan diameter dan kesilindrisan dengan toleransi yang cukup sempit (0,003 mm). Mereka dipasangkan pada batang dengan jarak antara senter yang tertentu (100, 200, 250 atau 300 mm), dengan toleransi posisi dan kesejajaran yang tinggi (0,005 mm). Kesejajaran kedua rol tersebut terhadap batang permukaan sebelah atas atau kesamaan jarak dari sumbu ke sumbu terhadap permukaan batang sebelah atas, dibuat dengan toleransi sempit (0,003 mm). Toleransi kerataan dari permukaan batang sebelah atas adalah sekitar 0,003 mm. Tidak semua batang sinus dibuat dengan toleransi sebagaimana yang disebutkan di atas, ada pula yang dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Toleransi yang sempit tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketelitian dari harga sudut yang akan diukur. Dalam pemakaiannya, batang sinus diletakkan pada meja rata. kemudian benda ukur diletakan dipermukaan atas dan menempel pada sisi penahan. Ujung dan batang sinus pada sisi yang tidak berpenahan diangkat dan suatu susunan blok ukur dengan tinggi yang tertentu diletakkan di bawah silinder dari batang sinus sedemikian rupa sehingga permukaan yang lain dari benda ukur menjadi sejajar dengan permukaan meja rata (permukaan referensi). Kesejajaran tersebut diperiksa dengan memakai jam ukur atau pupitas yang dipelihatkan pada gambar 77b.

98

Gambar 78 Pemeriksaan kesejajaran permukaan benda ukur terhadap meja rata Sebelum pengukuran dimu1ai, tinggi h terlebih dahulu diperkirakan yaitu dengan mengukur sudut a dan benda kerja dengan memakai busur bilah Setelah dihitung harga sinusnya, maka dicari kombinasi blok ukur supaya mempunyai tinggi susunan sebesar h. Setelah susunan blok ukur tersebut diletakan di bawah silinder batang sinus, maka pemeriksaan kesejajaran pemukaan atas dari benda ukur dengan meja rata dilakukan dengan memakai jam ukur. Apabila tinggi h tersebut ternyata memang tepat, maka selama digeserkan sepanjang 1 jarum jam ukur tetap diam (tetap menunjuk nol). Seandainya tidak, maka akan timbul penyimpangan dari jam ukur sebesar d (positif atau negatif). Dalam hal ini tinggi dari susunan blok ukur harus diubah sebesar y, (positif atau negatif), sebagaimana rumus yang tercantum pada gambar 78. Contoh pengukuran sudut benda ukur dengan memakai batang sinus. Misalkan sudut benda ukur telah diukur dengan busur bilah (kecermatan hanya sampai 5 menit) mempunyai harga sebesar

= 20025f
Sudut ini hendak diukur dengan memakai batang sinus, supaya diperoleh kecermatan pengukuran sudut sampai dengan harga detik. Dan tabel, didapat harga sinusnya sebesar sin = sin 200 25 = 0.34884 Apabila jarak antara senter dan kedua rol adalah sebesar 1 = 100 mm, maka tinggi susunan blok ukur ialah h = I sin = 34.884 mm Dalam hal ini dapat disiapkan blok ukur dari beberapa ukuran, yaitu 25; 6; 1.40; 1.48, dan 1.004mm

99

Jika untuk jarak 50 mm pada permukaan benda ukur yang menghadap keatas ternyata jam ukur menujukkan selisih ketinggian sebesar 0.0 12 mm, maka tinggi h semula harus dikoreksi sebesar (misalkan penambahari)11

Dengan demikian tinggi susunan blok ukur yang baru adalah h = 34.884 +0.024 = 34.908 Jika ternyata setelah dikoreksi (tinggi h tersebut) permukaan benda ukur menjadi sejajar dengan meja rata, maka harga sinus dan sudut yang dicani adalah:

Interpolasi dapat dilakukan untuk mencani harga detiknya, sebagai berikut: sinus sudut yang dicari = 0.34908 sinus sudut 2026 sinus sudut 2025 selisih = 0.34884 sinus sudut 2025 = 0.00024 selisih = 0.34912 = 0.34884 = 0.00028

Harga detik yang harus ditambahkan pada sudut 2025 adalah = 0.00024 x 60 = 51 0.00028

maka sudut yang dicari adalah = 2025Sl . Batasan ketelitian dan pemakaian batang sinus. Semakin besar sudut yang diukur, maka kecermatan penentuan harga sinus akan semakin turun. Hal ini disebabkan karena sinus adalah merupakan hasil bagi antara sisi tegak dengan hipotenusa, sedangkan harga hipotenusa (jarak antara kedua pusat rol) dan batang sinus adalah tetap. Dari gambar 79 terlihat perbedaan harga sinus untuk kenaikkan sebesar 200, yaitu dan 200 menjadi 40, dan 40 menjadi 60 dan dari60 menjadi 600 menjadi 80. Perbedaan tersebut akan lebih jelas terlihat

11

(misalkan dari nol tetap turun kearah rol semula.

100

untuk perbedaan sudut yang kecil disekitar 00 dengan perbedaan sudut yang kecil disekitar 90, misalnya: Sin 20 = 0.03490 Sin 10 = 0.01745 0.01745 sin 890 = 0.99985 sin 88 = 0.99939 0.00046
sin 400 = 0.642 sin 200 = 0.342 0.300 sin 60 = 0.866 sin 400 = 0.642 0.224 sin80 = 0.984 sin600 = 0.866 0.118
0 0

Gambar 79 perubahan harga sinus pada daerah dekat o0 dan daerah dekat 900 Seandainya interpolasi hendak dilakukan untuk mencapai harga kelebihan menit dan sudut sebesar 1 didapatkan dengan membagi 0.01745 dengan 60, sedangkan pada sudut 88 didapatkan dengan membagi 0.00046 dengan 60. Dengan demikian kecermatan pengukuran linier dan tinggi h atau kecermatan penentuan kesejajaran permukaan benda ukur dengan menjadi rata menjadi berkurang apabila sudut yang diukur adalah besar.

Gambar 80 Pengukuran sudut besar sedapat Untuk menjaga ketelitian dan hasil pengukuran sudut dengan menggunakan batang sinus, maka harga sudut dibatasi hanya sampai 6012. Oleh sebab itu untuk harga
12

Untuk keadaan yang memerlukan kecermatan yang kbih tinggi. maka batasan besar sudut yang boich diukur

hanya sampai dengan 45.

101

sudut yang lebih besar dan 60, maka pengukuran sedapat mungkin dilakukan bagi sudut penyikunya, lihat gambar 80.

Gambar 81 Pengukuran sudut keci dengan memakai batang sinus. Pengukuran sudut yang kecil Pengukuran sudut yang kecil (lebih kecil dan 10) dapat pula dilakukan dengan memakai batang sinus. Oleh karena tebal dasar dari blok ukur yang dipakai adalah sebesar 1 mm atau 2 mm, maka kedua rol dari blok sinus yang harus diganjal dengan susunan blok ukur supaya dapat memperoleh tinggi h yang Iebih kecil dan 1 mm, lihat gambar 81. Kecermatan sudut ini bergantung pula pada kondisi benda ukur, dengan kata lain permukaan benda ukur harus rata dan halus supaya kecermatan harga sudut yang diperoleh menjadi berarti.

102

BAB IV MESIN UKUR KOORDINAT (CMM) Mesin Ukur Koordinat merupakan alat ukur geometri modern hasil pengembangan teknologi pengukuran untuk mengimbangi dampak kemajuan teknologi proses produksi. Alat ini memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor, relatif terhadap benda yang diukur (benda ukur) serta menganalisis data pengukuran. Seperti namanya, pengukuran yang dilakukan Mesin Ukur Koordinat adalah berdasarkan koordinat titik-titik di dalam ruang. Pertama alat ini harus mampu menentukan posisi (koordinat) titik-titik tertentu daribagian benda ukur. Kedua, dari data posisi (koordinat) titik-titik tersebut alat ini harus mampu mengolahnya menjadi suatu informasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya Mesin Ukur Koordinat (MUK) memiliki tiga sumbu yang saling tegak lurus yang masing-niasing dilengkapi dengan suatu Sistem Ukur Panjang (Length Measuring System) sehingga membentuk suatu sistem koordinat kartesian. Dengan bantuan probe yang terletak pada ujung lengan ukur dan dapat bergerak dalam ketiga arah sumbu sistem koordinat MUK tersebut, maka harga koordinat setiap titik dalam ruang ukur MUK dapat ditentukan. Selanjutnya dengan bantuan komputer, data-data harga koordinat titik di dalam ruang ukur diolah menjadi suatu inforrnasi pengukuran.

103

Gambar 82 Mesin Ukur Koordinat 1. KLASIFIKASI MESIN UKUR KOORDINAT 1.1 KLASIFIKASI RANCANG BANGUN Secara umum, menurut rancang bangunnya Mesin Ukur Koordinat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : - Jenis Jembatan (Bridge Type) - Jenis Kolom (Column Type) - Jenis Lengan Horisontal (Horizontal Arm Type) - Jenis Kantilever (Cantilever Type) Hal yang mendasari munculnya berbagai jenis rancang bangun MUK adalah beragamnya tugas pengukuran yang memerlukan MUK sehingga rancang bangun MUK harus disesuaikan dengan tugas-tugas pengukuran tersebut. Perbedaan antara rancang bangun satu dengan yang lainnya, secara umum adalah: - Jangkauan ukur (measuring range) - Ketelitian (accuracy) - Mampu capai (accessability). Masing-masing jenis rancang bangun tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Dan keempat jenis rancang bangun tersebut dikembangkan beberapa rancang bangun dengan berbagai variasi dan kombinasi. Mesin Ukur Koordinat dengan rancang bangun jenis jembatan seperti yang ditunjukkan pada gambar 83 memiliki struktur mekanik yang cukup kaku sehingga memiliki ketelitian ukur yang tinggi dengan jangkauan ukur yang cukup besar. Kerugian struktur ini terletak pada tingkat mampu capai yang relatif rendah karena kolom-kolom jembatan menyulitkan peletakan benda ukur dalam ruang ukur. MUK dengan rancang bangun ini memiliki ukuran yang sangat bervariasi dari yang berukuran kecil sampai dengan yang berukuran besar (Gantry Type).

104

Gambar 83 MUK jenis Jembatan

Gambar 84 MUK jenis Kolom

Gambar 85 MUK jenis Lengan Horisontal

Gambar 86 MUK jenis kantilever

Mesin Ukur Koordinat dengan rancang bangun jenis kolom seperti yang ditunjukkan pada gambar 84 pada umumnya memiliki jangkauan ukur yang relatif lebih kecil. Susunan strukturnya memberikan penyimpangan terhadap prinsip ABBE yang paling kecil sehingga memiliki ketelitian ukur yang tinggi dan memiliki mampu capai (accessability) yang tinggi pula sehingga benda ukur dengan mudah dapat ditempatkan dalam ruang ukur MUK.

105

Mesin Ukur Koordinat dengan rancang bangun jenis lengan horisontal seperti yang ditunjukkan pada gambar 85 memiliki mampu capai yang tinggi, tetapi ketelitian ukur yang relatif rendah karena lengan sorong MUK ini hanya didukung pada satu ujung, panjang sorong dan berat peraba yang berbeda akan menghasilkan defleksi dari kolom dan lengan sorong. Mesin Ukur Koordinat dengan rancang bangun jenis kantilever seperti yang ditunjukkan pada gambar 86 memiliki ketelitian ukur dan tingkat mampu capai yang tinggi. 1.2 KLASIFIKASI PENGGERAK MUK Menurut sistem kontrol geraknya, Mesin Ukur Koordinat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: Manual Penggerak motor dengan Joystick Penggerak motor dengan CNC

Pada Mesin Ukur Koordinat dengan penggerak manual operator harus menggerakkan probe ke titik pengukuran secara manual. Sehingga ketergantungan operator dalam menyentuhkan probe pada benda ukur masih mempengaruhi hasil pengukuran. Pada umumnya MUK dengan ketelitian rendah yang menggunakan penggerak manual. Pada Mesin Ukur Koordinat penggerak motor dengan joystick komponenkomponen gerak digerakkan secara motorik sepanjang sumbu-sumbu MUK dengan bantuan joystick untuk mengarahkan gerakan probe pada titik yang dituju. Pada Mesin Ukur Koordinat penggerak motor CNC, komponen-komponen gerak digerakkan secara motorik sepanjang sumbu-sumbu MUK dan dikontrol secara numerik oleh komputer. Karena pergerakan probe dapat diprogram maka proses pengukuran dapat dilakukan dengan cepat serta faktor ketergantungan operator dapat ditekan sekecil niungkin. Biasanya MUK CNC memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. 2. SISTEM KONFIGURASI MESIN UKUR KOORDINAT

106

Pada dasarnya Mesin Ukur Koordinat terdiri atas Bagian Utama (Main Unit), Kontroler (untuk jenis penggerak motor) dan Unit Pengolah Data (komputer). Secara umum bagian utama dari mesin ukur koordinat terdiri atas struktur mekanik, tempat peletakan benda ukur, sistem bantalan, komponen pembimbing, alat penggerak (untuk penggerak motor), sistem ukur posisi (displacement measuring system) dan sistem peraba (probe).

Gambar 88 Konfigurasi Mesin Ukur Koordinat Manual

107

Gambar 89 Konfigurasi Mesin Ukur Koordinat Motorik dan CNC Mesin ukur koordinat yang digerakkan secara manual memiliki sistem konfigurasi seperti yang ditunjukkan pada gambar 88. Pergerakan (perubahan posisi) probe saat menentukan posisi titik-titik sentuh pada benda ukur di dalam ruang ukur mesin akan terbaca oleh Sistem Ukur Posisi (Displacement Measuring System) yang terdapat di ketiga sumbu mesin. Kemudian ketiga Sistem Ukur Posisi akan mengirim sinyal perubahan posisi tersebut ke Unit Pengolah Data. Oleh Counter sinyal tersebut diterjemahkan menjadi harga koordinat masing masing sumbu yang tidak lain adalah harga koordinat posisi probe relatif terhadap sistem koordinat yang digunakan. Selanjutnya apabila ada sinyal yang diterima komputer dan probe saat menyentuh benda ukur maka komputer akan menyimpan koordinat posisi probe saat itu untuk selanjutnya diolah oleh komputer sesuai dengan jenis pengukuran yang dilakukan. Mesin Ukur koordinat dengan motor penggerak biasanya dilengkapi dengan joystick untuk mengontrol pergerakan probe. Sinyal yang diberikan joystick melalui kontroler akan memerintahkan motor pada masing-masing sumbu untuk menggerakkan komponen-komponen gerak membawa probe pada posisi yang diinginkan. Sementara pergerakan terjadi, Sistem Ukur Posisi akan mengirirnkan sinyal pergerakan pada Unit Pengolah Data yang kemudian diterjemahkan oleh Counter menjadi koordinat posisi probe. Pada saat probe telah mencapai tempat yang

108

diinginkan (titik sentuh) maka probe akan mengirim sinyal pada komputer untuk menyimpan koordinat posisi probe saat itu disamping itu probe memberikan sinyal pada kontroler untuk menghentikan perintah pada motor. Pada Mesin Ukur Koordinat yang dikontrol secara numerik oleh komputer maka program komputerlah yang mengatur dan memberikan perintah pada motor melalui kontroler untuk menggerakkan komponen-komponen gerak membawa probe pada posisi yang diinginkan. Konfigurasi Mesin Ukur Koordinat penggerak motor ditunjukkan pada gambar 89

Gambar 91 Sistem Koordinat Mesin 3. SISTEM KOORDINAT Pada dasarnya operasi yang dilakukan oleh Mesin Ukur Koordinat dalam melakukan pengukuran adalah menentukan posisi titik-titik tertentu dari benda ukur, kemudian mengolah data koordinat posisi titik-titik tersebut menjadi suatu informasi yang diperlukan. Dalam hal ini sistem koordinat memegang peranan yang sangat penting dalam memperoleh hasil pengukuran yang benar dan akurat.

109

Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat kartesian, dimana terdiri atas tiga sumbu yang saling tegak lurus, yaitu sumbu X, Y dan Z. Masing-masing sumbu berpasangan membentuk bidang koordinat X-Y, X-Z dan Y-Z. Pada saat pengukuran sistem koordinat yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua sistem koordinat yaitu sistem koordinat mesin dan sistem koordinat benda ukur. Sistem koordinat mesin adalah sistem koordinat yang dimiliki mesin yaitu sistem koordinat yang aktif saat mesin dinyalakan dan biasanya orientasi sumbu koordinatnya sejajar (sama) dengan sumbu pergerakan komponen gerak mesin. Sistem Koordinat Mesin ditunjukkan pada gambar 91. Sistem koordinat yang lainnya adalah sistem koordinat benda ukur yaitu sistem koordinat yang orientasi sumbusumbu koordinat atau orientasi bidang koordinatnya telah disesuaikan dengan orientasi benda ukur, seperti yang ditunjukkan gambar 92. Untuk suatu benda ukur yang kompleks biasanya memerlukan lebih dari satu sistem koordinat benda ukur dengan orientasi yang berbeda-beda.

Gambar 92 sistim koordinat benda ukur Pengolahan data pengukuran sangat bergantung pada sistem koordinat yang digunakan, sebagai contoh adalah pengukuran dua lingkaran seperti yang ditunjukkan pada gambar 93. Dalam hal ini kedua lingkaran harus memiliki bidang referensi yang sama. Titik-titik yang diukur dari tiap lingkaran akan diproyeksikan pada bidang referensi masing-masing lingkaran, kemudian kedua elemen tersebut akan diproyeksikan pada bidang referensi yang disebut bidang referensi umum (common reference plane).

110

Untuk mencegah timbulnya kesalahan dalam menentukan koordinat titik-titik dalain pengukuran maka, sistem koordinat benda ukur lebih tepat untuk digunakan karena telah disesuaikan dengan orientasi benda ukur. Penyesuaian orientasi sistem koordinat dengan orientasi benda ukur disebut penyelarasan (alignment). 3.1 I (ALIGNMENT) Seperti telah disebutkan di atas. penyelarasan (alignment) adalah proses penyesuaian orientasi sistem koordinat yang akan digunakan dalam pengukuran dengan orientasi benda ukur. Penyelarasan biasanya dilakukan dengan bantuan komputer dan prosesnya bergantung pada perangkat lunak yang digunakan. Dalam menentukan orientasi sumbu koordinat biasanya digunakan bentuk-bentuk elemen yang dimiliki benda yang akan diukur. Penyelarasan tiga dimensi dalam arti penyelarasan yang menyesuaikan onientasi ketiga sumbu koordinat, terdiri atas tiga tahapan, yaitu Penentuan titik pangkal dan sistem koordinat baru. Penyesuaian onientasi bidang koordinat dan sistem koordinat baru dengan orientasi bidang benda ukur, yaitu dengan menentukan orientasi salah satu sumbu koordinat. Penyesuaian orientasi dua sumbu koordinat lainnya dan sistem koordinat baru dengan orientasi yang diharapkan.

111

Gambar 93 Proyeksi Elemen Lingkaran Contoh suatu proses penyelarasan ditunjukkan pada gambar 94. Pada contoh tersebut ditentukan titik pangkal berada ditengah-tengah bidang atas benda ukur, gambar a. Selanjutnya adalah penyesuaian orientasi bidang X-Y dengan orientasi bidang atas benda ukur dengan menentukan orientasi sumbu Z yaitu tegak lurus bidang atas benda ukur, gambar b. Proses terakhir adalah penyesuaian orientasi sumbu Y dari sumbu Z yaitu masing-masing sejajar dengan sisi benda ukur, gambar C. 4. KETELITIAN MESIN UKUR KOORDINAT Tingkat ketelitian yang dimiliki Mesin Ukur Koordinat menjadi salah satu parameter yang menentukan kualitas mesin tersebut. Tingkat ketelitian ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu. Biasanya untuk suatu mesin ukur koordinat ditentukan suhu ruang ideal tempat mesin berada atau operasi pengukuran dilakukan. Bahkan untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang tinggi suatu mesin ukur koordinat dilengkapi dengan sensor temperatur yang dihubungkan dengan komputer, sehingga komputer dapat mengompensasi dampak yang diakibatkan oleh suhu ruang. Ketelitian Mesin Ukur Koordinat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Axial Length Measurement Accuracy, U Volumetric Length Measurement Accuracy. U

112

Gambar 94 Penyelarasan Kedua tingkat ketelitian tersebut dinyatakan oleh rumus : U1,U3 = A + B.L < C ( m ) A,B dan C = konstanta L 7440. Misalkan suatu Mesin Ukur Koordinat memiliki harga U1 = (1.5 + L/400) m , maka bila suatu pengukuran sejajar sumbu ini menghasilkan L = 400, maka harga hasil pengukuran sesungguhnya adalah antara 399,9975 dan 400,0025. 5. PROBE Fungsi probe pada Mesin Ukur Koordinat adalah sebagai sensor yang menentukan posisi titik-titik pengukuran pada henda ukur. Probe terletak pada ujung lengan ukur dan dapat digerakkan dalam ketiga arah sumbu sistem koordinat Mesin Ukur Koordinat, sehingga setiap posisi titik dalam ruang ukur MUK dapat ditentukan. = Panjang pengukuran, mm Harga-harga konstanta tersebut diperoleh dari pengujian yang mengacu pada JIS B

Gambar 95 Touc Trigger Probe

113

Secara umum probe dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : Trigger Probe, Hard Probe dan Optic Probe. Penggunaan jenis-jenis probe tersebut bergantung pada jenis pengukuran yang dilakukan dan keadaan dari benda yang diukur. Untuk pengukuran umum biasanya digunakan trigger probe dan untuk digitizing atau scanning biasanya digunakan hard probe. Untuk mengukur benda kerja yang mudah terdeformasi biasanya digunakan video probe untuk menghindari terjadinya ledutan pada benda ukur yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Untuk mempercepat pengukuran dan memudahkan probe menjangkau titik-titik ukur pada benda ukur dan segala arah, pada suatu prose pengukuran dapat digunakan lebih dan satu probe dengan arah yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan gambar 95. 5.1 TRIGGER PROBE Probe jenis ini biasanya digunakan untuk pengukuran titik ke titik, dalam arti posisi titik-titik pengukuran ditentukan satu persatu. Tugas dari probe ini adalah memberikan sinyal pada komputer (misalnya pemutusan arus listrik) saat batang probe mengalami defleksi akibat menyentuh benda ukur. Sinyal tersebut memerintahkan komputer untuk menyimpan posisi probe pada saat itu. Pada saat batang probe tidak terdefleksi tiga bola yang berhubungan dengan batang probe akan menghubungkan konduktor yang teraliri arus listrik. Apabila batang probe terdefleksi maka sedikitnya satu bola penghubung akan terangkat dari konduktor, sehingga arus listrik yang mengalir pada konduktor akan terputus. Pemutusan arus listrik ini merupakan sinyal pada komputer untuk menyimpan posisi probe pada saat itu. 5.2 HARD PROBE Probe jenis ini biasanya digunakan untuk melakukan scanning atau digitizing, dimana komputer harus terus menerus membaca posisi probe selama ujung probe

114

menyentuh benda ukur. Dengah kata lain komputer membaca posisi probe selama batang probe dalam keadaan terdefleksi, sehingga besarnya defleksi batang probe harus diperhitungkan atau dikompensasi untuk menghidari kesalahan akibat defleksi tersebut. Pada probe ini terdapat sistem ukur posisi kecil yang membantu sistem ukur posisi utama Mesin Ukur Koordinat. Posisi probe ditentukan dengan memjumlahkan posisi yang ditunjukkan sistem ukur posisi utama MUK dengan posisi yang ditunjukkan sistem ukur posisi kecil yamh dimiliki probe. Sebuah Hard Probe dengan tiga buah LVDT (Linear Variable Differential Transfomer) sebagai sistem ukur posisi ditunjukkan pada gambar 97. Secara sederhana cara kerja dan probe mi ditunjukkan pada gambar 98. Sebelum batang probe terdefleksi terlihat sistem ukur posisi utama menunjukkan harga 100 (KM = 100) dan sistim ukur posisi probe menunjukan harga 0 (P0 0) sehingga harga yang dibaca oleh komputer adalah 100 (HP 100). Setelah batang probe terdefleksi harga yang terbaca pada sistem ukur posisi utama adalah 99.9 (KM = 99.9) dan harga yang terbaca pada sistem ukur posisi probe adalah +0.1 (P0+0.1) sehingga harga yang terbaca oleh komputeradalah 100 (HP = 100). Gambar 97 Hard Probe

Gambar 98 Mekanisme Kerja Hard Probe

115

I 5.3 KALIBRASI PROBE Pada pemkaian umum, ujung probe berbentuk bola dengan berbagai diameter dan terbuat dan ruby, karena material ini sangat homogenious dan tahan terhadap gesekan. Pada bentuk bola, titik-titik pada permukaannya memiliki jarak yang sama terhadap titik pusat bola(equidistat), sehingga sangat ideal untuk pengukuran semua benruk elemen benda ukur.Posisi probe yang terbaca oleh komputer adalah berdasarkan posisi titik pusat bola tersebut. Semua perhitungan yang dilakukan komputer adalah berdasarkan posisi titik pusat ujung probe yang berbentuk bola, sedangkan posisi tersebut akan dibaca oleh komputer saat permukan bola menyentuh benda ukur, sehingga posisi yang terekam bukanlah posisi yang diharapkar(lihat gambar 99 dan 100). Karena terdapat jarak antara permukaan bola dengan titik pusat bola, maka, untuk mendapatkan posisi yang benar komputer harus mengoreksi perbedaan ersebut dengan memperhitungkan diameter probe yang digunakan. Untuk itu komputer harus mengetahui diameter setiap probe yang digunakan, salah satu caranya adalah mengkalibrsi probe yang digunakan dengan menggunakan bola referensi yang diameternya telah diketaui.

Gambar 99 Pengukuran Poros

Gambar 100 Pengukuran Lubang

116

You might also like