You are on page 1of 4

DASAR TEORI

1. Penentuan Golongan darah ABO Dalam tubuh manusia terdapat 3 golongan darah utama yaitu golongan darah ABO,golongan darah rhesus (RH) dan golongan darah MN. Ditinjau dari golongan darah ini, manusia dikelompokan menjadi 4 golongan. Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu didalam sel darah merah, yaitu dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada 2 macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak hanya di dalam sel darah merah tapi juga dikelenjar ludah, hati,ginjal,dan paru-paru. Beberapa ciri golongan darah Seseorang tersebut mempunyai golongan darah A, bila didalam sel darah merah nya terdapat aglutinogenA,golongan darah B, bila didam sel darah merahnya terdapat aglutinogen B.sedangkan untuk golongan darah AB bila mengandung aglutinogen AB,dan golongan darah O didam sel darah nerahnya tidak mengandung aglutinogen Pada tahun( 1927) landsteiner dan levine menemukan aglutinogea sel darah merah yaitu aglutinogn Mdan N, hal ini akan menghasilkan 3 macam golongan darah yaitu. Golongan darah M N, dan MN berbeda dengan golongan darah abo golongan darah MN, Berbeda dengan golongan darahABO, golongan darah MN tidak di disertai kehadiran aglutinogen didalam plasma darah, maka dari itu pada transfusi darah tidak perlu diperhatikan ketiga aglutinogen ini.aglutinogen ini bermanfaat untuk membantu untuk menentukan orang tua sekarang.karena aglutinogen M dan N diturunkan menurut hukum mendel dengan mengetahui jenis golongan darah seseorang,dapatlah ditentukan bahwa seseorang mungkin adalah ayahnya,tetapi tidak dapat menentukan bahwa seseorang pasti ayahnya.bila ada bayi yang tertukar dirumah sakit bersalin dengan menguji golongan darah MN dapat diketahui kemungkinan orang tua mereka yang sebenarnya.(Wulangi,1993) Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor rhesus . Nama ini dikenal diperoleh dari monyet rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.seorang yang disebut memiliki golongan darah RH. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan darah ABO.golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai,meskipun pada daerah tertentu golongan darah A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan .misalnya donor dengan golongan RH sedangkan resipiennya RH dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen pada perempuan yang pada dan dibawah usia melahirkan karena faktor rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan (Wikipedia,2008). Setiap antibodi dibentuk khusus untuk menghadapi protein asing yang pada umumnya berbentuk kuman penyakit. Antibodi menemukan perbedaan-perbedaan antibodi dan antigen

yang terdapat dalam darah manusia.atas dasar inilah maka golongan darah dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu: A, B, AB, dan O. Orang yang mendapat darah disebut penerima atau resipien sedangkan orang yang memberikan darah disebut donor. Jika dipandang dari pendonor darah, maka: Golongan darah A dapat memberi darah pada A dan AB Golongan darah AB dapat memberi darah pada B dan AB Golongan darah AB dapat memberi darah pada AB Golongan darah O dapt memberi darah pada O Resipien: Golongan A dapat menerima dari golongan Adan O Golongan B dapat menerima dari golongan B dan O Golongan AB merupakan resipien umum Golongan O dapat menerima dari golongan O (Winatasasmita,1993) Golongan darah menurut sistem ABO

Golongan darah A B AB O

Aglutinogen A B A dan B -

Aglutinin a b A dan b

2. Penentuan Kadar Gula Darah Glukosa (suatu monosakarida), adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil selama fotosintesi dari awal bagi respirasi. Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa, terutama dalam industri pangan. Glukosa (C 6H 12O 6) memiliki berat molekul 180.18), termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam atom karbon (Lehninger 1982). Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi . Hal itu terjadi karena glukosa dibentuk dari fomaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat ata adalah kecenderungan glukosa dibandingkan dengan gula heksosa lainnya yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim (Lehninger 1982). Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukogenesis (Murray 2003). Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliseralida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran di dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003). Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun 1919 (Berkman 1953). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadia kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dariprotein. Metodeini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuklebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat (Haden 1923). Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( salam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L) (Murray 2003). Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya

yang berbeda panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputiseluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Sentrabd, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi, B dan laila,S.2005. Biolongi Sains Dalam Kehidupan.2A. Yudhistira:Surabaya Winotasara,dkk..1993.biololgi umum. Jakarta:depdikbud Wulangi,K.S.1993.Prinsi-Prinsip Fisiologi Hewan.Biologi F MIPA ITB:Debdikbud Dawn B. Marks, et al. Dasar-Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Dalam: Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. 2000: 96-125. Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta. Hawab, H. Mansyur. 2005. Pengantar Biokimia. Malang : Bayumedia. Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta. Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

You might also like