You are on page 1of 15

BAB I KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

1.1. Tujuan Percobaan - Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu - Menentukan kalor pelarut diferensial 1.2. Tinjauhan Pustaka Larutan adalah campuran antara dua atau lebih zat dengan perbandingan yang dapat diubah. Zat untuk pelarut disebut zat pelarut (solven), sementara zat yang dilarutkan disebut zat terlarut (solut).[1] Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.[4] Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut sebagai pelarut (solven),sedangkan komponen lainnya mengandung jumlah zat sedikit disebut zat terlarut (solut). Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau zat terlarut tergantung komposisinya.[2] Dalam suatu larutan komponen-komponen zat yang dilarutkan terurai menjadi molekul-molekul atau ion-ion dan kemudian menyatu dengan molekul pelarut, membentuk partikel-partikel campuran yang merata dan menghasilkan fasa homogen. Partikel larutan berukuran ion atau molekul tidak pernah mengendap, walaupun didiamkan. Larutan semacam itu disebut larutan sejati (true solusion)[3] Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan. Partikelpertikel solut, baik berupa molekul atau ion di dalam air selalu dalam keadaan terhidrasi. Makin banyak partikel solut, maka makin banyak molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solut. Bila ke dalam sejumlah air ditambahkan solut terus menerus, maka pada saat tertentu akan tercapai suatu keadaan dimana semua molekul air tidak cukup untuk menghidrasi solut yang dilarutkan. Penambahan solut yang melebihi batas kelarutan akan diendapkan di dasar wadah sehingga larutan dikatakan telah mencapai keadaan jenuh.[2]

Terdapat tiga kemungkinan apabila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampurkan, yaitu: a. Campuran Kasar Campuran kasar adalah campuran yang pada permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antar bagiannya atau fase-fasenya terpisah. Contohnya: campuran tanah dan pasir, gula dan garam, dan sebagainya. b. Dispers Koloid Dispers Koloid adalah penyebaran materi koloid dalam suatu zat lain. Contohnya: larutan tanah liat dan air, sol, Fe(OH)3, dan sebagainya. c. Larutan Sejati Larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Contohnya: larutan gula dalam air, garam dalam air, dan sebagainya.[5] Larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut dibedakan menjadi 3, antara lain: 1. Larutan Jenuh Larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambah lagi zat telarut. Pada keadaan ini tejadi keseimbangan antar solut yang larut dan tidak larut atau kecepatan pelarut sama dengan kecepatan pengendapan. 2. Larutan Tak Jenuh(unsaturated) Suatu larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) dari pada larutan jenuhnya. 3. Larutan lewat jenuh Suatu larutan yang mengandung solut lebih banyak (pekat) dari pada yang ada dalam larutan jenuhnya pada suhu yang sama.[2] Pengaruh suhu dan tekanan pada kelarutan: Daya larut cairan dalam cairan lain sangat berbeda-bedah mulai dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, sampai tidak bercampur sama sekali. Demikian pula zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna sampai dengan tidak larut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu zat melarut dalam air.[3] Faktor ini berlaku pada larutan dengan zat terlarut padat dan pelarut cair. Faktor- faktor tersebut diantaranya: 1. Suhu Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan pelarut dengan suhu lebih rendah. Ketika pemanasan dilakukan, partikel pada suhu tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya, kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut menjadi lebih efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi. Kebanyakan benda padat sulit larut bila suhu pelarutnya rendah. Sebaliknya, benda padat lebih mudah larut bila suhu

pelarutnya tinggi. Sifat ini membantu kita ketika membuat minuman. Bila ingin membuat minuman dingin, kita harus melarutkan gula pasir terlebih dahulu kedalam air panas, baru kemudian ditambahkan air dingin. 2. Ukuran zat terlarut Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut daripada zat terlarut berukuran besar. 3. Volume pelarut Voleme pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkan zat terlarut. 4. Pengadukan Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.[4] 5. Pengaruh tekanan Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kelarutan suatu zat cair atau zat padat dalam pelarut cai. Tetapi kelarutan gas selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan. Secara kuantitatif pengaruh tekanan pada kelarutan gas yang dinyatakan dengan Hukum Henry.kelarutan suatu gas berbanding lurus dengan tekanan gas larutan tersebut.[3] Konsentrasi Larutan Sifat-sifat fisik larutan ditentukan oleh konsentrasi dari berbagai komponennya. Konsentrasi larutan menyatkan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terdapat pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasiya tinggi (pekat). Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah (encer). Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolute atau kelarutan dengan temperature dirumuskan vant hoff :
d ns d

d ns
ln s log s atau ln

= = ==

Dimana : = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol) R = konstanta gas ideal (8,314 kal/g mol K) T = suhu (K) s = kelarutan per 1000 gr solute Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada umumnya panas pelarutan bernilai (+) atau endotermis sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut.[6] Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent sehingga membentuk larutandengan konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang menyertai pada penambahan 1 mol solute ke dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu sehingga penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi konsentrasi suatu larutan. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang menyertai pada penambahan satu mol solut ke dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu, sehingga penambahan solut tersebut tidak mempengaruhi larutan.[7] 1.3. Tinjauan Bahan A. Aquadest Aquadest atau biasa disebut air suling merupakan air hasil penyulingan (diuapkan) sifat fisik dan kimia aquadest. rumus molekul : H2O berat molekul : 18,0153 gram/mol bentuk fisik : cairan tak berwarna dan tidak berbau titik beku : 0 oC titik didih : 100 oC B. Asam oksalat Asam Oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4.2H2O dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. rumus molekul : H2C2O4.2H2O massa molar : 90.03 g/mol densitas : 1.90 g/cm3 warna : putih bentuk : kristal C. Natrium Hidroksida Natrium Oksalat adalah sejenis basalogam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam

proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. rumus molekul : NaOH massa molar : 339,9971 g/mol densitas : 2,1 g/cm warna : putih bentuk : padat 1.4. Alat dan bahan A. Alat-alat yang digunakan - batang pengaduk - beaker glass - botol aquadest - buret - corong kaca - erlenmeyer - gelas arloji - gelas ukur - neraca analitik - pipet tetes - pipet volume - statif - tabung reaksi besar - termometer - waterbath 1.5. Prosedur percobaan A. Preparasi Larutan - Buat larutan natrium hidroksida 0,5 N sebanyak 250 mL - Buat larutan asam oksalat 0,5 N sebanyak 50 mL B. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat - Pipet 10 ml larutan asam oksalat dan tambahkan tetes indikator fenoftalein - Titrasi natrium hidroksida dengan asam oksalat sampai warna larutan merah jambu. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali. C. Pengerjaan contoh - Sediakan larutan lewat jenuh asam oksalat dengan cara mengisi air ke dalam tabung reaksi besar kira-kira setengahnya, larutan asam oksalat mendapatkan endapan. - Lengakapi tabung reaksi dengan termometer dan pengadukan, kemudian aduk dan panaskan sampai 60 oC dalam waterbath - Masukan tabung reaksi ke dalam beaker glass yang berisi es untuk mendinginkan larutan B. Bahan-bahan yang digunakan - aquadest ( H2O) - asam oksalat (H2C2O4.2H2O) - es batu - indikator phenolptalein (C2H14O4) - natrium hidroksida (NaOH)

- Pada saat suhu larutan mencapai 40 oC, pipet 10 mL larutan dan encerkan hingga 100 mL pada labu ukur - Kemudian pipet 10 mL larutan yang telah diencerkan, tambahkan indikator fenolftalein dan labu ukur - Kemudian pipet 10 mL larutan yang telah diencerkan, tambahkan indikator fenolftalein dan titrasi dengan natrium hidroksida sampai diperoleh titik akhir - Lakukan pengerjakan yang serupa pada saat suhu 35oC, 30oC, 20oC, 15oC dan 10oC. 1.6. Data pengamatan Tabel 1.6.1. Data standarisasi natrium hidroksida dengan asam oksalat No. 1. 2. 3 Volume asam oksalat (mL) 10 10 10 Volume rata-rata Volume NaOH (mL) 10,6 10,5 10,5 10,66

Tabel 1.6.2. Data pengamatan titrasi natrium hidroksida terhadap asam oksalat jenuh pada berbagai suhu No. 1 2 3 4 5 6 7 Suhu (oC) 40 35 30 25 20 15 10 Volume NaOH (mL) I II 4,5 4,5 6,8 6,8 7,0 7,1 5,5 5,5 4,6 4,6 3,7 3,8 2,9 2,9 Volume rata-rata NaOH (mL) 4,5 6,8 7,5 5,5 4,6 3,75 2,9

Tabel 1.6.3. Data Kelarutan H2C2O4.2H2O pada berbagai suhu Tabel 1.6.3. Suhu (oC) 40 35 30 25 20 15 10 Volume NaOH (mL) 6,25 6,05 5,58 5,35 4,6 4,1 3,6 Normalitas Asam oksalat 0,4193 0,4059 0,3744 0,3589 0,3086 0,2751 0,2415

Tabel 1.6.4. Normalitas dan kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu Suhu No
o

N NaOH (mL) 0,6710 0,6710 0,6710 0,6710 0,6710 0,6710 0,6710

V NaOH (mL) 6,25 6,05 5,58 5,35 4.6 4,1 3,6

V(H2C2O4.2H2O (mL)

N(H2C2O4.2H2O) (mL) 0,4193 0,4059 0,3744 0,3589 0,3086 0,2751 0,2415

Kelarutan Massa solut (gram) 0,2641 0,2557 0,2358 0,2261 0,1944 0,1733 0,1521 Massa H2O (s) (gram) 9,7358 9,7442 9,7641 9,7738 9,8055 9,8266 9,8478 (10-2) 2,7132 2,6242 2,4156 2,3133 1,9827 1,7636 1,5449

1 2 3 4 5 6 7

40 35 30 25 20 15 10

10 10 10 10 10 10 10

Tabel 1.6.5. Data untuk regresi Suhu


o

No 1 2 3 4 5 6 7

T Suhu (K) 313 308 303 298 293 288 283 Jumlah ()

Kelarutan (s) (10-2) 2,5512 2,3076 2,0997 1,8582 1,5494 1,2595 0,9713

1/T (10-3) (x) 3,1948 3,2467 3,3003 3,3557 3,4130 3,4722 3,5335 23,5164

In (s) (y) -3,6070 -3,6403 -3,7232 -3,7664 -3,9207 -4,0378 -4,1702 -26,8658

x2 (10 ) 1,0207 1,0541 1,0892 1,1260 1,1648 1,2056 1,2486 7,9092


-5

y2 13,0107 13,2524 13,8623 14,1864 15,3719 16,3039 17,3906 103,3786

Xy(10-2) -1,1524 -1,1819 -1,2287 -1,2639 -1,3381 -1,4020 -1,4735 -9,0407

40 35 30 25 20 15 10

1.7. Grafik
315 310 305 Temperatur (T) 300 295 290 285 280 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 kelarutan (s)

y = 1887,x + 264,0 R = 0,995

Grafik 1.7.1. Hubungan kelarutan terhadap temperatur

0 0.0031 -0.5 -1 -1.5 -2 1/T -2.5 -3 -3.5 -4 -4.5 -5

In s 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036

y = -2806,x + 5,362 R = 0,972

Grafik 1.7.2. Hubungan antara In s dengan suhu (1/T) 1.8. Pembahasan A. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan asam oksalat, bertujuan untuk mencari konsentrasi yang tepat pada larutan natrium hidroksida. B. - Secata teoritis pada umumnya untuk zat panas pelarutanya bernila i positif adalah endotermis, sehingga menurut Vant hoft kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarutnya. Sedankan untuk zat-zat yang panas pelarutannya negatif adalah eksotermis, dimana kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat yang terlarut. - Dari grafik 1.7.1. hubungan kelarutan terhadap temperatur adalah berbanding lurus dimana jika temperatur semakin naik maka kelarutan asam oksalat juga semakin meningkat. Sehingga dari percobaan hubungan kelarutan dengan temperatur bersifat endotermis. C..Pada perhitungan panas pelarut menggunakan 2 cara /metode. - Perhiungan cara analitik pada tabel 1.6.5. Maka dapat dihitung panas pe arutannya dengan menggunakan persamaan Vant off sebagai berikut: In =

Dari 7 data yang ada pada tabel 1.6.5. dengan menggunakan persamaan diatas maka didapatkan 6 kemudian dihitung harga rata-rata sehingga didapat sebesar 23293,36 J/mol. - Perhitungan Secara garif atau menggunakan regresi linier. Sebelumnya harus dibuat grafik ln s dengan 1/T seperti pada grafik 1.7.2. Sumbu x adalah 1/T sedangkan sumbu y adalah ln s. Maka grafik tersebut akan diperoleh persamaan y = a + bx

Dimana In s = Y b

+C
x a ,

Dari regresi linear dapat diperoleh slope, dimana slope adalah b = -

sehingga harga dapat ditentukan. Harga berdasarkan grafik 1.7.1 adalah sebesar 23329,08 J/mol. - Setelah digunakan 2 cara yang berbeda untuk menghitung H panas pelarutan maka didapatkan hasil dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh, tetapi hasilnya sama-sama positif. Hal ini menunjukan bahwa reaksi menyerap panas atau bersifat endotermis, sehingga terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endotermis , semakin tinggi suhu maka semakin banyak zat yang larut. 1.9. Kesimpulan - Semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutan suatu zat, yang berarti kelarutan positif ( + ). - Larutan asam oksalat mempunyai panas kelarutan poitif atau bersifat endoterm. Panas kelarutannya ( ) dari cara perhitungan diperoleh sebesar 23329,36 J/mol, sedangkan panas pelarut yang dicari secara grafik diperoleh sebesar 23329,08 J/mol.

APPENDIKS A. Membuat larutan asamoksalat (H2C2O4.2H2O) 0,5 N sebanyak 250 mL.

WH 2C 2O 4 .2H 2O BE H 2C 2O 4 .2H 2O

1000 V

N H 2C2O4 .2H2O =

0,5

WH 2C 2O 4 .2H 2O

WH 2C 2O 4 .2H 2O 1000 63 50 = 1,575 gram


=

B.

C.

Jadi untuk menbuat asam oksalat 0,5 N sebanyak 50 mL adalah dengan menimbang 5 gram asam oksalat, dan melarutkan dengan aquadest di dalam labu ukur 50 mL sampai tanda batas. Membuat larutan NaOH 0,5 N sebanyak 100 ml W NaOH = WNaOH 1000 BE NaOH V WNaOH 1000 0,5 N = 40 250 W NaOH = 5 gram Jadi untuk membuat larutan natrium hidroksida sebanyak 250 mL dengan menimbang 5 gram natrium hidroksida, dan melarutkan dengan aquadest di dalam labu ukur 250 mL sampai tanda batas. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) V NaOH rata-rata = V1 V2 V3 3 = ( N V )NaOH = 7,76 mL = ( V)

D.

N 10,53 = 0,5 10 N NaOH = 0,5265 N Jadi, normalitas larutan natrium hidroksida yang telah distandarisasi dengan asam oksalat adalah 0,5265 N Menentukan normalitas asam oksalat (H2C2O4.2H2O) pada berbagai suhu (N V) NaOH = ( N V ) H2C2O4.2H2O o Pada suhu 40 C adalah 0,5265 4,5 = N H2C2O4.2H2O 10 N H2C2O4.2H2O = 0,2369 N

E.

Menentukan kelarutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) pada berbagai suhu


N H 2C2O4 .2H2O

WH 2C 2O 4 .2H 2O BE H 2C 2O 4 .2H 2O

1000 V

Pada suhu 40oC


0,2369 =

WH 2C2O4 .2H 2O 63

1000 10

W terlarut = 0,1492 Massa H2O = Massa larutan Massa terlarut = 10 0,1492 = 9,8508 massa terlarut = massa H2O
0,2487 = 9,7512

Kelarutan

= 0,0255 Jadi dengan perhitungan yang sama, normalitas dan kelarutan asam oksalat pada F. berbagai suhu rertera pada tabel 1.6.3. Menentukan panas pelarutan Asam Oksalat dengan perhitungan Untuk T1 = 313 oK, T2 = 308 oK In In -0,10035 = = =

[
mo

] [
-

( -5,1865.10-5)

H = 16087,55 J/mol. Untuk T1= 308 dan T2 = 303 In In -0,09441 H = = =

[
mo

] [
-

( -5,3576.10-5)

= 14650,05 J/mol

Untuk T1= 303 dan T2 = 298 In =

In -0,12221

= =

mo

( -5,5374.10-5)

H = 18342,56 J/mol. Untuk T1= 298 dan T2 = 293 In In -0,18172 = = =

[
mo

] [
-

( -5,7264.10-5)

H = 26384,3J/mol. Untuk T1= 293dan T2 = 288 In In -0,20715 = = =

[
mo

] [
-

( -5,9252.10-5)

H = 29067,31 J/mol. Untuk T1= 288 dan T2 = 283 In Ln -0,25989 H H rata-rata = = = 23292,36 J/mol J/mol = = =

[
mo

] [
-

( -6,1346.10-5)

= 35222,36 J/mol.

G.

Menentukan panas pelarut Asam Oksalat dengan Grafik In s dengan 1/T In s =

. +C

Didapat a = 5,362

b = -2806 r = 0,972

= -2806 = -2806 X 8,314 J/mol = 23329,08 J/mol

DAFTAR PUSTAKA
1. Young , jennifer, Cliffs Quick Review, Hungry Minds, Jakarta, 2001. 2. Eistein Yazid, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Andi, Yogyakarta. 2005.

3. 4. 5. 6.

Widyatmoko, Kimia Dasar Tingkat Universitas, Universitas Trisakti, Jakarta 2009. (____,http://id.wikipedia.org Sukarjo, Kimia Fisika edisi Ketiga, PT Rineka Cipta, Jakarta 1997 Tim Dosen Kimia Fisik, Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang, Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang, 2011 7. (____,http://scribd.com

You might also like