Professional Documents
Culture Documents
Dalam tatap langit Sebuah lukisan abstrak terlukis Malam kelam Hamparan bintang berkedip Kuingin malam ini tak terhenti adanya Biarkan terus bergema Sebuah gejolak yang membara Kadang orang tak mau pikir panjang Tak mau peduli Tak mau tahu Tak mau menengok ke belakang Tentang kepedihanku malam lalu Hatiku berteriak Terkikiskan Luka itu begitu menyayat Percikan itu. Hati tercabik Terasa tercakar-cakar Perlahan tetes-tetes butiran bening mengalir bak derasnya air hujan
Bisikan malam terus mengusik Angin menerobos di sela-sela legan baju Kala nafas tak lagi terhembuskan Malam. Sampaikan salamku padanya Tuturkan bahwa aku ingin dalam dekapan hangatnya Setiap saat
Hingga aku sadar betapa berharganya Betapa mulia dirinya Karena ia tercipta begitu sempurna Umpama permata di lautan sana Umpama air di kala dahaga Umpama lentera di malam gelap gulita Umpama bintang yang menemani malam Umpama bulan yang indah menawan Namun ia lebih sempurna dari itu Karena ia malaikat hidupku
Tapi aku tahu sebuah gejolak hanyalah sepenggal kisah Maafkan aku yang Biarkan cahaya mentari itu terus bersinar tanpa sebuah harapan Cahaya mentari itu Hanya mampu bersinar dalam kesia-siaan Membuihkan embun Hadirnya bawa kecerahan Tak semudah lara terlupakan Kerikil sedemikian banyak kusandung Kurengkuh derita
Jika semua adalah hati Tak perlu lagi segala yang jahat Terjang jurang kudaki Arus kulewati Jalan kutapaki Orang tak pernah peduli Selain hanya dirinya Yang kunanti
Tuturku terpatahkan Kapan aku harus berkata Sedang mulutkupun sering lupa Ku tak ingin bunga-bunga berguguran Sepertinya langkah kaki akan terhenti dalam Menghayati sunyi hati Cepatlah pulang hingga merekah syukur di hati Sadar Bahwa kau memang malaikat hidupku. (Bunda.)