You are on page 1of 8

A. Kegiatan Penyediaan Air Bersih 1.

Pengertian Suatu upaya dilakukan terhadap penyediaan air sehingga dapat dihasilkan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai Kepmenkes No. 416/MENKES/PER/XI/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan sesuai Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. 2. Tujuan Dicapainya kuantitas air yang memadai dan kualitas air yang memenuhi syarat. 3. Sumber dan Sistem PAB Sumber air yang didapatkan dari tiga sumur, yaitu : a. Sumur Utara b. Sumur Masjid c. Sumur Baru d. Sumur COT Sistem Penyediaan Air bersih menggunakan dua sistem, yaitu : a. Sistem 1 : Unit Pengolahan Air bersih Central b. Sistem 2 : WTP 1, WTP 2 dan RO Pengolahan air bersih di RSUP Dr. Sardjito terdiri atas empat macam, yaitu : a. IPAB ( Instalansi Pengolahan Air Bersih ) yang menyuplai air untuk kegiatan penunjang medis seperti pencucian linen, memasak, MCK, dan seluruh kegiatan di Rumah Sakit Dr. Sardjito kecuali GBST. Proses pengolahan airnya sebagai berikut :

1) Aerasi Air bersih dari sumur dalam dipompa ke bak aerasi yang bertujuan menambah O2 sehingga Fe berubah menjadi Fe 2) Bak Sedimentasi Setelah mengalami aerasi maka air akan masuk ke bak sedimentasi yang di dalamnya terjadi proses pengendapan partikelpartikel padat yang tersuspensi dalam cairan dalam pengaruh gravitasi. 3) Bak Saringan Pasir Sisa-sisa flok yang tidak bias mengendap dan masih terbawa aliran kemudian disaring menggunakan saringan pasir yang dikombinasi menggunakan media pasir kuarsa dan antrasite. Jenis saringan ini dinamakan saringan berkecepatan tinggi. Kecepatan filtrasinya 2-4 kali saringan pasir cepat. 4) Tandon Bawah Setelah mengalami pengolahan, kemudian air dialirkan ke tendon bawah ( grond tank ). Bak ini terdiri dari dua buah bak yang tiap bagiannya diberi penyekat. 5) Bak Desinfeksi Bak ini juga terdiri atas dua buah bak yang terletak di atas tendon bawah. Maksud desinfeksi disini adalah untuk membunuh bakteri patogen yang masih ada di dalam air. Kebutuhan kaporit selama 24 jam adalah 1,65 Kg. 6) Tandon Atas Setelah mengalami desinfeksi, air kemudian diangkat ke tendon atas menggunakan pompa yang fungsinya untuk pendistribusian air ke seluruh bagian menggunakan system gravitasi.
+3 +2

( Ferro ) yang sifatnya larut dalam air

( Ferri ) yang dapat mengendap.

b. WTP I ( Water Treatment Plant ) atau WTP Domestik 1) Chlorin Contact Tank ( Reactor Tank ) Air sumber dipompakan dengan tekanan minimal 3 bar masuk ke dalam reactor tank yang terlebih dahulu diinjeksi dengan larutan Calsium Hypochlorite. Dalam reactor tank, Calsium Hypoclorit yang diinjeksikan mengoksidasi kandungan

kandungan logam berat seperti besi dan mangan, juga organik sekaligus membunuh bakteri yang ada. Hasil oksidasi ini berupa partikel suspended solid yang dapat disaring pada filter dalam treatment selanjutnya. 2) Sand Filter Air yang telah teroksidasi dari reactor tank lalu masuk ke dalm sand filter. Filter ini berfunsgsi untuk menyaring partikel atau kotoran yang terkandung dalam air. Air akan masuk dari bagian atas tabung filter melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter. Endapan atau partikel akan bergesekan dengan media filter dan tertahan di dalam filter bagiab atas sehingga air yang keluar jernih. 3) Activated Carbon Filter Dari sand filter, air masuk ke dalam activated carbon filter untuk menyerap Calsium Hypochlorit yang tersisa setelah proses oksidasi agar tidak merusak membrane reverse osmosis. Media filter ini berupa caron aktif ( sebagai media utama ) dan silica gravel ( sebagai media pendukung ). Air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter. Media carbon aktif yang digunakan akan menyerap Calsium Hypochlorit pada lapisan yang paling atas, saat ini mengalir ke lapisan bawah Calsium Hypochlorit sudah habis. Hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri pada media carbon sehingga dibutuhkan backwash untuk mencegah hal tersebut.

c. WTP II ( Clean Water Treatment ) WTP II merupakan pengolahan lanjutan daru WTP I. Air yang diolah akan mensuplai seluruh keperluan kegiatan pada GBST. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut : 1) Sand Filter Pengolahan WTP II menggunakan dua sand filter. Fungsi dari alat ini untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel / suspended solid. 2) Carbon Filter I Pengolahan WTP II menggunakan dua carbon filter. Fungsi filter ini untuk menghilangkan bau, warna, Fe dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan. 3) Clean Water Tank ( Ground ) Clean water tank berfungsi untuk menampung air dari WTP I yang akan melalui tahap pengolahan di WTP II.

d. WTP ( Water Treatment Plant ) RO Air dari hasil pengolahan ini akan digunakan utuk keperluan medis seperti operasi, hydroterapi, haemodialisis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, system pengolahan ini lebih kompleks daripada kedua system lainnya. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut : 1) Sand Filter Pengolahan WTP II menggunakan 2 sand filter yang berkapasitas 20 m3/Hr. Fungsi dari alat ini untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel / suspended solid. 2) Carbon Filter I Pengolahan WTP II menggunakan dua carbon filter yang berkapasitas 20 m3/Hr. Fungsi filter ini untuk menghilangkan bau, warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan.

3) Softener atau Resin Softener atau pelunak berfungsi untuk menurunkan kesadahan yang terkandung dalam air dengan metode ion exchange. Bak ini mempunyai kapasitas 3-5 m3/Hr. Sistem ini berfungsi untuk menurunkan kesadahan dengan menggunakan resin. 4) Mikrofilter ( 5 ) 5) RO Plant Setelah melalui softener, air akan masuk ke RO Plant. Pada pengolahan RO Plant tidak semua air dapat digunakan. Sebagian air akan ditampung kembali di Ground Domestik dan akan dipakai kembali atau di Reuse untuk kebutuhan domestik. 6) RO Storage Tank RO Storage Tank ini digunakan untuk menampung air yang telah melalui system pengolahan sebelum akhirnya dialirkan ke user seperti CSSD, OK, dll.

4. Pelaksanakan Kegiatan a. Kegiatan di Unit IPAB 1) Pengamatan kondisi bak sedimentsi dilakukan setiap hari dengan kegiatan: Pengamatan tinggi permukaan air. Pengamatan penjernihan air. Kondisi flok yang melayang, flok pada dinding dan fiber.

Pengurasan berkala dilakukan bila kondisi flok pada semua bagian yang diamati tebal. 2) Pengamatan kondisi bak saringan dengan kegiatan : Pengamatan warna saringan pasir. Pengamatan aliran air. Pengamatan penguatan tekanan.

Backwash ( pencucian pasir ) dilakukan bila warna saringan pasir kuning, rata, tebal, aliran lambat dan pengaturan tekanan penuh. 3) Pengamatan kondisi bak kaporit dilakukan setiap hari dengan kegiatan: Penambahan kaporit. Pengaturan debit aliran kaporit. Pengamatan kebocoran bak. Penggelontoran aliran air. Pengurasan bak kaporit dilakukan bila residu sudah tebal. 4) Pengamatan ground tank b. Kegiatan di Water Treatment Plant GBST ( WTP I ) 1) Pengamatan dosing pump 2) Penggelontoran selang kaporit. 3) Pengamatan tekanan. 4) Pengamatan perpipaan. 5) Pengecekkan ground dua kali sehari domestic dan clean. 6) Pengamatan panel pompa dua kali sehari. 7) Melakukan Back wash sesuai dengan jadwal yang telah ada. c. Kegiatan di Water Treatment Plant GBST ( WTP II ) 1) Pengamatan Dosis pump 2) Penggelontoran selang kaporit 3) Pengamatan tekanan 4) Pengamatan jaringan perpipaan 5) Pengamatan panel pompa dua kali sehari 6) Pengamatan ground tank dua kali sehari.

5. Pembahasan Penyediaan air bersih di wilayah kerja RSUP Dr. Sarjito menggunakan sarana 4 sumur dalam. Sumur-sumur tersebut yaitu, sumur utara, sumur COT, sumur masjid dan sumur baru dengan kedalaman masing-masing sumur adalah 60 m 70 m. Dalam penyediaan air bersih ini, menggunakan 4 tahapan

pengolahan. Pengolahan tersebut antara lain adalah pengolahan dengan sistem aerasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Bak penampung kaporit yang digunakan cukup untuk menampung sekitar 80 liter, dengan kaporit yang digunakan sebanyak 1,89 gram/liter/per hari. Untuk pengurasan pada bak kaporit dilakukan setiap 2 minggu sekali. Air di RSUP Dr. Sarjito mengandung besi (Fe) yang sangat tinggi yaitu sekitar 0,7 ppm. Oleh karena itu dilakukan upaya pengolahan air dengan 4 sistem yang telah disebutkan di atas. Dengan adanya pengolahan tersebut maka kandungan besi (Fe) di dalam air yang semula tinggi menjadi rendah dan telah memenuhi baku mutu air bersih sesuai dengan Kepmenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air dan Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Air bersih yang diolah digunakan untuk mencukupi kebutuhan pencucian linen termasuk untuk keperluan mandi. Untuk kegiatan sosial (asrama, kafetaria, dan masjid), pencucian instrumen medis dan untuk keperluan pelayanan medis (operasi, hydroterapi dan haemodialisa) di dalam IPAB maupun pengolahan tambahan pada WTP clean. Pemeriksaan air juga dilakukan untuk parameter kimia, fisik dan mikroorganisme. Pemeriksaan air untuk parameter kimia dan fisik dilakukan setiap 6 bulan sekali dan parameter mikrobiologi dilakukan minimal setiap bulan. Pemeriksaan yang dilakukan secara rutin setiap hari meliputi : pengukuran kedalaman ground, pengaturan dosis injeksi kaporit,pengukuran debit,

pemeriksaan daya sergap chlor. Untuk kegiatan pegamatan pada meteran sumur hanya dilakukan pada sumur dekat masjid dengan angka 2399469, dan 3 sumur yang lain tidak dilakukan pengamatan karena meteran pada masing-masing sumur tersebut sedang mengalami kerusakan sehingga tidak dilakukan pengamatan.

6. Kesimpulan a. Penyediaan air bersih di wilayah kerja RSUP Dr. Sarjito menggunakan sarana 4 sumur dalam. b. Penyediaan air bersih dilakukan melalui 4 tahapan pengolahan, aerasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. c. Air di RSUP Dr. Sarjito mengandung besi (Fe) yang sangat tinggi yaitu sekitar 0,7 ppm. d. Pengamatan pada meteran sumur hanya dilakukan pada sumur dekat masjid dengan angka 2399469. 7. Saran a. Untuk kandungan besi (Fe) yang sangat tinggi, pihak pengelola dapat menerapkan sarana-sarana pengolahan dengan lebih baik lagi agar kandungan Fe menurun. b. Untuk meteran sumur yang tidak berfungsi karena rusak, pihak pengelola dapat segera menginformasikan kepada teknik untuk segera diperbaiki.

You might also like