You are on page 1of 8

STUDI BIOSINTESIS ANTIBIOTIKA DAN AKTIVITAS ANTIBIOTIKA DARI JAMUR PENICILLIUM CHRYSOGENUM PADA BERBAGAI KONDISI PROSES FERMENTASI

D.G. Sri A., L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S. Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Cisitu/Sangkuriang, Bandung 40135 Telp.: (022) 2503052; Fax: (022) 2503240 ABSTRAK Telah dilakukan fermentasi antibiotik menggunakan jamur Penicillium chrisogenum pada media susu skim. Proses dilakukan secara batch dalam fermentor dengan volume kerja 1 liter, suhu 30oC, pH 7 dan aerasi 0,5 vvm dengan variasi inokulum 5%-10% dan pengadukan 150300 rpm selama 7 hari. Karakteristik biosintesis antibiotika yang terbentuk diketahui dengan mengukur sifat fisika kimia cairan fermentasi yang meliputi: pH, kadar glukosa dan kadar protein. Aktivitas antimikroba dilakukan terhadap bakteri patogen dan jamur patogen yaitu: Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bachilus subtilis dan Salmonella thypii sebagai bakteri uji, Candida albican, Aspergillus niger, Mycrosporum gypseum dan Tricophyton sp. sebagai jamur uji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Penicillium Chrysogenum memberikan pertumbuhan serta menghasilkan biosintesis antibiotika maksimum rata-rata setelah 2 hari fermentasi. Kepekaan bakteri uji dan jamur uji yang digunakan pada pengujian antibiotika hasil fermentasi tertinggi ditunjukkan oleh semua bakteri uji yang memberikan hambatan rata-rata di atas 20 mm sedangkan kepekaan jamur uji ditunjukkan oleh Mycrosporum gypseum dan Tricophyton sp. yang memberikan hambatan rata-rata di atas 40 mm pada kondisi proses 5% volume inokulum dan 300 Rpm pengadukan. ABSRACT The antibiotic fermentation utilizing Penicillium chrisogenum strain has been carried out in skim milk medium. The batch fermentation process was conducted in 1 liter work volume, 30oC temperature, pH 7 and 0.5 vvm aeration with inoculums variation 5%-10% and agitation 150-300 rpm for 7 days. Antimicrobial activity and antibiotic biosynthesis was indicated as antibiotic activity against Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bachilus subtilis, Salmonella thypii, Candida albican, Aspergillus niger, Mycrosporum gypseum and Tricophyton sp. and the measurement of medium pH, growth of bacteria, glucose and protein concentration were determined every day. The result showed that Penicillium chrysogenum in fermentation condition process: 5% inoculums volume, 300 rpm agitation, the fungi take growth maximum yield and produce antibiotic biosynthesis after 48 hours fermentation. Activity of the antibiotic produced from fermentation process against all of testing bacteria with up of 20 mm obstruction diameter whereas against of Mycrosporum gypseum , Tricophyton sp. with up of 40 mm obstruction diameter.

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas di Indonesia, sehingga kebutuhan penangkal penyakit seperti antibiotika cukup besar diperlukan. Pola hidup dan kondisi lingkungan yang buruk memacu timbulnya penyakit baru yang pada tingkatannya memerlukan pengobatan dengan memerlukan obat baru. Antibiotika yang beredar saat ini perlu dikembangkan lebih lanjut karena banyak penyakit infeksi berspektrum luas yang sulit disembuhkan dengan jenis antibiotika yang ada, hal ini disebabkan faktor resistensi. Kebutuhan antibiotika yang meningkat terus, yang sebagian besar masih diimpor dari luar negeri, hendaknya memacu Indonesia untuk dapat memproduksi sendiri antibiotik yang dikembangkan secara maksimal baik menggunakan mikroorganisme yang sudah diketahui maupun menggunakan mikroorganisme yang diisolasi sendiri sehingga kelak Indonesia dapat mandiri dalam hal produksi antibiotika. Mikroorganisme Penicillium chrysogenum dapat menghasilkan antibiotik Penisilin dengan cara proses fermentasi. Mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta beberapa jamur dengan daya toksisitas yang rendah. Antibiotik penisilin dikenal sebagai antibiotik -laktam merupakan inhibitor spesifik terhadap sintesis dinding sel bakteri. Situs aksi antibiotika ini adalah transpeptidase dan D-alanin karboksipeptidase, yang mengkatalis polimerisasi rantai peptidoglikan (1)(3)(7) Potensi ekonomi produksi antibiotik tergantung adanya substrat atau media murah yang tersedia dengan kandungan nutrien lengkap yang dibutuhkan mikroorganisme untuk tumbuh dan proses metabolismenya seperti sumber karbon, nitrogen, vitamin dan mineral. Sebelum melangkah pada tahap produksi, perlu dilakukan penelitian pendahuluan pada skala laboratorium untuk menentukan karakteristik yang dibutuhkan skala pilot. Penelitian ini

diharapkan dapat menunjang Kebijakan Obat Nasional tentang penelitian dan pengembangan bahan baku obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara fermentasi.

METODE Bahan Mikroorganisme Penicillium chrysogenum digunakan sebagai strain penghasil antibiotika. Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bachilus subtilis dan Salmonella thypii sebagai bakteri uji, Candida albican, Aspergillus niger, Mycrosporum gypseum dan Tricophyton sp. sebagai jamur uji (4)

Media peliharaan Strain Penicillium chrysogenum dipelihara dalam media potato dextrose agar (PDA). Media PDA dipanaskan sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam tabung-tabung reaksi lalu disterilisasi pada 120oC, 20 menit. Tabung dimiringkan dan setelah dingin diinokulasikan dengan biakan kapang lalu diinkubasi pada 30oC selama 5 malam

Media sporulasi Penicillium chrysogenum dari media PDA diinokulasikan ke dalam media sporulasi yang mengandung (g/L) glukosa 20; pepton 4; NaCl 4; KH2PO4 0,1; MgSO47H2O 0,05; kemudian diinkubasi dalam shaker inkubator pada 30oC dengan pengadukan 150 rpm selama 48 jam

Media fermentasi Penicillium Chrysogenum dari media sporulasi sebanyak 5-10% diinokulassikan ke dalam media fermentasi yang mengandung susu skim 20 g/L. Media kemudian difermentasi dalam fermentor volume 1 liter pada 30oC, dengan pengadukan 150-300 rpm dan aerasi 0,5 vvm selama 7 hari. Sampling dilakukan setiap hari untuk pengukuran terhadap pH media, kadar glukosa, kadar protein dan aktivitas antimikroba (2)

Ekstraksi

Sebelum diekstraksi sampel disentrifuse menggunakan alat sentrifuse 5804R dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan antara supernatan dan biomassanya. Setelah itu supernatannya diekstraksi berturut-turut dengan dengan heksane, etil asetat dan butanol masing-masing sebanyak volume supernatannya. Biomassa sebelum diekstraksi disonifikasi dulu untuk memecah selnya. Dari hasil ekstraksi diperoleh beberapa macam ekstrak dari supernatan dan biomassa yang mungkin mengandung antibiotik yaitu ekstrak air (supernatan fase air), ekstrak heksane (supernatan fase heksane), ekstrak etil asetat (supernatan fase etil asetat), ekstrak butanol (supernatan fase butanol), ekstrak air (biomassa fase air), ekstrak heksane (biomassa fase heksane), ekstrak etil asetat (biomassa fase etil asetat), ekstrak butanol (biomassa fase butanol) (6)

Uji aktivitas antimikroba Uji aktivitas antibakteri dan antijamur mengindikasikan adanya biosintesis antibiotika oleh Penicillium chrysogenum dengan cara menanamkan bakteri uji dan jamur uji secara merata dalam plat agar bersamaan dengan menanamkan cairan hasil fermentasi ke secara difusi agar dalam sumur-sumur yang berdiameter 6 mm dalam plat agar, lalu inkubasi pada 37oC untuk bakteri uji selama 1 hari dan 30oC untuk jamur uji selama 3-5 hari, kemudian

dilihat adanya daerah bening disekitar sumur-sumur (5)(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan dan penurunan pH media untuk ketiga proses fermentasi disebabkan oleh adanya degradasi senyawa-senyawa nitrogen dalam media menghasilkan ammonia yang akan menyebabkan peningkatan pH dan adanya akumulasi asam-asam organik hasil metabolisme Penicillium chrysogenum karena selama proses fermentasi terjadi ekstraksi asam-asam organik tersebut ke lingkungan disekitarnya yang akan menyebabkan penurunan pH medium seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1.

9 8

5 % 300 rpm 5 % 250 rpm 5 % 150 rpm 10 % 300 rpm 10 % 250 rpm 10 % 150 rpm

pH medium

7 6 5 4 0 1 2 3 4 5 6 7 Lama fermentasi (hari)

Gambar 1. Perubahan pH pada kondisi proses 5-10% inokulum, pengadukan 150-300 rpm

Kadar glukosa dalam media fermentasi jelas mengalami penurunan setelah proses fermentasi berlangsung. Penurunan kadar glukosa dimulai pada awal proses fermentasi hingga konsentrasinya mendekati 0,01 pada hari ke 7. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa sebagai sumber karbon habis digunakan untuk pertumbuhan Penicillium chrysogenum dan biosintesis antibiotika sampai hari ke 7 yang ditunjukkan pada gambar 2.
0.8 5 % 300 rpm 5 % 250 rpm 0.6 0.4 0.2 0 0 1 2 3 4 5 6 7 Lama fermentasi (Hari) 5 % 150 rpm 10 % 300 rpm 10 % 250 rpm 10 % 150 rpm

Kadar Glukosa (mg/mL)

Gambar 2. Perubahan kadar glukosa pada kondisi proses 5-10 % inokulum, pengadukan 150-300 rpm

Pada gambar 3 terlihat perubahan kadar protein yang berfluktuasi serta penurunan kadar protein yang disebabkan karena penggunaan sumber nitrogen untuk pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru kapang Penicillium chrysogenum dan biosintesis antibiotika
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 5 % 300 rpm 5 % 250 rpm 5 % 150 rpm 10 % 300 rpm 10 % 250 rpm 10 % 150 rpm

Kadar protein (mg/mL)

Lama fermentasi (hari)

Gambar 3. Perubahan kadar protein pada kondisi proses 5-10% inokulum, pengadukan 150-300 rpm

Pengamatan terhadap aktivitas antimikroba hasil fermentasi terhadap berbagai bakteri uji dan jamur uji serta kondisi proses yang berbeda (gambar 4) dari gambar terlihat aktivitas antimikroba yang memberi hambatan tertinggi adanya aktivitas antibakteri dengan diameter hambat diatas 20 mm dan antijamur dengan diameter hambatan diatas 40 mm. Keadaan ini menunjukkan biosintesis antibiotika yang paling baik oleh kapang Penicillium chryoigenum bila kondisi proses fermentasi adalah 5 % inokulum dan pengadukan 300 rpm.
45

Diameter hambatan (mm)

40 35 30 25 20 15 10 5 0 H3 H4 H5 H6 H7 Lama fermentasi (hari) E.coli P.aerugi S. aureus S.typii B.subt M.gyp Tricopyton

Gambar 4. Aktifitas anti mikroba Penicillium chrysogenum pada kondisi proses 5% inokulum dan pengadukan 300 rpm

KESIMPULAN Kondisi fermentasi yaitu jumlah inokulum dan agitasi berpengaruh terhadap kemampuan Penicillium chrysogenum dalam mensintesis antibiotika. Bakteri uji dan jamur uji memberikan respon yang berbeda terhadap antibiotika yang dihasilkan Aktivitas anti mikroba tertinggi yang dihasilkan oleh Penicillium chrysogenum diperoleh pada kondisi fermentasi 5% inokulum dan pengadukan 300 rpm

DAFTAR PUSTAKA 1. Crueger, W. and A. Crueger (1984), Biotechnology: A Textbook of Industrial Microbiology, Science Tech., Madison USA. 2. Ian P. and D. Tribe (1990), Fermentation Technology, Asean-Australia Biotechnology Project, Bangkok, Thailand. 3. Madigan, M.T., J.M. Martinko and J. Parker (2000), Biology of Microorganism, 9th ed., Prentice Hall Inc, New Jersey, 432-438. 4. Mckanne, L. and J. Kandel (1996), Microbiology Essentials and Aplication, 2nd ed., McGraw-Hill, New York. 5. Ronald, M.A., C.P. Lawrence and E.B. Alfred (1995), Laboratory Manual Experimental Microbiology, Saint Louis Missoury, Mosby-Year Book, USA. 6. Susan, B., and J.O. Maryadele (1989), The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 11th ed., Merck & Co., Inc.USA, 6658. 7. Wattimena, J.R., N.C. Sugiarso, M.B. Widianto, E.Y. Sukandar, A.A. Soemardji , dan A.R. Setiadi (1991), Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-ITB, Gajah Mada University Press 8. Williams, S.T. (1994), Bergeys Manual of Determinative Bacteriology, 9th ed., Williams & Wilkins Co., 747-758.

You might also like