You are on page 1of 32

PRAKTIKUM 1

I.

Tujuan
Agar praktikan mengetahui dan memahami suatu larutan, apakah bersifat asam atau basa dengan menggunakan indikator MM, MO, Penoftalin, Kertas lakmus merah dan biru serta Universal indikator pH.

II.

Teori Dasar Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.
a. Teori disosiasi elektrolit Arhenius Di tahun 1886, Arrhenius mengusulkan teori disosiasi elektrolit, dengan teori ini ia mendefinisikan asam basa sebagai berikut:

Teori asam Arrheniusasam: zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan proton (H+) Teori asam basa Arrheniusasam: zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-)

Dengan demikian, keasaman asam khlorida dan kebasaan natrium hidroksida dijelaskan denga persamaan berikut: HCl + aq > H+(aq) + Cl-(aq) NaOH + aq > Na+(aq) + OH-(aq) (aq) menandai larutan dalam air. b. Teori Bronsted dan Lowry Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum. Teori asam Bronsted dan Lowry: zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain basa: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain. Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni

HCl(g) + NH3(g) >NH4Cl(s) (9.11) simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam. Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa. c. Teori asam basa Lewis Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya, Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan. Teori asam basa LewisAsam: zat yang dapat menerima pasangan elektron. Basa: zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron. Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron . Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida.

III.

Alat dan Pereaksi yang Digunakan :


a. Alat-alat 1) 2) 3) 4) 5) Tabung reaksi Pipet tetes Rak tabung Pengaduk Piala gelas

b. Pereaksi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) NaHCO3 NaHCO3 Na2CO3 Na2CO3 NaOH NaOH NaCl NH4OH NH4OH (0,1N) (1 N) (0,1 N) (1 N) (0,1 N) (1 N) (1 N) (0,1 N) (1 N)

10) HCl 11) HCl 12) H2C2O4 13) H2C2O4 14) HNO3 15) HNO3 16) CH3COOH 17) H2SO4 18) H2SO4

(0,1 N) (1 N) (0,1 N) (1 N) (0,1 N) (1 N) (0,1 N) (1 N)

IV.

Cara Kerja
1. Tabung reaksi yang bersih disiapkan, lalu diberi tanda atau nomor agar zat yang diamati tidak tertukar, kemudian diisi dengan zat yang akan diamati (sifat dari larutan tersebut kira-kira 1- 2 ml). 2. Kedalam masing masing larutan tersebut ditetsakn indikator penoftalin selanjutnya perubahan warna yang terjadi diamati. 3. Masing-masing tabung reaksi dicuci, pengerjaan seperti sebelumnya diulangi tetapi dengan menggunakan indikator yang berbeda, yakni Metil Merah (MM), warna yang terjadi diamati. Selanjutnya menggunakan indikator Metil Orange (MO), warna yang terjadi diamati. 4. Selanjutnya ditest dengan kertas Lakmus Merah dan kertas Lakmus Biru, yakni dengan menggunakan pipet tetes ataupun pengaduk diambil sedikit masing - masing larutan contoh , kemudian diteteskan pada kertas lakmus tersebut , kemudian diamati perubahan warna yang terjadi . 5. Untuk mengetahui berapa nilai pH , caranya yaitu dengan mencelupkan kertas pH tersebut kedalam larutan , kemudian dibandingkan warna yang dihasilkan dengan standar warna pada pack atau kemasan kertas Universal Indikator pH.

V. Data Percobaan dan Perhitungan


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Asam / Basa NaHCO3 (0,1N) NaHCO3 (1N) Na2CO3 (0,1N) Na2CO3 (1N) NaOH (0,1N) NaOH (1N) NaCI (1N) NH4OH 0,1N NH4OH 1N HCl (0,1 N) HCl (1 N) H2C2O4 (0,1 N) Indikator PP MO MM Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning TB Kuning Kunig Merah Sindur Kuning Merah Sindur Kuning TB Merah Merah TB Merah Merah TB Merah Merah Lakmus Merah Biru Biru Biru Biru Biru Biru Merah Biru Biru Merah Merah Merah Lakmus Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Merah Merah Merah PH Paper 10 10 11 12 13 13 7 11 10 1 1 1 Ket. Basa Basa Basa Basa Basa Basa Netral Basa Basa Asam Asam Asam

13 14 15 16 17 18

H2C2O4 (1 N) HNO3(0,1N) HNO3(1N) CH3COOH H2SO4 (0,1 N) H2SO4 (1 N)

TB TB TB TB TB TB

Merah Merah Merah Merah Merah Merah

Merah Merah Merah Merah Merah Merah

Merah Merah Merah Merah Merah Merah

Merah Merah Merah Merah Merah Merah

1 1 1 3 1 1

Asam Asam Asam Asam Asam Asam

TB = Tidak Berwarna

VI.

Diskusi

Untuk menentukan larutan basa kita bisa menngunakan Indikator PP, saat dicampurkan dengan larutan basa, larutan basa berubah warna menjadi merah, dan menggunakan kertas lakmus merah, jika kertas lakmus merah di tetesi larutan basa kertas akan berubah warna menjadi warna biru. Namun sebaliknya jika larutan asam dan garam tidak ada perubahan warna yang terjadi. Ini disebabkan karena indikator PP tidak akan bereaksi jika dicampurkan dengan garam atau larutan asam. Dan ini juga menandakan bahwa kertas lakmus merah tidak akan bereaksi jika ditetesi oleh larutan asam dan garam. Untuk menentukan larutan asam, kita menngunakan indikator MO dan MM, saat dicampurkan dengan larutan basa, larutan asam dan garam akan mengakibatkan perubahan warna. Jadi indikator MO dan MM akan bereaksi jika dicampurkan dengan larutan basa,larutan asam dan garam. Dan juga menggunakan kertas lakmus, jika kertas lakmus biru di tetesi larutan basa, kertas akan tetap berwarna biru, namun ketika ditetesi oleh larutan asam, lakmus biru akan berubah menjadi warna merah dan ketika lakmus biru ditetesi oleh larutan garam tidak ada perubahan yang terjadi. Ini menandakan kertas lakmus biru tidak akan bereaksi jika ditetesi oleh larutan basa dan garam.

VII.

Kesimpulan
1. pH 1- 7 Zat 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) HCl (0,1 N) HCl (1 N) H2SO4 (0,1 N) H2SO4 (1 N) HNO3 (0,1 N) HNO3 (1 N) H2C2O4 (0,1 N) H2C2O4 (1 N) = Asam

Indikator 1) 2) 3) 4) 5) 2. pH 7 Zat 1) NaCl PP MM MO Lakmus Merah Lakmus Biru


= Netral

= Tidak berwarna = Merah = Merah = Merah = Merah

Indikator 1) 2) 3) 4) 5) PP MM MO Lakmus Merah Lakmus Biru = Tidak berwarna = Kuning = Kuning = Merah = Biru

3. pH 7 14 = Basa Zat 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) NaHCO3 (0,1 N) NaHCO3 (1 N) Na2CO3 (0,1 N) Na2CO3 (1 N) NaOH (0,1 N) NaOH (1 N) NH4OH (0,1 N) NH4OH (1 N)

Indikator 6) 7) 8) 9) 10) PP MM MO Lakmus Merah Lakmus Biru = Merah = Sindur = Kunig = Biru = Biru

VIII.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003 http://superakhwat08.wordpress.com/2011/04/23/praktikum-pengenalan-larutan-asamdan-ba/.

PRAKTIKUM 3

I.

Tujuan
Agar paraktikan bisa menetapkan titar NaOH dengan menggunakan larutan baku asam oksalat 0,1000N dan juga praktikan bisa meghitung kadar nya dala g/l .

II.

Teori Dasar
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan asam basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.

III.

Alat dan Pereaksi yang Digunakan :


a) Alat : 1. 2. 3. 4. 5. Erlenmeyer 250 ml Pipet volume 100 ml Buret 50 ml Piala gelas 100 ml Corong gelas

b) Pereaksi : 1. NaOH dengan N dicari 2. Asam Oksalat 0,1000 N 3. Indikator PP

IV.

Reaksi
(COOH)2 + NaOH Na2C2o4 + 2H2O

V.

Cara Kerja
1. Buret di bersihkan dan dibilas dengan air suling. 2. Buret dibilas dengan larutan NaOH lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan dengan garis (skala) nol. 3. Larutan baku (COOH)2 dipipet 10 ml kedalam Erlenmeyer. 4. Lalu dibubuhi dua tetes indikator PP. 5. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret, hingga titik akhir berwarna merah muda. 6. Dan titar NaOH dan kadarnya dalan g pun dapat dihitung

VI.

Data Percobaan
Titrasi Awal Titrasi Akhir Titrasi Pemakaian I 4,00 ml 5,50 ml 1,50 ml II 14,00 ml 16,00 ml 2,00 ml

Rata - rata volume NaOH

= 1,50 ml + 2,00 ml 2 = 1,75 ml

VII.

Perhitungan
V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,1000 = 1,75 x N2 N2 = 10 x 0,1000 1,75 N NaOH = 0,5714 N Kadar g/L NaOH = BE NaOH x N NaOH = 40 x 0,5714 = 22,86 g/l

VIII.

Diskusi
Dalam penitrasian larutan basa digunakan indikator yaitu PP, cairan basa akan berubah warna menjadi merah muda jika sudah tertitrasi. Sebelum memulai penitrasian butuh pengulangan dalam menentukan volume NaOH karena akan ada ketidakpastian jumlah volume jika dilakukan hanya sekali.Pada saat penitrasian haslnya berwarna ungu, itu dikarenakan cairan basa yang bercampur dengan larutan baku melebihi batas titik akhir. Dan tanda bahwa titran dan titrat tepat pada saat bereaksi adalah larutan yang berwarna merah muda.

IX.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan titar NaOH dengan larutan baku asam oksalat 0,1000 N yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa Normalisasi NaOH adalah 0,5714 N dengan kadar gram per liternya adalah 22,86 g/l.

X.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003.
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-larutan-naoh.html

PRAKTIKUM 4

I.

Tujuan
Agar parktikan dapat menetapkan kadar asam asetat / cuka (CH3COOH) dengan menggunakan NaOH 0,5714 N, serta dapat menentukan kadar asam asetat dalam % dan g/l.

II.

Teori Dasar
Titrasi asam basa adalah titrasi dimana reaksi antara titrat dan titranya merupakan reaksi asam basa. Reaksi antara senyawa asam dan basa pada dasarnya adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara donor proton (asam) dengan resipien/aseptor proton (basa). Jika asam dan salah satu lemah maka garam akan terhidrolisa dan larutan sedikit asam/basa. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH). Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994). Pengenceran adalah usaha untuk merubah larutan yang pekat menjadi larutan yang lebih encer. Pengencern dilakukan dengan menambahkan volume pelarut ke dalam larutan awal. Sehingga larutan yang diencerkan akan mempunyai volume yang lebih besar tetapi jumlah mol zat terlarut yang ada dalam larutan tetap ( tidak berubah) Jadi pengenceran dapat digambarkan sebagai berikut : Larutan pekat + Pelarut Volume larutan bertambah Jumlah molzat terlarut tetap Larutan encer

III.

Alat dan Pereaksi a) Alat


1. Erlenmeyer 250 ml 2. Pipet volume 10 ml 3. Buret 50 ml

4. Piala gelas 100 ml 5. Corong gelas b) Pereaksi 1. NaOH (0,5714 N) 2. Asam Asetat / Cuka 3. Indikator PP

IV.

Reaksi
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

V.

Cara Kerja
1) Buret dibersihkan dan dibilas dengan air suling. 2) Buret dibilasi dengan larutan NaOH 0,5714 N, lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan digaris skala nol. 3) Asam asetat di pipet 25 ml kedalam labu ukur 100 ml, encerkan sampai tanda garis. 4) Larutan dikocok 12 kali. 5) 10 ml larutan encer di pipet kedalam Erlenmeyer. 6) Lalu di bubuhi 2 tetes PP. 7) Kemudian di titar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir berwarna merah muda. 8) Kadar asam asetat dalam % dan g/l dihitung.

VI. Data Percobaan


Titrasi ke Volume Larutan NaOH Volume Larutan CH3OOH

1 2 Rata - rata
Zat yang digunakan : CH3COOH NaOH 0,5714 N

6 ml 6 ml 6 ml

10 ml 10 ml

VII. Perhitungan
g/l CH3COOH = ml titrasi x N NaOH x BE asetat x 400 = 6 x 0,5714 x 6a x 400 = 82,28 g/l

% CH3COOH = 82,28 10 = 8,23 %

VIII.

Diskusi
Saat akan menitrasi larutan basa saat ini, kita perlu mencairkan asam asetat terlebih dahulu karena asam asetat yang digunakan termasuk cairan yang pekat. Karena semakin pekat larutan maka waktu yang dibutuhkan untuk penitrasian pun akan semakin banyak oleh karena itu asam asetat yang digunakan dalam praktikum ini perlu diencerkan dahulu karena memiliki konsentrasi yang pekat.

IX.

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan % CH3COOH sebesar 8,23 % dan g/l CH3COOH sebanyak 82,28 g/l.

X.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003.
http://laporan-kimia-analisis.blogspot.com/2011/06/laporan-resmi-praktikumalkalimetri.html

PRAKTIKUM 6

I.

Tujuan
Agar praktikan bisa menetapkan titar HCl dan kadarnya dalam g/l degan menggunakan larutan baku boraks 0,1000 N.

II.

Teori Dasar
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran ataupun titrat. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrat dan titran tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrat volume dan konsentrasi titran maka kita bisa menghitung kadar titrat.

III.

Alat dan Pereaksi a) Alat


Erlenmeyer 250 ml Pipet volume 100 ml Buret 50 ml Piala gelas 100 ml Corong gelas

1) 2) 3) 4) 5)

b) Pereaksi
1) HCl 0,1000 N 2) Boraks 0,1000 3) Indikator MO

IV.

Reaksi
2HCl + Na2B4O7 2NaCL + H2B4O7

V.

Cara Kerja
1) 2) 3) 4) 5) 6) Buret dibersihkan dan dibilas dengan air suling. Buret dibilasi dengan sedikit HCl. Lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan digaris skala nol. 10 ml larutan baku boraks dipipet kedalam erlemeyer. Lalu dibubuhi 2 tetes MO. Kemudian dititar dengan larutan HCl dan buret hingga titik akhir berwarna jingga. Titar HCl dan kadarnya daa g/l dihitung.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan


Titrasi Ke- (HCl) Awal Titrasi Akhir Titrasi Rata-rata Volume HCl = 7+7 = 7 2 I 14,00 ml 21,00 ml 7, 00 ml II 21, 00 ml 28, 00 ml 7, 00 ml

V1.N1 = V2. N2 10 ml. 0,1000 N N2

= 7 ml . N2 = 10 ml . 0,1000 N 7 ml HCl = 0,142 N

BE HCl = 36,5 Kadar g/l HCl = BE HSl x N = 36,5x 0,142 N = 5,183 g/l

VII.

Diskusi
Dalam penitrasian larutan asam digunakan indikator yaitu MO, cairan asam akan berubah warna menjadi jingga jika sudah tertitrasi. Jika warna saat penitrasian berwarna orange, itu dikarenakan cairan asam yang bercampur dengan larutan baku melebihi batas titik akhir. Dan tanda bahwa titran dan titrat tepat pada saat bereaksi adalah larutan yang berwarna jingga.

VIII.

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan N HCl sebesar 0,142 N dan g/l HCl sebanyak 5,183 g/l.

IX.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003.
http://asteroboi.blogspot.com/2010/03/laporan-praktikum-asidimetri.html

PRAKTIKUM 7
I. Tujuan
Agar praktikan bisa menetapkan kadar NaHCO3.

II.

Teori Dasar
Melalui proses pengenceran, kepekatan larutan akan berkurang sesuai dengan volume akuades yang ditambahkan. Setelah pengenceran, kepekatan larutan menjadi lebih kecil dibandingkan volume sebelumnya. Dengan kata lain, pengenceran dimaksudkan untuk mengubah kepekatan suatu larutan, dari larutan yang pekat menjadi larutan yang kurang pekat. Pengenceran menggunakan rumus : V1 . N1 = V2 . N2

V1 V2 N1 N2

= Volume Awal = Volume Akhir = = Normalitas Awal Normalitas Akhir

III.

Alat dan Pereaksi a) Alat

1) 2) 3) 4) 5)

Erlenmeyer 250 ml Pipet volume 100 ml Buret 50 ml Piala gelas 100 ml Corong gelas

b) Pereaksi
1) HCl 0,142 N 2) NaHCO3 0,25 N 3) Indikator MO

IV.

Reaksi
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3

CO2 H2O

V.

Cara Kerja
1) Buret dibersihkan dan dibilas dengan air suling. 2) Buret dibilasi dengan sedikit HCl. Lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan digaris skala nol. 3) 25 ml larutan NaHCO3 dipipet kedalam labu ukur 100 ml. Lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Kocok 12kali. Air suling yang tidak dipakai tidak mengandung CO2 . 4) 10 ml larutan encer dipipet kedalam Erlenmeyer lalu dibubuhi 2 tetes indikator MO. 5) Kemudian dititar dengan larutan HCl dan buret hingga titik akhir berwarna jingga. 6) Hitunglah titar NaHCO3 asal.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan


Titrasi KeAwal Titrasi Akhir Titrasi Rata-rata Volume HCl I 0 ml 10,1 ml 10,1 ml = 10,1+10,3 = 10,2 ml 2 = ml x N. HCl x 84 x 400 = 10,2 ml x 0,142 N x 84 x 400 = 48666,24 mg/l 1000 = 48,67 g/l = 48,67 10 = 4,9 % II 10,1 ml 20,4 ml 10,3 ml

NaHCO3

% NaHCO3

VII.

Diskusi
Larutan NaHCO3 yang digunakan pada praktikum ini memiliki kepekatan yang besar, oleh karena itu sebelum penitrasian NaHCO3 menggunakan HCl , perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu, agar pada saat penitrasian berlangsung tidak memakan waktu yang lama. Praktikum ini merupakan praktikum yang menggunakan larutan basa lemah dan larutan asam kuat . seperti yang telah diketahui titrasi asam basa adalah titrasi dimana reaksi antara titrat dan titranya merupakan reaksi asam basa.

Kemudian dalam praktikum, dalam pengencerannya harus digunakan air suling yang tidak mengandung CO2 karena pada saat reaksi NaHCO3 menghasilkan CO2 , jika kita menggunakan air suling yang mengandung CO2 pada saat pengenceran, CO2 dalam air tersebut dapat mempengaruhi penghitungan. Air suling yang tidak mengandung CO2 adalah air suling yang sudah dipanaskan.

CO2 NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3 H2O

VIII.

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan didepatkan g/l NaHCO3 yaitu 48,67 g/l dan % NaHCO3 sebesar 4,9 %

IX.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003.
http://floatshaker.blogspot.com/2009/04/praktikum-i-acara-pengenceran-larutan.html

PRAKTIKUM 8
I. Tujuan
Agar praktikan mampu menetapkan kadar campuran Na2CO3 dan NaHCO3, serta susunan presentase campuran tersebut.

II.

Teori Dasar
Pada penetapan ini mula-mula dipergunakan PP sebagai penunjuk. Dititar sampaiwarna merah baru hilang, lalu ditambahkan MO dan dititar terus. Pada penitarandengan PP soda dititar menjadi bikarbonat. Na2CO3+ HCl NaHCO3+ NaCl.

Pada penitaran dengan MO bikarbonat yang asli serta yang baru terbentuk dititar. NaHCO3+ HCl NaCl + CO2+ H2O

Phenolpthalein berperan sebagai indicator untuk tahap pertama dalam titrasi dan methyl orange untuk tahap kedua. Titrasi NaOH selesai pada titik akhir PP dan hanya diperlukan satu atau dua tetes penambahan titran untuk mencapai titik akhir MO.Natrium hidroksida umumnya terkontaminasi dengan Natrium karbonat dan Natriumbikarbonat sering ditemukan bersama. Kita bisa saja menganalisis campuran senyawa - senyawa ini dengan titrasi menggunakan asas standar dengan menggunakan 2 indikator yang disebutkan di atas. Na2CO3 (soda) adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih canggih (seperti gelas). Di waktu lampau soda didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat K2CO3, yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu. Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya metoda sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali bahwa soda dan garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam. Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan batik.

III.

Alat dan Pereaksi a) Alat

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Erlenmeyer 250 ml Pipet volume 100 ml Buret 50 ml Piala gelas 100 ml Corong gelas Labu ukur 100 ml

b) Pereaksi
1) 2) 3) 4) Larutan contoh Na2CO3 + NaHCO3 Larutan HCl 0,1000 N Indikator PP Indikator MO

IV.

Reaksi
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl CO2 NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3 H2O

V.

Cara Kerja
1) Buret dibersihkan dan dibilas dengan air suling. 2) Buret dibilasi dengan sedikit HCl 0,1000 N. 3) 25 ml larutan contoh dipipet kedalam labu ukur 100 ml. Lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Kocok 12kali. Air suling yang tidak dipakai tidak mengandung CO2 . 4) 10 ml larutan encer dipipet kedalam Erlenmeyer lalu dibubuhi 2 tetes indikator MO. 5) Kemudian dititar dengan larutan HCl dan buret hingga tepat tak berwarna. 6) Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik akhir yang berwarna orange. 7) Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing masing dan susunan prosentase campuran tersebut.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan Memakai PP


Titrasi KeAwal Titrasi Akhir Titrasi Pemakaian Rata - rata I 0,00 ml 6,00 ml 6,00 ml = 6 ml+6 ml = 6,00 ml 2 I 6,00 ml 12,00 ml 6,00 ml = 6,00 ml+ 9,00 ml = 7,5 ml 2 Na2CO3 = 2 x a x N. HCl x BE Na2CO3 x P mg/l = 2 x 6 x 0,1000 x 53 x 400 mg/l = 25440 mg/l = 254,4 g/l NaHCO3 = (b-a) x N. HCl x x BE NaHCO3 x p mg/l = (1,5) x 0,1000 x 84 x 400 = 5040 mg/l = 5,04 g/l II 18,00 ml 27,00 ml 9,00 ml II 12,00 ml 18,00 ml 6,00 ml

Memakai MO
Titrasi KeAwal Titrasi Akhir Titrasi Pemakaian Rata - rata

C = A+B

% Na2CO3

= A x 100% C = 254,4 x 100% 259,44 = 98,06 % = B x 100% C = 5,04 x 100% 259,44 = 1,94 %

% NaHCO3

VII.

Diskusi
Dalam praktikum kali ini, digunakan dua indikator pada satu praktikum yaitu indikator PP dan indikator MO, ini dikarenakan adanya dua basa yang berbeda kekuatan pada praktikum kali ini. Larutan contoh pada praktikum ini adalah NaHCO3 ditambah Na2CO3 , lalu pada bagian perhitungan g/l NaHCO3 digunakan rumus : = (b-a) x N HCl x BE NaHCO3 x p mg/l Rumus itu ada karena pada saat reaksi Na2CO3 + HCl, larutan tersebut akan menghasilkan NaHCO3 , lalu kita pun mempunyai larutan contoh yang terdiri dari NaHCO3 ditambah Na2CO3. Ini mengakibatkan berlebihnya kadar NaHCO3, maka dari itu digunakan rumus datas untuk menghitung kadar g/l NaHCO3.

VIII.

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan , telah didapatkan kadar Na2CO3 dan NaHCO3 yaitu 254,4 g/l dan 5,04 g/l. Kemudian prosentase Na2CO3 dan NaHCO3 adalah 98,06 % dan 1,94 %.

IX.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090223082058AAzg5ml
http://www.scribd.com/doc/88418820/Penetapan-Kadar-Natrium-Karbonat

PRAKTIKUM 9
I. Tujuan
Agar praktikan mampu menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3, serta susunan presentase campuran tersebut.

II.

Teori Dasar
NaOH merupakan larutan basa kuat, kemudian Na2CO3 termasuk golongan basa lemah. Masing masing dari larutan tersebut jija dicampurkan, larutan campuran tersebut dikatakan sebagai larutan contoh. Dalam menghitung kadar g/l pada larutan ini kita bisa menggunakan rumus : Na2CO3 NaOH p disini didapat dari
=2

x b x N HCl xBE Na2CO3 x p mg/l

= (a-b) x N HCl x BE NaOH x p mg/l

= 100 x 1000 10 25 = 400 Reaksi yang terjadi pada pencampuran larutan ini adalah sebagai bertikut : NaHCO3 + NaCl

Na2CO3 + HCl

NaOH + HCl

NaCl + H2O

III.

Alat dan Pereaksi

a) Alat
1) 2) 3) 4) 5) 6) Erlenmeyer 250 ml Pipet volume 100 ml Buret 50 ml Piala gelas 100 ml Corong gelas Labu ukur 100 ml

b) Pereaksi
1) 2) 3) 4) Larutan contoh NaOH + Na2CO3 Larutan HCl 0,1000 N Indikator PP Indikator MO

IV.

Reaksi
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl

NaOH + HCl

NaCl + H2O

V.

Cara Kerja
1) Buret dibersihkan dan dibilas dengan air suling. 2) Buret dibilasi dengan sedikit HCl 0,1000 N. 3) 25 ml larutan contoh dipipet kedalam labu ukur 100 ml. Lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Kocok 12kali. Air suling yang tidak dipakai tidak mengandung CO2 . 4) 10 ml larutan encer dipipet kedalam Erlenmeyer lalu dibubuhi 2 tetes indikator MO. 5) Kemudian dititar dengan larutan HCl dan buret hingga tepat tak berwarna. 6) Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik akhir yang berwarna orange. 7) Hitunglah kadar NaOH dan Na2CO3 masing masing dan susunan prosentase campuran tersebut.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan Memakai PP


Titrasi KeAwal Titrasi Akhir Titrasi Pemakaian Rata - rata I 0,00 ml 10,5 ml 10,5 ml = 10,5 ml+ 10,3 ml = 10,4 ml 2 I 10,5 ml 12,70 ml 2,20 ml = 2,20 ml+ 2,50 ml = 2,5 ml 2 NaOH = (a-b) x N. HCl x x BE NaOH x p mg/l = (10,4-2,5) x 0,1000 x 40 x 400 = 12640 mg/l = 12,64 g/l II 23,00 ml 25,50 ml 2,50 ml II 23,00 ml 12,70 ml 10,3 ml

Memakai MO
Titrasi KeAwal Titrasi Akhir Titrasi Pemakaian Rata - rata

Na2CO3

= 2 xb x N. HCl x BE Na2CO3 x P mg/l = 2 x 2,5 x 0,1000 x 53 x 400 mg/l = 10.600 mg/l = 10,6 g/l

C = A+B

% NaOH

= A x 100% C = 12,64 x 100% 23,24 = 54,4% = B x 100% C = 10,6 x 100% 23,24 = 45,6 %

% Na2CO3

VII.

Diskusi
Dalam praktikum kali ini, digunakan dua indikator pada satu praktikum yaitu indikator PP dan indikator MO, ini dikarenakan adanya dua basa yang berbeda kekuatan pada praktikum kali ini. Larutan contoh pada praktikum ini adalah NaOH ditambah Na2CO3 , lalu pada bagian perhitungan g/l NaHCO3 digunakan rumus : = (a-b) x N HCl x BE NaOH x p mg/l Rumus itu ada karena pada saat reaksi Na2CO3 + HCl, larutan tersebut akan menghasilkan NaHCO3 , lalu kita pun mempunyai larutan contoh yang terdiri dari NaOH ditambah Na2CO3. Ini mengakibatkan berlebihnya kadar NaOH, maka dari itu digunakan rumus diatas untuk menghitung kadar g/l NaHCO3.

VIII.

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan , telah didapatkan kadar NaOH dan Na2CO3 yaitu : NaOH = 12,64 g/l Na2CO3 = 10,6 g/l Dan data prosentase NaOH dan Na2CO3 yaitu : NaOH = 54,4 % Na2CO3 = 45,6 %

IX.

Daftar Pustaka Pedoman Praktikum Kimia Umum I. sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung 2003.

You might also like