You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Problematika seputar kewarganegaraan memang sarat terjadi dalam suatu negara. Namun pada kenyataan yang nampak menjadi poros permasalahan itu terletak pada kurangnya pemahaman terkait tema status kewarganegaraan dan demokratisasi. Lemahnya pemahaman tersebut tentunya dipengaruhi berbagai faktor. Bisa dari faktor kurangnya sosialisasi, rendahnya tingkat pendidikan, dan kurang adanya minat untuk mengkaji hal-hal tersebut. Maka dari itu perlu dadakan suatu bentuk penyelesaian secara universal terkait masalah itu. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian negara dan warga negara? 2. Apa saja unsur-unsur sebuah negara? 3. Bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia? 4. Bagaimana proses demokratisasi di Indonesia? C. Tujuan 1. Memahami status kewarganegaraan secara jelas. 2. Mampu mengaplikasikan sikap demokratis dalam kehidupan. 3. Mampu mengkritisi jalannya proses demokrasi di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Negara dan Warga Negara Secara etimologis, kata negara merupakan terjemahan dari beberapa bahasa asing: state (Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Semua katakata tersebut berasal dari bahasa Latin status dan statum yang berarti suatu keadaan yang tegak dan tetap. Kemudian dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi standing atau station (kedudukan). Kata inilah yang selanjutnya dikembangkan dengan istilah negara.1 Adapun secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai citi-cita untuk bersatu, hidup di suatu wilayah tertentu, dan memiliki sistem pemerintahan yang berdaulat.2 Warga negara adalah penduduk yang tinggal di dalam kawasan suatu negara. Sebagai warga negara, tentunya mereka mempunyai hak dan kewajiban atas negara. Dalam UUD Pasal 33 disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (Ayat 1); Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat, dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan (Ayat 2); Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak (Ayat 3). Selain itu, warga negara juga memiliki hak beragama sesuai keyakinan, mendapat pendidikan, kebebasan berpendapat, dan lain-lain.3 Namun, di samping itu negara pasti akan merasa kesulitan untuk memenuhi kewajibannya tersebut tanpa adanya kerjasama dari warga negara. Itulah yang menjadi kewajiban-kewajiban warga negara kepada negara. Misalnya, warga negara berkewajiban untuk membayar pajak dan mengontrol jalannya sistem pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak langsung. B. Unsur-Unsur Negara Sebuah negara yang berdaulat harus memiliki tiga (3) unsur penting, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah. Ketiga unsur tersebut dinamakan unsur konstitutif. Selain ketiga unsur di atas, perlu ditunjang oleh satu unsur lagi yaitu pengakuan dari dunia Internasional, yang dinamakan unsur deklaratif. Unsur ini juga amat penting demi terwujudnya suatu negara yang adil dan berdaulat.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Civic Education (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 36-37. 2 Komaruddin Hidayat, Pendidikan Kewargaan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal. 84. 3 Ibid., hal. 93.

a. Rakyat Rakyat dalam organisasi kenegaraan berarti sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh aspek persamaan dan hidup bersama-sama di suatu kawasan tertentu.4 b. Wilayah Wilayah merupakan wadah di mana negara menampung rakyatnya, dan menjakankan sistem pemerintahannya. Secara umum, wilayah negara biasanya meliputi daratan, lautan, dan udara. c. Pemerintah Pemerintah adalah salah satu unsur negara yang bertugas menjalankan sistem pemerintahan di negara tersebut. Tanpa adanya pemerintah, tentunya tatanan kenegaraan pasti akan kacau-balau. Sebagai bukti dalam bentuk menjalankan pemerintahannya, pemerintah berwewenang untuk membuat peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan untuk negaranya. d. Pengakuan Negara Lain Pengakuan dari negara lain merupakan suatu pengakuan yang hanya bersifat menerangkan tentang adanya suatu negara. Pengakuan ini dibagi menjadi dua (2), yaitu pengakuan de facto dan pengakuan de jure. Pengakuan de facto adalah pengakuan atas fakta adanya suatu negara yang berdasar pada tiga unsur, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah. Sedangkan pengakuan de jure ialah pengakuan akan sahnya suatu negara yang berdasar pertimbangan yuridis menurut hukum.

C. Demokrasi Demokrasi berasal dari kata Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat atau penduduk, dan cratos, yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dari demos-cratosmemiliki arti suatu sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.5 Secara terminologi, Sidney Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang mana keputusan-keputusan pemerintah didasarkan pada kesepakatan yang secara bebas diberikan kepada masyarakat. Demokrasi di Indonesia dapat digolongkan dalam empat (4) periode : 1. Periode Demokrasi Parlementer (1945-1959) Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Sistem ini mulai berjalan sebulan semenjak diproklamirkannya kemerdekaan. Sistem ini dirasa kurang cocok karena memberi peluang

Ibid., hal. 85. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Civic Education, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 151.
5

munculnya partai-partai politik yang mendominasi kehidupan sosial politik.6 Hal ini mengakibatkan perpecahkan politik nasioal yang sudah dibangun oleh para pejuang Negeri.Ketidak sanggupan Majelis Konstituante untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru, memicu dikeluarkannya Dekrit Presiden oleh Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, yang menegaskan bahwa kembali berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Dekrit Presiden ini menandai berakhirnya Demokrasi Parlementer. 2. Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri yang mencolok dari sistem ini adalah dominasi politik Presiden, pengaruh komunis, dan peranan Tentara (ABRI). Di atas panggung politik nasional, yang dipicu oleh keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Undang-Undang Dasar 1945 telah menetapkan bahwa masa jabatan seorang Presiden adalah selama lima tahun, namun ternyata ketetapan MPRS No.III/1963 mengangkat Soekarno sebagai Presiden seumur hidup, hal ini tentu saja menyimpang jauh dari UUD 1945. Sistem Demokrasi Terpimpin ini sesungguhnya ingin menempatkan Soekarnopada level otoriter yang dapat membuat peraturan dan kebijakan mutlak ditangan seorang Presiden. Hal ini adalah sebuah pengingkaran terhadap nilai-nilai Demokrasi masyarakat. 3. Periode Orde Baru (1965-1998) Periode ini adalah masa pemerintahan Presiden Soeharto yang disebut dengan Orde Baru. Sebelum Orde Baru ini muncul, diawali oleh tragedi bersejarah G 30 S/PKI yang memakan korban banyak jiwa7. Karena pada saat itu Presiden Soekarno tidak bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI, maka pada tanggal 26 Oktober 1965, gabungan para mahasiswa dan masyarakat mengadakan demonstrasi yang mengatasnamakan Front Pancasila. Para demonstran tersebut menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), dengan mendatangi gedung DPR. Tritura tersebut isinya adalah : 1. Pembubaran PKI 2. Pembubaran kabinet dari unsur G 30 S/PKI, dan 3. Penurunan harga

Komaruddin Hidaayat, Pendidikan Kewargaan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal. 43. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Pendidikan Pancasila (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 30.
7

Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto menjadi Presiden untuk masa jabatan 5 tahun. Kemudian dia dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai masa pemerintahannya dengan caramemperbaiki perkembangan ekonomi negara, dan membuat kebijakankebijakan melalui struktur administratif yang didominasi Militer.8 Kebijakan yang dibuat oleh Soeharto ini banyak mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran yang membuahkan hasil pertumbuhan ekonomi yang besar juga, namun di hal itu tidak merata di Indonesia. Selain itu, dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekanrekannyadengan melakukan korupsi yang merajalela tak terkendali. Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang tajam karena tindak korupsi yang dilakukan Soeharto tersebut. Hal itulah yang memicu para mahasiswa seluruh Indonesia untuk melakukan demonstrasi hebat yang bertujuan agar diturunkannya presiden Soeharto dari jabatan. Hingga pada akhirnya ditengah gejolak kemarahan massa yang sebagian besar dari golongan mahasiswa di gedung DPR/MPR, maka Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998, tiga bulan setelah dia dilantik untuk yang ketujuh kalinya. Kemudian Soeharto menunjuk Wakilnya, B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden ketiga Indonesia.

4. Periode Pasca Orde Baru (1998-Sekarang) Periode ini dikenal dengan sebutan Era Reformasi. Ini bersangkutan erat dengan keinginan masyarakat yang menuntut ditegakkannya demokrasi dan HAM secara konsekuen. Era Reformasi ini ditandai oleh lengsernya Soeharto dan diselenggarakannya Pemilu anggota DPR, MPR, DPRD, dan Presiden pada tanggal 7 Juni 1999. a. Pemerintahan Habibie Habibie menggantikan Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998. Lalu dia segera membentuk sebuah kabinet. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi keuangan negara, dan membebaskan para tahanan politik. b. Pemerintahan Gus Dur Hasil Pemilu tahun 1999 terpilih Presiden Abdul Rahman Wahid (Gus Dur), dan Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Pada Oktober 1999, MPR melantik mereka untuk masa bakti 5 tahun. Di bawah pemerintahan Gus Dur, terjadi banyak pergolakan di kalangan rakyat, terutama dari segi konflik antar etnis dan antar agama. MPR meminta pertanggung jawaban presiden atas terjadinya berbagai
8

Ibid., hal. 32.

kerusuhan tersebut. Desakan itulah yang membuat presiden Gus Dur mengundurkan diri. c. Pemerintahan Megawati Pertanggung jawaban yang diajukan oleh Gus Dur ditolak oleh MPR, dan miminta agar dia bersedia mengundurkan diri dari jabatan presiden. Kemudian jabatan pemimpin negara diserahkan kepada wakilnya, yaitu Megawati. Hingga akhirnya tak lama kemudian Megawati mengambil alih jabatan presiden tersebut. d. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pada tahun 2004,pemilu diadakan lagi, dan terpilihlah Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden. Di awal pemerintahannya, terjadi bencana yang hebat, yaitu gempa bumi dahsyat di Aceh dan Nias, lalu disusul lagi gempa bumi lain di Sumatera. Pada tanggal 17 Juli 2005,tercapailah sebuah kesepakatan bersejarah antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertujuan untuk mengakhiri konflik panjang selama kurang lebih 30 tahun di Aceh.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Terbentuknya negara yang berdaulat dan bermartabat tergantung kepada struktur pemerintahan yang berlaku di negara tersebut. Tentunya tidaklah terlepas dengan kerjasama dan partisipasi warga negara di dalam terrealisasinya sistem pemerintahan itu. Pada dasarnya sistem pemerintahan yang pernah berjalan di Indonesia bersifat membangun semua aspek kehidupan di negara ini, akan tetapi pasti tetap ada kekurangan dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itulah kita sebagai generasi penerus bangsa ini harus berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki, mengolah, dan memimpin nasib negeri ini demi terciptanya Indonesia yang berdaulat dan bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA Komaruddin Hidayat, Pendidikan Kewargaan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008). Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Civic Education, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011). Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Pendidikan Pancasila, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011).

You might also like