You are on page 1of 2

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL BATCH 1


TAHUN ANGGARAN 2010

JUDUL:

STUDI POTENSIANTIKANKER KELADI TIKUS (Thyphonium flagelliformae


(Lodd.) Blume DAN EFEKIMMUNOMODULATOR: KAJIAN TERHADAP MEKANISME AKSI DAN SEBAGAI AGEN KO-KEMOTERAPI PADA KANKER
PAYUDARA

Tim Peneliti: Ketua Peneliti:

Dr. Arief Nurrochmad, M.Si., M.Sc, Apt


Anggota Peneliti: Dr. Edy Meiyanto., M.Si., Apt

Dr. rer.nat. Endang Lukitaningsih., M.Si., Apt

DILAKSANAKAN ATAS BIAYA:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Peneiitian Hibah Strategis Nasional Nomor: 506/SP2H/PP/DP2M/VI1/2010, tanggal 24 Juli 2010
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DESEMBER 2010

RINGKASAN

Insidensi kanker payudara di negara berkembang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun termasuk di Indonesia. Usaha-usaha pencegahan atau pengobatan kanker semakin penting mengingat frekuensi kejadiannya yang cukup tinggi. Beberapa peneiitian mulai diarahkan pada pengujian potensi bahan alam sebagai agen kemoprevensi yang berpotensi sebagai agen pendamping kemoterapi. Salah satu obat herbal yang banyak digunakan sebagai antikanker adalah keladi tikus (Thyphonium flagelliforme (Lodd.)
Blume). Pada peneiitian ini, kami meneliti efek antikanker ekstrak etanolik keladi tikus

(KT) secara in vitro. Pada peneiitian in vitro akan dilakukan peneiitian anti proliferasi terhadap sel primer kanker payudara T47D. Disamping itu juga diteliti studi ilmiah molekular mekanisme molekular aksi terhadap cell cycle arrest, pemacuan apoptosis. Studi kajian penggunaan keladi tikus sebagai agen ko-kemoterapi dilakukan dengan meneliti efek antiproliferatifnya pada T47D dengan tamoxifen (TAM). Hasil peneiitian menunjukkan bahwa ekstrak KT efek sitotoksik terhadap sel T47D dengan harga IC50
sebesar 632 ug/mL Dibawah kadar 250 ug/mL ekstrak KT bersifat proliferatif dan bersifat

sitotoksik diatas kadar 250 pg/mL Berdasarkan perhitungan Combination Index (CI), kombinasi ekstrak KT dengan TAM menunjukkan nilai diatas 10 yang berarti bersifat
antagonis kuat. Pada pengamatan apoptosis, ekstrak KT kadar rendah 63 ug/mL memacu apoptosis lebih baik dibanding kadar tinggi 250 ug/mL. Pada pengujian kombinasi dengan TAM 5 nM justru menurunkan pemacuan apoptosis. Sedangkan pengamatan cell cycle arrest secara flow cytometry, pemberian KT 63 dan 250 ug/mL meningkatkan populasi fase sub G1 masing-masing dari 14.8% menjadi 53.19% dan 32.90%. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak KT mampu menginduksi cell cycle menuju apoptosis, tetapi kadar rendah KT lebih efektif memacu apoptosis dibanding kadar tinggi. Sedangkan untuk kombinasi KT dan TAM justru bersifat antagonis dengan menurunkan populasi Sub-G1 KT 63 ug/mL dan TAM 5 nM dari masing-masing 53.19% dan 44.50% menjadi 35.86%. Jadi secara keseluruhan hasil peneiitian ini memberikan informasi bahwa penggunaan ekstrak keladi tikus tunggal lebih baik dibandingkan kombinasinya. Di samping itu
penggunaan ekstrak keladi tikus bersamaan dengan TAM justru menurunkan efektifrtas TAM dalam pengobatan kanker payudara.

Kata kunci: Keladi tikus (Thyphonium flagelliformae (Lodd.) Blume), anti kanker,
kemoprevensi, selT47D

You might also like