You are on page 1of 10

LAPORAN KESEHATAN MENTAL

Kasus Pilek Hati Pada Individu

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental Dengan Dosen Pengampu : Rr. Setyawati S.Psi.,M.Si

Disusun oleh :

Puji Setiya Bhakti

1107010011

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012

BAB I IDENTITAS SUBYEK

a. Nama b. TTL c. Alamat d. Hobi e. Status

: Dasih : Banyumas, 5 Mei 1959 : Dukuhwaluh Rt 04 Rw 10 Kec. Kembaran Kab. Banyumas : Mendengarkan musik : Menikah

f. Jumlah anak : 3 Anak (2 laki-laki dan 1 perempuan) g. Agama h. Pendidikan i. j. Pekerjaan : Islam : kelas 5 SD ( tidak tamat) : Ibu rumah tangga

Nama Suami : Sugeng : Buruh bangunan

k. Pekerjaan

BAB II LATAR BELAKANG

A. Deskripsi Subyek Observasi pertama dilakukan pada hari Jumat tanggal 22 Juni 2012. Pada saat itu subyek mengenakan baju tidur bermotif bunga dan berlengan pendek. Awalnya subyek terlihat ragu-ragu untuk bercerita selain itu pandangan subyek tidak tertuju pada satu arah sewaktu saya menanyakan pengalaman kecilnya, namun itu berlangsung singkat. Pada observasi, subyek menggunakan bahasa campuran antara bahasa indonesia dengan bahasa jawa. Sejak kecil subyek bahagia karena ia dapat bersekolah walaupun pada saat itu dikatakan era reformasi. Selama ia sekolah, ia terkadang menjadi bahan cemoohan teman-temannya karena dianggapnya sering menarik diri dari pergaulan. Namun subyek hanya bertahan sekolah sampai dengan kelas 5 SD karena pada waktu itu lulusan SD mudah untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan itu, ayah subyek meninggal karena sakit keras. Ia mulai kehilangan sosok ayahnya, subyek merasa kehilangan ayah yang merasa dibanggakan. Karena sering merasa terpuruk dengan keadaan ekonomi dan ibunya mengharuskan ia bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Pada umur 15 tahun ia bekerja di pabrik mie soun yang berada di daerah purwokerto (sekarang sudah tidak beroperasi lagi) selama 2 tahun. Subyek bekerja sebagai buruh dan mengatakan tidak ada permasalahan saat bekerja baik relasi antara atasannya maupun rekan kerjanya. Kemudian subyek menikah pada tahun 1977 dengan lelaki pilihannya yang bernama Sugeng dan tinggal bersama orangtua pihak subyek karena beliau belum mandiri. Suami subyek pada awalnya menjadi seorang tukang becak. Kondisi yang krisis moneter, membuat sang suami harus membanting tulang untuk mencari nafkah. Hal ini memicu dalam pertengkaran rumah tangganya yang dikarenakan hal sepele yang dibesar-besarkan. Akhirnya subyek dan suaminya berencana untuk tinggal di rumah sendiri. Subjek mempunyai anak yang sudah menikah semua dan tinggal bersama keluarganya. Kemudian pada tahun kira-kira 2000an beliau mengalami sakit pada bagian perut yang tak kunjung sembuh. Gejala awal yang dialaminya berupa sakit yang luar biasa dan sering kebelet buang air besar. Selama seminggu subyek mengalami kesakitan, beliau mengeluh bahkan sampai pingsan akibat kesakitan. Kemudian beliau dibawa ke dokter namun tidak merasakan keringanan apapun atau tidak adanya reaksi apapun. Selama itu subyek merasa aneh, ia merasa antara sadar dan tidak sadar. Lalu subyek sempat berburuk sangka terhadap dirinya sendiri untuk mengakhirinya namun ia menyebut nama Allah dan beristigfar. Akhirnya dua hari kemudian subyek

dibawa ke orang pintar atau Kyai dan penyakit tersebut berangsur-angsur pulih. Pada saat sakit, ia ingat saat orang-orang datang menengok beliau. Namun pada saat ada sepasang suami istri yang kebetulan temannya, ia merasa aneh dengan pasangan tersebut terutama pada istri dari pasangan itu. Subyek beranggapan penyakit yang dideritanya adalah ulah dari orang tersebut atau dikatakan sebagai main dukun dengan cara guna-guna oleh orang yang sirik terhadapnya. Terkadang subyek merasa cemas dengan apabila ia berhadapan orang yang dulu hampir mencelakannya, dan khawatir apabila ia ditinggalkan oleh suami sendiri di rumah. Suami dari pasangan istri tersebut raut mukanya menyeramkan dan itu membuat subyek takut dan sering menarik diri. Beberapa tahun dari itu subyek terbiasa berinteraksi dengan pasangan suami istri tadi. Namun masih menyimpan rasa takut. Sejak itu subyek membiasakan diri untuk di tinggal di rumah sendiri dan berinteraksi dengan k cemas. Perasaanya terbawa saat kejadian itu terulang kembali dan di hadapkan pada kematian. Subjek terlihat sangat takut dan matanya berkacakaca saat bercerita tentang kesehariannya sekarang. Ia mengatakan takut apabila ia meninggal tanpa sepengetahuan orang sekitar. Observasi kedua dilakukan hari Senin tanggal 25 Juni 2012 pada informan 1 yaitu Suami dari subyek yang bernama Sugeng. Menurut informan Subyek merasa takut apabila ditinggalkan dirumah sendiri. Namun semenjak rumah di jadikan sebuah kos-kosan, subyek merasa tenang ditinggal kerja. Sekitar tahun 2000 sebelum rumah subyek dan informan dijadikan sebuah kos-kosan, Subyek mengalami kesakitan yang luar biasa pada daerah perut. Selama berhari-hari subyek kesakitan dan tak kunjung sembuh meskipun sudah di rujuk ke dokter. Akhirnya Informan (Sugeng) mengajak subyek ke orang pintar, dan beranggapan bahwa penyakit yang diderita subyek adalah ulah orang yang berniat jahat padanya. Pada saat ini, terkadang subyek merasa takut dan terkadang selalu marah tanpa alasan. Menurut informan, subyek marah ketika apa yang dimintanya diabaikan dan terkadang menginap selama berhari-hari di rumah anaknya. B. Deskripsi Kondisi Mental Kondisi mental yang dialami subyek sebelum diwawancarai yaitu sangat selektif dalam memilih orang. Disaat berada di kos saya mengamati Subyek mengeluh dengan suaminya dan terlihat takut apabila ada teman anak kos yang main ke kosnya. Apabila diantara anak kos (teman kamar kos saya) melakukan keteledoran maka ia sering mengumbarnya pada anak kos yang lain. Namun ia tidak berani mengatakan langsung pada yang bersangkutan. Ia sering curiga karena tidak percaya terhadap orang lain karena bisa kemungkinan kejadian yang dulu terulang kembali. Ketika saya atau teman sebelahan kamar saya melakukan bersih-bersih, subyek sering membandingkan antara saya dengan teman yang dirasa kurang rajin.

Disamping itu subyek sering mengeluh apabila mala, ia terkadang sering merasakan sakit pada bagian perutnya. Subyek terlihat senang saat menceritakan kekurangan seseorang dan menceritakan pada orang lain tanpa menutup kemungkinan ia mencemooh orang yang dianggap dipercaya (tidak menjaga rahasia). Rasa marah diluapkan ketika keinginannya tidak diindahkan, ia cenderung memilih di dalam kamar seharian. Selain itu subyek mudah tersinggung dalam hal beda pendapat dengan dirinya.

BAB III PEMBAHASAN


A. Kajian Teori Dalam menganalisa kepribadian dari subyek diatas digunakan teori dari Karen Horney. Karena Horney mengungkapkan bahwa manusia mengawali hidupnya dengan perasaan tidak berdaya menghadapi kekuatan dunia. Dimana terdapat permusuhan, sehingga menjadi terisolasi dan di perlakukan tidak adil. Konsep utama Horney adalah Basic Anxiety dan Basic Hostility. Basic Anxiety berasal dari takut, suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia penuh ancaman. Sedangkan Basic Hostylity berasal dari rasa marah, suatu predisposisi untuk mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang itu. Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konsep gangguan psikis yang membuat orang terkunci dalam lingkaran yang membuat tingkah laku tertekan dan tidak produktif terus-menerus. Ketika permintaan-permintaan ini tidak dapat dipenuhi ia akan merasa ditolak dan hostility akan meningkat, tetapi hostility tersebut akan di reprees agar tidak kehilangan cinta dan keamanan. Kegagalan dalam emosi yang kuat dapat menciptakan difusi kemarahan dan mengintensifikasikan axienty dan hostility. Seperti halnya kasus diatas ketika suatu kebutuhan tidak terpenuhi maka kecemasan akan meningkat dan siklus lingkaran setan akan terulang kembali. Berikut gambar lingkaran tersebut :
5. Kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin kuat

4. Kecemasan dasar dan permusuhan dasar terus diperkuat kalau lingkaran kecemasan permusuhan represi berlanjut

6. Semakin marah karena kebutuhannya Semakin banyak tidak terpenuhi 7. Perasaan permusuhan semakin kuat

9. Tegangan kemarahan yang semakin kacau

3. Represi permusuhan agar tidak kehilangan cinta dan keamanan yang hanya sedikit

8. Represi semakin kuat untuk mempertahankan kasih sayang yang hanya sedikit

2. Permusuhan dan kemarahan karena diperlakukan buruk

1. Kurang kehangata n dan cinta orangtua

Menurut Horney, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi, yang sesudah menjadi sistem keyakinan, proses intrapsikis itu mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Ada sepuluh kebutuhan neurotik yaitu : 1. Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan 2. Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya 3. Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit 4. Kekuasaan 5. Kebutuhan mengeksploitasi orang lain 6. Kebutuhan pengakuan sosial 7. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi 8. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi 9. Kebutuhan mencukupi diri sendiri dan independensi 10. Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan Subyek membutuhkan kasih sayang dan penerimaan, seperti ketika hendak ditinggal kerja oleh suaminya ia merasa kesepian dan rasa ketakuatan, selain itu kebutuhan pengakuan sosial serta kebutuhan akan kesempurnaan dan ketaktercelaan. Disamping subyek sering menyendiri tetapi ia membutuhkan pengakuan sosial sehingga subyek menjadi sempurna dan ketaktercelaan. Hal ini sebagaimana dengan rasa iri terhadap orang lain dan menyebarkan ke pihak lain.

B. Analisis Kasus Masa kecil subyek yang indah, tiba-tiba berubah semenjak kepergian ayahnya. Ia sering murung dan menarik diri. Disekolahnya ia sering menjadi cemoohan karena keadaannya, hal ini membuat subyek diperlakukan tidak adil dan merasa tidak dipedulikan lagi. Karena keadaan yang keterbatasan biaya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sekolahnya dan memulai untuk bekerja karena disuruh oleh orang tua. Subyek mulai memunculkan rasa benci, hal ini terlihat pada pengakuan subyek mengenai beliau bekerja menjadi buruh pabrik. Seiring berjalannya waktu subyek menikah dengan lelaki pilihannya namun dalam rumahtangganya sering mengalami pertengkaran namun subyek merepress kemarahannya. Menurut Horney, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi, yang sesudah menjadi sistem keyakinan, proses intrapsikis itu mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Seperti yang dialami subyek sekitar tahun 2000an, subyek mengalami sakit yang hebat pada bagian perutnya, sehingga ia harus periksakan ke dokter namun penyakitnya tidak kunjung sembuh. Subyek

sebelum diberitahu oleh pakar pengobatan alternatif bahwa ini adalah ulah dari orang yang jahat terhadapnya. Hal ini menimbulkan Basic Hostility (permusuhan dasar) yaitu suatu predisposisi untuk mengantisipasi bahaya dari orang lain dan untuk mencurigai orang itu. Saat subyek menginginkan apa yang diinginkannya tidak terpenuhi maka ia marah namun berlangsung singkat. Ketika permintaan-permintaan ini tidak dapat dipenuhi ia akan merasa ditolak dan hostility akan meningkat, tetapi hostility tersebut akan di reprees agar tidak kehilangan cinta dan keamanan. Dalam sepuluh kebutuhan yang dikemukakan oleh Horney terdapat beberapa pada subyek yaitu membutuhkan kasih sayang dan penerimaan, seperti ketika hendak ditinggal kerja oleh suaminya ia merasa kesepian dan rasa ketakuatan, selain itu kebutuhan pengakuan sosial serta kebutuhan akan kesempurnaan dan ketaktercelaan. Disamping subyek sering menyendiri tetapi ia membutuhkan pengakuan sosial sehingga subyek menjadi sempurna dan ketaktercelaan. Hal ini sebagaimana dengan rasa iri terhadap orang lain dan menyebarkan ke pihak lain. Sebagaimana manusia pada umumnya, subyek mendambakan kasih sayang dan perlakuan yang semestinya diwaktu kecil. Sehingga ini berdampak pada psikisnya pada dewasanya.

BAB IV KESIMPULAN
Setiap orang mempunyai persepsi tentang penerimaan akan realita yang berbeda-beda. Dalam menganalisa kepribadian dari subyek diatas digunakan teori dari Karen Horney. Karena Horney mengungkapkan bahwa manusia mengawali hidupnya dengan perasaan tidak berdaya menghadapi kekuatan dunia. Dimana terdapat permusuhan, sehingga menjadi terisolasi dan di perlakukan tidak adil. Seperti halnya pada subyek yang dibahas diatas mengenai kecemasan dasar (Basic Anxiety) dan permusuhan dasar (Basic Hostility). Selain itu terdapat kebutuhan yang menyebabkan ia menjadi neurotik yakni membutuhkan kasih sayang dan penerimaan, seperti ketika hendak ditinggal kerja oleh suaminya ia merasa kesepian dan rasa ketakuatan, selain itu kebutuhan pengakuan sosial serta kebutuhan akan kesempurnaan dan ketaktercelaan. Disamping subyek sering menyendiri tetapi ia membutuhkan pengakuan sosial sehingga subyek menjadi sempurna dan ketaktercelaan. Hal ini sebagaimana dengan rasa iri terhadap orang lain dan menyebarkan ke pihak lain. Sebagaimana manusia pada umumnya, subyek mendambakan kasih sayang dan perlakuan yang semestinya diwaktu kecil. Sehingga ini berdampak pada psikisnya pada dewasanya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

You might also like