You are on page 1of 11

Peran [Pers] di Indonesia

Kelompok 1 Presents:

XII IPA 9 [Kelompok1]


-Names were classified-

Kata Pengantar
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalahl ini. Penyusunan makalah ini pun kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari Bapak Rachmat. Makalah ini merupakan penjelasan mengenai peranan kaum pers di Indonesia, yang meskipun sering mengurai kontroversi, namun keberadaannya sangat dibutuhkan dalam perkembangan informasi di Indonesia. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Demikian kata pembuka dari kami, mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan atau kesalahan. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Januari 2010

LATAR BELAKANG

Keberadaan kaum pers di Indonesia, baik buruknya selalu tetap menjadi kelompok yang memiliki peran yang cukup besar bagi negara ini. Sepak terjang kaum pers acap kali menjadi hal yang controversial di dunia informasi dan seringkali pula pihak pers menjadi korban atas kejelasan bukti yang mereka ungkapkan mengenai tokoh-tokoh informan. Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya. Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan. Dengan kata lain media masa telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh pemerintah pusat di Nederland maupun di Nederlandsch Indie serta orang-orang Belanda pada umumnya. Dan apabila kita membuka kembali arsip majalah dan persuratkabaran yang terbit di Indonesia antara awal abad 20 sampai masuknya Tentara Jepang, bisa kita diketahui bahwa betapa cermatnya orang Belanda dalam pendokumentasian ini. Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan

pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan keadilan dan kebenaran Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaimana peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers . hl ini terlihat, dengan keluarnya Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izn Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan.

TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk memaparkan fungsi dan peranan pers di Indonesia, berikut asal muasal kaum pers dan bagaimana keberadaannya di Indonesia. Terlepas dari segala konflik yang terjadi, pro dan kontra yang diungkapkan pa kaum pers, tetap saja kelompok pers memiliki peranan dalam dunia informasi di Indonesia

PERAN PERS DI INDONESIA


PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRATIS DI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU DAN REFORMASI
Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat dalam pemerintahan serta menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara. Salah satu hak dasar rakyat yang harus dijamin adalah kemerdekaan menyampaikan pikiran, baik secara lisan maupun tulisan. Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab.

Pengertian Pers

Ada 2 pengertian tentang pers, yaitu sbb : 1. dalam arti sempit ; Pers adalah media cetak yang mencakup surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan buletin-buletin pada kantor berita. 2. dalam arti luas ; Pers mencakup semua media komunikasi, yaitu media cetak, media audio visual, dan media elektronik. Contohnya radio, televisi, film, internet, dsb.

Perkembangan Pers di Indonesia

Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politik Indonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu pers Kolonial, pers Cina, dan pers Nasional. Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda. Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina. Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.

Adapun perkembangan pers Nasional dapat dikategorikan menjadi beberapa peiode sbb : 1. Tahun 1945 1950-an Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan. Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia. 2. Tahun 1950 1960-an Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat sistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers dikenal sebagai pers partisipan. 3. Tahun 1970-an Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-an. Pada masa itu, pers mengalami depolitisasi dan komersialisasi pers. Pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru mengeluarkan peraturan yang memaksa penggabungan partai-partai politik menjadi tiga partai, yaitu Golkar, PDI, dan PPP. Peraturan tersebut menghentikan hubungan partai-partai politik dan organisasi massa terhadap pers sehingga pers tidak lagi mendapat dana dari partai politik. 4. Tahun 1980-an Pada tahun 1982, Departemen Penerangan mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya. Pers yang mengkritik pembangunan dianggap sebagai pers yang berani melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup dengan cara dicabut SIUPP-nya. 5. Tahun 1990-an Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai melakukan repolitisasi lagi. Maksudnya, pada tahun 1990-an sebelum gerakan reformasi dan jatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulai menentang pemerinah dengan memuat artikelartikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakan Orde Baru. Pada tahun 1994, ada tiga majalah mingguan yang ditutup, yaitu Tempo, DeTIK, dan Editor.

6. Masa Reformasi (1998/1999) sekarang Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses tersebut melibatkan 3 tahap saja.

Berdasarkan perkembangan pers tersebut, dapat diketahui bahwa pers di Indonesia senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pers di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas. Adapun perubahanperubahan tersebut adalah sbb : Tahun 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan. Tahun 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang mendanainya. Tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi. Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi. Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan BJ. Habibie, yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang ini.

Fungsi dan Peranan Pers dalam Masyarakat Demokratis Indonesia

Pers atau media amat dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun rakyat dalam kehidupan bernegara. Pemerintah mengharapkan dukungan dan ketaatan masyarakat untuk menjalankan program dan kebijakan negara. Sedangkan masyarakat juga ingin mengetahui program dan kebijakan pemerintah yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 33 disebutkan mengenai fungsi pers, dalam hal ini pers nasional. Adapun fungsi pers nasional adalah sbb : 1. Sebagai wahana komunikasi massa. Pers nasional sebagai sarana berkomunikasi antarwarga negara, warga negara dengan pemerintah, dan antarberbagai pihak. 2. Sebagai penyebar informasi.

Pers nasional dapat menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau negara kepada warga negara (dari atas ke bawah) maupun dari warga negara ke negara (dari bawah ke atas). 3. Sebagai pembentuk opini. Berita, tulisan, dan pendapat yang dituangkan melalui pers dapat menciptakan opini kepada masyarakat luas. Opini terbentuk melalui berita yang disebarkan lewat pers. 4. Sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol serta sebagai lembaga ekonomi.

UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan : Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan pers di Indonesia antara lain sbb : 1. media untuk menyatakan pendapat dan gagasan-gagasannya. 2. media perantara bagi pemerintah dan masyarakat. 3. penyampai informasi kepada masyarakat luas. 4. penyaluran opini publik.

Peraturan Perundang-undangan tentang Kebebasan Pers di Indonesia

Hak masyarakat atau warga negara Indonesia untuk mengeluarkan pikiran secara lisan, atau tulisan mendapat jaminan dalam UUD 1945 Pasal 28, yang berbunyi ; Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang. Selain itu, kebebasan pers di Indonesia memiliki landasan hukum yang termuat didalam ketentuan-ketentuan sbb : 1. Pasal 28 F, yang menyatakan setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 2. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang antara lain menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi. 3. Pasal 19 Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari,

menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah.

Peranan Pers dalam Pembangunan Nasional Dalam usaha mencapai keberhasilan pembangunan nasional, ditingkatkan kegiatan penerangan dan peranan media massa. Kegiatan penerangan dan media massa bertugas menggelorakan se-mangat pengabdian terhadap perjoangan bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan, mempertebal rasa tanggung jawab dan disiplin nasional serta menyadarkan bangsa akan kemutlakan peran aktifnya dalam pembangunan. Hal ini dilakukan melalui motivasi untuk ikut membangun di kalangan rakyat. Dengan demikian rakyat merasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan yang merupakan hasil bersama dari pemerintah dan rakyat. Oleh karena itu, komunikasi sosial yang bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab perlu dibina dan dipupuk baik antara pemerintah dan masyarakat maupun antar golongan sosial dan profesi serta warga masyarakat itu sendiri. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah sesuai dengan pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara, telah dirumuskan serangkaian kebijaksanaan di bidang penerangan dan media massa sebagai berikut: 1) Meningkatkan arus informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat, baik yang tinggal di kota maupun di desa terhadap tujuan dan kegiatan pembangunan. Untuk itu pendekatan sosial-psikologik dan budaya perlu diting-katkan. 2) Memanfaatkan teknologi komunikasi massa seperti radio, televisi dan pers. Di samping itu teknologi komunikasi tradisional tetap dipergunakan dalam usaha mengefektifkan komunikasi sosial antara pemerintah dan masyarakat. 3) Kegiatan penerangan dilaksanakan secara lintas sektoral demi pembangunan manusia seutuhnya. 4) Pendekatan komunikasi budaya, mensyaratkan suatu sikap yang persuasif, edukatif dan informatif dari semua pihak, agar melalui interaksi positif antara pemerintah, pers dan masyarakat akan tergerak untuk berpartisipasi secara nyata. 5) Meningkatkan peranan pers dalam pembangunan, yakni pers yang bertanggung jawab dan mampu mewujudkan fungsinya sebagai penyalur informasi yang obyektif dan sanggup melaksanakan fungsi kontrol sosial yang konstruktif. Pengembangan pers nasional diharapkan mampu menggelorakan semangat dan jiwa Pancasila serta menjamin suatu pertumbuhan pers nasional yang sehat dalam rangka perwujudan Demokrasi Pancasila. Dalam rangka meningkatkan dan memperluas kegiatan penerangan ke seluruh pelosok Indonesia, telah ditingkatkan pula pemanfaatan sarana pers. Berbagai surat kabar edisi Jakarta telah disebar-luaskan ke daerah untuk membantu para pamong dan pemimpin sosial desa dalam memperoleh informasi terutama tentang pemikiran dan program-program pemerintah. Untuk orang asing di Indonesia, melalui siaran TVRI semenjak 1 Januari1983 disajikan siaran dalam bahasa Inggeris. Acara ini memuat berita dalam dan luar negeri, informasi tentang perkembangan ekonomi, politik maupun sosial budaya Indonesia, antara lain dalam usaha mempromosikan potensi pariwisata kepada masyarakat asing di Indonesia. Dalam rangka melaksanakan sistem penerangan terpadu, telah dibentuk forum

kehumasan yang dikenal sebagai Badan Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) antardepartemen di tingkat nasional, Dati I maupun Dati II. Sistem penerangan terpadu ini merupakan usaha pemerataan informasi terpadu dari pusat ke daerah. Wahana untuk melaksanakan tugas ini ditingkat kabupaten/kotamadya, ialah Pusat Penerangan Masyarakat (PUSPENMAS yang ternyata telah bermanfaat pula antara lain dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan tingkat Dati II seperti PKK dan lainlain, di mana berbagai masalah operasional pembangunan dibahas bersama dengan masyarakat. Berbagai film penerangan maupun hiburan dan pertunjukan sosiodrama telah dilaksanakan di panggung-panggung setempat. Untuk keperluan penataran P4, penerangan tentang Pemilu tahun 1982 serta berbagai kegiatan penyuluhan maupun penerangan tentang Peningkatan Peranan Wanita, telah sangat dimanfaatkan ruang serbaguna PUSPENMAS. Dalam tahun 1982/83 telah dibangun 29 PUSPENMAS baru, sehingga sejak tahun 1975/76 sampai dengan 1982/83 jumlah PUSPENMAS telah mencapai 240 buah. Dalam usaha mengadakan komunikasi dua arah dengan masyarakat, di setiap ibukota propinsi sejak tahun 1982 diadakan panggung-panggung keliling, sehingga pesanpesan pembangunan dapat disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti sosiodrama dan festival kesenian. Kesenian tradisional yang komunikatif seperti ketoprak di Jawa, Seudati di Aceh, Randai di Sumatera Barat dan Mamanda di Kalimantan sebagai pertunjukan rakyat, ternyata bukan saja merupakan khasanah budaya tradisional bangsa yang khas bagi masing-masing daerah, tetapi merupakan pula media komunikasi yang sangat ampuh. Pertunjukan rakyat merupakan forum terbuka yang menjamin komunikasi timbal balik dan perwujudan dari komunikasi sosial antara pemerintah dan rakyat dan sekaligus dapat menampung aspirasi dan keinginan pemenuhan kebutuhan nyata masyarakat. Kerjasama dengan generasi muda telah melibatkan generasi muda dalam sosiodrama sebagai sarana komunikasi yang demokratik. Festival sosiodrama dan pertunjukan rakyat yang bersifat tradisional dan komunikatif, ternyata telah menampilkan pemenang-pemenang generasi muda dalam usaha popularisasi semangat joang di kalangan generasi muda. b. Perkembangan sarana radio, televisi dan film Dalam usaha memeratakan informasi terutama ke daerah pedesaan telah makin diperluas jangkauan dan daya tangkap radio dan televisi. Produksi film juga ditingkatkan, terutama film yang membangkitkan semangat perjoangan dan kesadaran membangun. Pemanfaatan radio untuk siaran pendidikan sekolah dite-ruskan, demikian juga acara-acara budaya yang merupakan salah satu cara populer untuk pendekatan Wawasan Nusantara. 1). Pengembangan di bidang radio Sebagai usaha pemantapan jangkauan siaran RRI di dalam dan ke luar negeri sejak Januari 1982 telah dibangun dan dioperasikan tiga pemancar gelombang pendek dengan kapasitas masing-masing 100 KW. Dari pemancar ini satu diarahkan ke wilayah Sumatera, satu diarahkan ke wilayah Kalimantan dan satu lagi diarahkan ke wilayah Sulawesi. Sedangkan untuk peningkatan daya jangkau siaran luar negeri telah dibangun dua pemancar dengan kekuatan masing-masing 250 KW.

Selain usaha peningkatan daya pancar tengah dilaksanakan pembangunan prasarana radio antara lain berupa gedung studio/ auditorium, pengadaan/penggantian peralatan studio dan lain-lain di 63 lokasi yang tersebar di seluruh tanah air, mulai dari Banda Aceh sampai Irian Jaya. Bersamaan dengan meningkatnya sarana siaran dan meningkatnya selera masyarakat maka pembinaan tenaga teknik radio dilanjutkan dalam rangka meningkatkan mutu siaran, terutama Siaran Pedesaan. Untuk memikat anggota kelompok pendengar, diadakan Lomba Siaran Pedesaan untuk tiga jenis khalayak, yaitu orang dewasa, pemuda dan wanita. Kegiatan Siaran Pedesaan ini khusus ditujukan kepada pendengar di pedesaan dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan para petani dan nelayan. Untuk menunjang kegiatan tersebut, diteruskan kerja sama antar instansi pemerintah dengan berbagai universitas serta tokoh-tokoh masyarakat, baik di Pusat maupun di Daerah, sehingga isi dan mutu siaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan. Selain itu telah diadakan sebanyak 28.817 paket siaran bagi wanita melalui radio dan 115 paket siaran bagi wanita dan pembangunan melalui televisi. Kegiatan siaran wanita melalui radio dan televisi ditunjang oleh sebanyak 144 penulis naskah maupun produsen acara. Perkembangan di bidang radio antara lain dapat dilihat pada Tabel XXI - 3, Tabel XXI - 4, dan Tabel XXI - 5. 2). Pengembangan di bidang televisi Pengembangan di bidang televisi tetap diarahkan pada peningkatan dan perluasan daya jangkau siaran untuk pemerataan informasi melalui televisi. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1982/83 telah ditambah jumlah pemancar maupun stasiun penghubung serta kemampuan melalui satuan produksi keliling, dan kesembilan stasiun produksi telah ditingkatkan kemampuan produksi.

You might also like