You are on page 1of 2

A. PATOFISIOLOGI Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intraabdomen dan kelemahan otot dinding perut karena proses degeneratif. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis (Karnadihardja, 2005). Insidensi hernia meningkat dengan bertambahnya usia yang disebabkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Otot dinding abdomen dalam keadaan relaksasi, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini terkanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanal. Kelemahan otot yang terjadi dikarenakan adanya kelemahan nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis pasca apendektomi (Karnadiharja, 2005). Penyebab hernia inguinalis pada orang dewasa dan orang tua sering dikatakan sekunder oleh karena peningkatan tekanan intraabdomen. Hal ini biasanya terjadi pada batuk kronik, asites, peningkatan cairan peritoneum oleh karena atresia bilier, tumor abdomen, pembesaran prostat, dan obstipasi. Ada 3 mekanisme yang bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu (Anon, 2007): 1. Kanalis inguinalis yang miring 2. Adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutus annulus inguinalis internus ketika berkontraksi 3. Adanya fasia transversa yang menutupi segitiga Hasselbach yang umumnya hamper tidak berotot. Gejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala yang muncul biasanya berupa bejolan pada lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, bersin, batuk, atau mengedan, dan menghilang pada saat berbaring. Rasa nyeri dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

mesentrium sewaktu segmen usus masuk kanalis inguinalis. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkaserasi atau strangulasi (Iscan, 2010).

B. PROGNOSIS Kesembuhan total sangat diharapkan pada terapi bedah hernia. Hanya 1,5% sampai 3% dari operasi hernia mengalami kekambuhan. Kekambuhan ini tergantung dari ukuran dan keparahan hernia, riwayat operasi, dan teknik operasi yang dilakukan (Jeyarajah, 2010).

Anon, G. 2007. Indirect Inguinal Hernia. Emergency Surgery, 91: 947-52

Iscan, H. 2010. Perbandingan Nyeri Pasca Operasi Herniorrhaphy Secara Lichtenstein dengan Trabucco, Penelitian Akhir. Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Andalas

Jeyarajah. HWV. 2010. Inguinal and Femoral Hernias Section of Abdominal Hernias and Gastric Volvulus. In Sleisenger and Fordtrans Gastrointestinal and Liver Disease, 9th edition, Vol. 1, hal. 385-88

Karnawihardja, W. 2005. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 526-32

You might also like