You are on page 1of 10

30

BAB V PEMBAHASAN

Jantung adalah organ otot yang beruang empat yang terletak di mediastium. Ruang atas jantung adalah atrium dan ruang bawah adalah ventrikel. Septum membagi 2 ventrikel dan 2 atrium. Empat buah katup mencegah aliran darah balik darah ke dalam ruang jantung. Katup tricuspid terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan, dan katup bicuspid atau mitral terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup pulmonal, yang terletak di arteri pulmonalis, dan katup aorta, di aorta merupakan katup semilunar. Penutupan empat katup tersebut menghasilkan vibrasi yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap

bunyi jantung. Jantung merupakan sutau organ berotot, didalam vertebra bertanggung jawab untuk memompa darah melalui pembuluh darah, kontraksi berirama, atau suatu strutur yangserupa di annelida, mollusca dan arthrapoda. Fungsi utama jantung adalah untuk mengepam darah yang beroksigen ke seluruh bahagian tubuh. Tugas ini dilakukan dengan menguncup sebanyak 60 hingga 90 kalibagi setiap minit. dengan setiap penguncupan ruang jantung akan memompa darah sampai ke venrikel atau saluran darah arteri. Dalam masa 24 jam jantung anda berdenyut lebih daripada 100,000 kali, 7,000 liter darah dipam melalui jarak beribu batu didalam sistem saluran darah Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. Penyakit ini dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

31

meningkatnya beban kerja dari jantung. Gagal jantung kongestif diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstisial jantung. Penyebab dasar gagal jantung kongestif antara lain penyakit jantung arterosklerosis, penyakit hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati yang melebar, penyakit jantung kongenital. Disfungsi sistolik kiri akibat penyakit arteri koronaria adalah penyebab utama dari gagal jantung (Mycek et al., 2001). Gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom dengan banyak penyebab yang melibatkan ventrikel kanan, kiri atau keduanya. Curah jantung pada gagal jantung kongestif biasanya di bawah batas normal. Kelainan biokimia instrinsik menyebabkan kontraktilitas jantung berkurang, yang biasanya berhasil baik dengan obat ionotropik positif. Hal ini khas untuk gagal jantung kronis akibat penyakit pembuluh koroner, hiprtensi atau gagal akut disebabkan infark otot jantung. Kadang timbul gagal high-output. Dalam keadaan ini, kebutuhan tubuh sangat tinggi walaupun curah jantung ditingkatkan tetapi tetap tidak mencukupi. Kegagalan highoutput (gagal jantung dengan curah yang tinggi) dapat terjadi akibat hipertiroidisme, beri-beri, anemia, dan pintas-arteriovenus. Gagal jantung ini kurang respons terhadap obat-obat inotropik (Mycek et al., 2001). Tanda dan gejala utama semua bentuk gagal jantung meliputi takikardi, penurunan toleransi gerakan badan dan sesak napas, edema perifer dan paru-paru, serta kardiomegali. Penurunan toleransi gerak badan dengan cepat menimbulkan kelemahan otot terutama akibat langsung penurunan curah jantung (Katzung, 2001).

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

32

Pada praktikum ini dilakukan uji toksisitas glikosida jantung yaitu digoksin yang berkhasiat sebagai obat gagal jantung. Dosis yang digunakan adalah dosis yang melebihi batas normal yang diberikan pada mencit seteleh dikonversikan ke mencit dari dosis manusia. Dosis tersebut dibagi menjadi 3 kelompok dosis. Dosis I 0,026 mg, dosis II 0,039mg, dosis III 0,052 mg. Tiap tiap kelompok menggunakan 3 mencit. Mencit masing - masing kelompok diberi tablet digoksin yang sesuai dengan perhitungan dan berat badan melalui oral, untuk standar pemberiannya terhadap mencit adalah 0,2 ml kemudian setelah itu diamati gejala gejala yang terjadi pada tiap tiap mencit masing masing kelompok. Obat digoksin termasuk ke dalam golongan glikosida jantung. Glikosida jantung ini termasuk ke dalam obat inotropik positif, memiliki gugus gula khas pada strukturnya. Obat-obat inotropik positif meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan curah jantung. Meskipun obat-obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda dalam tiap kasus kerja inotropik adalah akibat peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung (Mycek et al., 2001). Obat-obat golongan digitalis ini memiliki berbagai mekanisme kerja diantaranya pengaturan konsentrasi kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan terjadinya 12 hambatan pada aktivasi pompa proton yang dapat menimbulkan peningkatan konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan terjadinya transport kalsium kedalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium. Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi sistolik. Mekanisme lainnya yaitu peningkatan kontraktilitas otot

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

33

jantung, Pemberian glikosida digitalis menngkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan volume distribusi aksi, jadi meningkatkan efisiensi kontraksi (Mycek etal., 2001). Berdasarkan bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa prinsip

pembentukan dari glikosida meliputi transfer pada satu gugus uridil dari uridin tripospat menjadi sebuah gula 1-pospat, yang dikatalisis oleh enzim uridilil transferase. Enzim ini sudah diisolasi dari hewan, tanaman, dan juga dari mikroba. Reaksi selanjutnya yaitu diperantarai oleh glikosil transferase, meliputi transfer gula dari uridin dipospat menjadi aseptor yang cocok (aglikon), yang akan membentuk glikosida. Terapi digoxin merupakan indikasi pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri yang hebat setelah terapi diuretik dan vasodilator. Obat yang termasuk dalam golongan glikosida jantung adalah digoxin dan digitoxin. Glikosida jantung mempengaruhi semua jaringan yang dapat dirangsang, termasuk otot polos dan susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki secara menyeluruh tetapi mungkin melibatkan hambatan Na+K+ - ATPase didalam jaringan ini (Katzung, 2001). Bioavailabilitas preparat oral sangat bervariasi, sehingga perlu memonitor kadarnya dalam serum. Adsorbsinya dihambat oleh adanya makanan dalam saluran cerna. Derajat adsorbsi lanatosid C adalah 50%, tepung dan tincture digitalis 20%, digoksin 50%, digitoksin 100%. Jadi, pada digitoksin seluruhnya diadsorbsi masuk ke dalam darah, sama seperti pada pemberian IV. Ekskresi

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

34

berbeda-beda menurut jenis masing-masing. Indikasi klinik glikosida digitalis untuk lemah jantung kongestif dan untuk depresi nodus AV. Semua glikosida jantung mempunyai efek : 1.Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positif) 2.Memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja kronotropik negatif) 3.Menekan hantaran rangsang (kerja dramatropik negatif) 4.Menurunkan nilai ambang rangsang. Mekanisme kerja secara umum Glikosida jantung yaitu menghambat enzim Natrium-kalium ATPase pada reseptor di membran sel, khusunya di miokardium, pertukaran ion-ion Na+ K+ diubah menjadi pertukaran ion-ion Na+ Ca++, meningkatkan influks Ca menjadi protein kontraktil Ca-dependen pada sel otot jantung. Digoxin adalah suatu obat diperoleh dari foxglove (tumbuhan). Digoxin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan TherapeuticWindow sempit jarak antara MTC ( Minimum Toxic Concentration ) dan MEC (Minimum Effectiv Concentration) mempunyai jarak yang sempit. Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toxic/keracunan).

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

35

Digoksin meningkatkan influks kalsium ke dalam sel-sel miokardial. Digoksin adalah glikosida jantung yang paling sering digunakan, terutama untuk alasan farmakokinetik. Bila membandingkan obat-obat ini sangat berguna untuk mengaitkan digitoksin dengan lebih banyak dan lebih lama(Digitoksin mempunyai huruf lebih banyak disbanding digoksin, membuatnya menjadi kata yang lebih panjang). Mekanisme kerja digoxin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang menghasilkan peningkatan sodium intracellular yang menyebabkan

lemahnya pertukaran sodim/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di

sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat / meningkatkan kontraksi otot. Digoxin juga dapat menimbulkan vagally mediated slowing of AV conduction dan meningkatkan atrial ventricular block. Half life digoxin adalah 30-50 jam. Pasien dengan hipokalemi, second-degree AV block, third-degree AV block, dan pasien dengan atrial fibrillation dan juga yang menderita penyakit Wolfe-Parkinson-White syndrome sebaiknya tidak diberikan digoxin. Digoxin diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu, pasien dengan renal insufficiency perlu dimonitor secara ketat. Setelah diamati, terjadi toksisitas pada mencit yang diberi tablet digoksin dengan gejala yang berbeda beda diantararanya takikardi, gatal dan lemah. Sedangkan menurut literatur gejala gejala toksisitas merupakan efek yang tak diinginkan digoksin intoksikasi digitalis (tanda-tanda toksisitas terjadi pada 1025% pasien yang mendapat digitalis. Toksisitas sering kali fatal dan terjadi lebih

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

36

sering pada pasien yang mendapat tiazid/diuretic boros-kalium lain), bradikardi, blok nodus AV/SA, aritmia. Juga anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, kelelahan, malaise, gangguan visual dan ginekomastia. Peningkatan resistensi perifer dapat meningkatkan beban kerja jantung, memperburuk kerusakan iskemik. Efek samping pada pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan,disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria) mungkin terjadi. Apabila digunakan secara berlebihan, digitalis dapat berfungsi sebagai racun. Seluruh bagian tumbuhan ini mengandung glikosida, yang dapat menyebabkan keracunan. Reaksi-reaksi keracunan yang pertama mulai dari mual, muntah, diare, sakit perut, halusinasi, sakit kepala hingga delirium. Tergantung pada tingkat keracunan, korban keracunan juga mempunyai denyut nadi yang lemah, tremor, xanthopsis (apa yang dilihat terlihat kuning), kejangkejang dan bahkan dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang mematikan. Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan disesuaikan dengan respon pasien. Pada ibu hamil dan menyusui. Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai

glomerulonefritis akut, karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV tidak

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

37

lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal jantung. Digoksin dapat menimbulkan perubahan STT yang pgsitjf semu pada EKG selama testlatihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat digitalis dan diuretik dihentika. Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia hebat. Hiperkalsemia dan hipomagnesemia juga menjadi predisposisi terhadap toksisitas digitalis (Mycek et al., 2001). Tanda dan gejala toksisitas glikosida jantung yaitu anoreksia, mual, muntah, sakit abdomen, penglihatan kabur, mengigau, kelelahan, bingung, pusing, meningkatnya respons ventilasi terhadap hipoksia, aritmia ektopik atrium dan ventrikel, dan gangguan konduksi nodus sinoatrial dan atrioventrikel (Gilman, 2003). Jika dibandingkan,gejala gejala yang terjadi antara hasil percobaan dan literatur terdapat kesamaan tapi yang membedakan disini adalah gejala takikardi dan bradikardi. Seharusnya gejala yang terjadi adalah bradikardi karena Indikasi digoksin adalah untuk gagal jantung, fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardi poroksimal, juga diindikasikan untuk hipoventilasi, syok kardiogenik dan syok tirotoksik, sering diberikan dahulu dosis muatan untuk mencapai kadar terapeutik lebih cepat. Sehingga jika diberi digoksin dalam dosis berlebih maka yang asalnya takikardi akan berubah menjadi bradikardi tidak menjadi normal. Kesalahan pengamatan pada praktikum ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya mencit normal yang digunakan sebagai perbandingan dengan mencit yang telah diberi

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

38

digoksin sehingga tidak diketahui perbedaan denyut jantung antara yang normal, takikardi dan bradikardi. Tapi yang benar adalah sesuai literatur yaitu bradikardi. Gejala yang timbul pada tiap tiap kelompok waktunya berbeda beda bila dilihat dari data hasil percobaan. Perbedaan ini dapat diketahui kecepatan efek keracunan digoksin pada mencit. Untuk praktikum ini, dosis yang paling cepat menyebabkan efek toksik adalah dosis II. Seharusnya yang paling cepat menimbulkan efek toksik adalah dosis III dengan dosis yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa factor diantaranya pemberian digoksin melalui oral tidak benar sehingga obat yang masuk sebagian maka efek toksik yang terjadi juga lama, kekebalan tubuh masing masing mencit dan jenis kelaminnya berbeda beda sehingga ada yang cepat dan ada yang lambat. Untuk mengatasi keracunan yang terjadi maka diberi antidotum atropine. Atropine yang diberikan merupakan atropine injeksi yang langsung diberikan melalui subkutan sebanyak 0,2 ml setelah dosisnya dikonversikan ke dosis manusia. Mekanisme kerja atropine yaitu atropine berkompetisi dengan asetilkolin dalam menduduki reseptor muskarinik dan nikotinik di perifer dan pusat, sehingga efek Ach hilang dan adanya efek atropine. Dengan pemberian atropine ini maka akan menormalkan denyut jantung yang asalnya bradikardi menjadi normal karena fungsi pemberian atropine ini untuk menaikan denyut jantung. Dan menurut hasil praktikum hasilnya benar bahwa pemberian atropine dapat mengobati mencit yang keracunan digoksin dengan ditandai kembalinya mencit ke keadaan atau kondisi normal. Sedangkan untuk gejala gejala lainnya bisa diberi obat lain seperti KSR untuk mencegah terjadinya penurunan kadar

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

39

kalium dalam darah (hipokalemia), obat gatal atau antihistamin untuk menghilangkan gatal atau obat lainnya yang dapat mengobati gejala.

Yoga Kevan Rahmat, STIKes BTH Tasikmalaya

You might also like