You are on page 1of 25

Pengembangan Demokrasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telah tentang demokrassi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental. Seperti yang telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang mengumpulkan lebih dari 100 sarjana barat dan timur. Sementara di negara-negara demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi yang berbeda-beda. Kedua demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan sebagai organisasi tertingginya. Tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1995: 1). Dalam hubungannya dengan implementasi kedalam sistem pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: 1. Sistem predensial yang menyajajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. 2. Sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala

pemerintahan dan bukan kepala negara, sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja-raja atau presiden yang hanya menjadi simbol kedaulatan dan persatuan. 3. Sistem referendum yang meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) daeri parlemen.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Dibeberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara presidensial dan parlementer, yang diantara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di Perancis atau di indonesia berdasarkan UUD 1945. Dengan alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik sebagai dasar penyyelenggaraan negara ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya bagi peranan negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut: 1. Apakah arti demokrasi ? 2. Bagaimana bentuk-bentuk demokrasi ? 3. Bagaimana perkembangan demokrasi di indonesia ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Kita dapat mengetahui apa itu demokrasi. 2. Kita dapat mengetahui bentuk-bentuk demokrasi. 3. Kita dapat memahami perkembangan demokrasi di indonesia.

D. MANFAAT Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Bagi pembaca dapat mengetahui pengertian demokrasi. 2. Bagi pembaca dapat mengetahui bentuk-bentuk demokrasi.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


3. Bagi masyarakat dapat mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos yang berarti rakyat dan kratos/kratein berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrai berarti rakyat berkuasa (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian, penerapan demokrasi diberbagai negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masingmasing, yang lazimnya sangat dipengaruh oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu negara. Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi ini berikut akan dikutip beberapa pengertian demokrasi. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara , karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983:207). Jadi, negara demokarasi adalah negara yang diselenggarakan berddasarkan kehendak dan kemauan rakyat atau jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, itu berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Dalam hubungan ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis adalah sistem yang meenunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas dari wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo, 1960:70). Meskipun dari berbagai pengartian itu terlihat bahwa rakyat diletakkan pada posisi sentral rakyat berkuasa tetapi dalam praktiknya oleh UNESCO disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguous atau mempunyai arti ganda, sekurang-kurangnya ada ambiguity atau ketaktentuan mengenai lembagalembaga atau cara-cara yang dipakai untuk amelaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta historis yang memengaruhi istilah ide dan praktik demokrasi (Budiardjo, 1982:50). Hal ini bisa dilihat betapa negara-negara yang sama-sama menganut asas demokrasi ternyata mengimplementasikannya secara tidak sama. Ketidaksamaan tersebut bahkan bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga atau aparatur demokrasi, tetapi menyangkut pertimbangan porsi yang terbuka bagi peranan rakyat. Memang sejak dimunculkannya kembali asas demokrasi yaitu setelah tenggelam beberapa abad daipermukaan Eropa telah menimbulkan masalah tentang siapkah sebenarnya yang lebih berperan dalam menentukan jalannya negara sebagai organisasi tertinggi. Pemakaian demokrasi sebagai prinsip hidup bernegara sebenarnya telah melahirkan fiksi-yuridis bahwa negara adalah milik masyarakat, tetapi fiksi-yuridis inilah telah terjadi tolak tarik kepentingan atau kontrol , tolak tarik antara negara masyarakat karena kemudian negara terlihat memiliki pertumbuhannya sendiri sehingga lahirlah konsep tentang negara organis (Mahasin, 1984:2). Pemahaman atas masalah ini akan lebih jelas melalui penelusuran sejarah perkembangan prinsip itu sebagai asas hidup negra yang fundamental.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara hukum di Yunani Kunodan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Pada waktu itu dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang dipraktikkan bersifat langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusakeputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung ini dapat dilaksanakan secara efektif karena Negara Kota Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya dan jumlah penduduk yang hanya lebih kurang 300.000 orang dalam satu negara. Lebih dari itu ketentuan-ketentuan demokrasihanya berlaku untuk warga negara yang resmi yang merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk. Sebagian besar yang terdiri dari budak belian, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmati hak demokrasi (Budiardjo, 1982:54) Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan lenyap dari muka Dunia Barat ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan Benua Eropa memasuki abad pertengahan (600-1400). Masyarakat abad pertengahan ini dicirikan oleh struktur sosial yang feodal; kehidupan sosial dan spiritualnya dikuasai oleh Paus dan Pejabat-pejabat agama, sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Dengan demikian, masyarakat abad pertengahan terbelenggu oleh kekuasaan feodal dan kekuasaan pemimpin pemimpin agama, sehingga tenggelam dalam apa yang disebut sebagai masa kegelapan. Kendati begitu, ada sesuatu yang penting berkenaan dengan demokrasi pada abad pertengahan itu, yakni lahirnya dokumen Magna Charta (Piagam Besar), sesuatu piagam yang berisi semacam perjanjian antara beberapa bangsawan dan Raja John di Inggris bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan previleges bahwasanya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan lain-lain. Lahirnya piagam ini, dapat dikatakan sebagai lahirnya suatu tonggak baru bagi perkembangan demokrasi, sebab dari piagam tersebut terlihat adanya dua prinsip dasar: pertama, kekuasaan

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Raja harus dibatasi, kedua, hak asasi manusia lebih penting dari pada kedaulatan raja (Ramdlonnaning, 1983:9). Renaissance adalah aliran yang menghidupkan segala minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno, yang berupa gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia pada abad ke-14 dan mencapai puncaknya pada abad ke 15 dan 16. Masa Renaisance adalah masa ketika orang mematahkan semua ikatan yang ada dan menggantikan dengan kebebasan bertindak yang seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan, karena dasar ide ini adalah kebebasan berpikir dan bertindak bagi manusia tanpa boleh ada orang lain yang menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan. Hal itu disamping mempunyai segi positif yang cemerlang dan gemilang karena telah mengantarkan dunia pada kehidupan yang lebih modern dan mendorong berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, juga memberi sisi negatifnya sendirri, sebab dengan adanya pemikiran untuk lepas dari semua ikatan (dan orang tak mungkin hidup tanpa ikata-ikatan) berkembanglah sifat-sifat buruk dan asosial. Seperti kebencian, iri hati, atau cemburu yang dapat meracuni penghidupan yang mengakibatkan terjadinya perjuangn sengit disetiap lapangan dengan saling bersiasat, membujuk menipu, atau melakukan apa saja yang diinginkan kendati melalui cara yang tercela secara moral. Selain Renaisance, peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali demokrasi yang dahulu tenggelam dalam abad pertengahan adalah terjadinya Revormasi, yakni revolusi agama yang terjadi di eropa barat pada abad ke 16 yang pada mulanya menunjukkan sebagai pergerakan perbaikan keadaan dalam gereja katolik tetapi kemudian berkembang menjadi asas-asas protestanisme. Revormasi dimulai pada pintu gereja Wittenburgh (31 oktober 1517), yang kemudian segera memancing terjadinya serangan terhadap gereja. Luther mempunyai ajaran tentang pengampunan dengan kepercayaan saja, sebagai pengganti upacaraupacara, pekerjaan baik dan perantaraan gereja, serta mendesak supaya membaca kitab suci yang ternyata telah memberikan pertanggungjawaban lebih besar kepada perseorangan untuk keselamatan sendiri. Ajaran yang kemudian disambut

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


dimana-mana itu telah menyulut api pemberontakan secara cepat dan meluas di jerman dan sekitarnya, sengketa dengan gereja dan kaisar berjalan lama dan getir yang tidak terselesaikan dengan diselenggarakannya muktamar-muktamar di Speyer (1526, 1529) dan di Augsburg (1530). Berakhirnya Revormasi ditandai dengan terjadinya perdamaian Westphalia (1648) yang ternyata mampu menciptakan keseimbangan setelah kelelahan akibat perang yang berlangsung selama 30 tahun. Namun, Protestanisme yang lahir dari Reformasi itu tidak hilang dengan selesainya Reformasi, tetapi tetap menjadi kekuatan dasar di dunia Barat samapi sekarang (Shadily, 1977: 937). Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini telah mempersiapkan Eropa masuk ke dalam Aufklarung (abad pemikiran) dan rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekaan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada pemikiran atau akal (rasio) semata-mata pada gilirannya kebebasan berfikir ini menelorkan lahirnya fikiran tentang kebebasan politik. Dari sini timbulnya gagasan tentang hak-hak politik rakyat yang tidak boleh diselewengkan oleh raja, serta timbul kecaman-kecaman terhadap raja yang ada waktu rezim memerintah dengan kekuasaan tak terbatas dalam bentuk monarkimonarki absolut. Gagasan-gagasan politik dan kecaman terhadap absolutisme monarki itu telah pula didukung oleh golongan (middle class) yang waktu itu mulai berpengaruh karena kedudukan ekonomi dan mutu pendidikan golongan ini relatif baik (Budiarjo, 1982: 55). Kecaman dan dobrakan terhadap absolutisme monarki didasarkan pada teori rasionalistis sebagai sosial kontrak (perjanjian masyarakat) yang salah satu asasnya menentukan bahwa dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam (natural) yang mengandung prinsip-prinsip keadilan yang unuversal yang mempermasalahkan berlakunya hukum alam bagi semua orang dalam bidang politik telah melahirkan pendapat umum bahwa hubungan antara raja dan rakyat didasarkan pada suatu perjanjian yang mengikat kedua belah pihak : raja diberi kekuasaan untuk menyelenggarakan penertiban dan menciptakan suasana yang memungkinkan rakyat menikamati hak-hak alamnya dengan aman, sedangkan

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


rakyat akan mentaati pemerintahan raja, asal hak-hak alamnya juga terjamin (Budiardjo, 1982:56). Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas yang disebut demokrasi (pemerintah rakyat). Dua filsuf besar yaiti John Lock dan Montesquieu, masing-masing dari Inggris dan Perancis telah memberikan sumbangan yang besar dari gagasan pemerintahan demokrasi ini. John Lock (1632-1704) mengemukakan bahwa ha-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki (live, liberal, property). Sedangkan Montesquieu (1689-1955) mengemukakan sistem pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politik tersebut melalui Trias Politika-nya, yakni suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam negara kedalam kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masing-masing harus dipegang oleh organ sendiri yang merdeka, artinya secara prinsip kiranya semua kekuasaan itu tidak boleh dipegang oleh seorang saja. Dari pemikiran tentang hak-hak politik rakyat dan pemisahan kekuasaan inilah terlihat muculnya kembali ide pemerintahan rakyat (demokrasi). Tetapi dalam kemunculannya sampai saat ini demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi konstitusional abadd ke-20 yang ke duanya senantiasa dikaitkan dengan konsep negara hukum (Mahfud, 1999:20). Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. Demokrasi juga adalah adalah bentuk pemerintahan politik dimana kekuasaan pemerintahan berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani (dmokrata) "kekuasaan rakyat",[3] yang dibentuk dari kata (dmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. Berbicara mengenai demokrasi adalah memburaskan (memperbincangkan) tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Ia adalah sistem manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatasnamakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Sedang demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak antifeodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis. Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia ingini. Jadi masalah keadilan menjadi penting, dalam arti dia mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi harus dihormati haknya dan harus diberi peluang dan kemudahan serta pertolongan untuk mencapai itu.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


B. Bentuk-bentuk Demokrasi Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal democracy dan kedua, substantive democracy. Yaitu, menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu dilakukan. (Winaptutra, 2006). Formal Democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara. Seperti Indonesia misalnya, menerapkan sistem presidensial dalam proses pemerinthannya. Sistem Presidensial, merupakan sistem dimana menekankan pemilihan presiden secara langsung, sehingga presiden yang terpilih mendapatkan mandat secara langsung untuk menjalankan pemerintahan. Selain Sistem Presidensial, adapula yang disebut Sistem Parlementer, sistem ini merupakan kesatuan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Selain bentuk demokrasi di atas, adapula bentuk demokrasi yang berpegang pada filosofi Negara. 1. Demokrasi Perwakilan Liberal Prinsip demokrasi ini didasarkan pada satu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu, dalam sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi. Pemikiran tentang negara demokrasi sebagaimana dikembangkan oleh Hobbes, Locke dan Rousseau bahwa negara terbentuk karena adanya pembenturan kepentingan hidup mereka dalam hidup bermasyarakat dalam suatu natural state. Akibatnya terjadilah penindasan diantara satu dengan lainnya. Oleh karena itu individuindividu dalam suatu masyarakat itu membentuk suatu persekutuan hidup bersama yang disebut negara, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan dan hak individu dalam kehidupan masyarakat negara.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Atas dasar kepentingan ini dalam kenyataannya muncullah kekuasaan yang kadang kala menjurus kearah otoriteriteanisme. Berdasarkan kejataan yang dilematis tersebut, maka muncullah pemikiran kearah kehidupan demokrasi perwakilan liberal, dan hal inilah yang sering dikenal dengan demokrat-demokrat liberal. Individu dalam suatu masalah dalam partisipasinya dialurkannya melalui wakilwakil yang dipilih melalui proses demokrasi. Menurut Held (2004 halaman 10), bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam prinsip demokrasi ini apapun yang dikembangkan melalui kelembagaan negara senantiasa merupakan suatu manifestasi perlindungan serta jaminan atas kebasan individu dalam hidup bernegara. Rakyat harus diberikan jaminan kebebasan secara individual baik didalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, kegamaan bahkan kebebasan anti agama. Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam. Akibatnya kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan negara, bahkan berbagai kebijakann dalam negara sangat ditentukan oleh kekuasaan kapital. Hal ini sesuai dengan analisis P. L. Berger bahwa dalam era global dewasa ini dengan semangat pasar bebas yang dijiwai oleh filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalislah yang berkuasa. Kapitalisme telah menjadi fenomena global dan dapat mengubah masyarakat diseluruh dunia baik dalam bidang sosial, politik maupun kebudayaan (Berger,1988) 2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan dinegara-negara komunis seperti, Rusia, China, Vietnam dan lainnya. Kebebasa formal

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


berdasarkan demokrasi liberal akan menghasilkan kesenjangna kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, dan akhirnya kapitalislah yang menguasai negara. Dalam hubungan ini Marx mengembangkan pemikiran sistem demokrasi commune structure (struktur persekutuan). Menurut sistem demokrasi ini masyarakat tersusun atas komunitas-komunitas yang kecil. Komunitas yang paling kecil ini mengatur urusan mereka sendiri, yang akan memilih wakil-wakil untuk unit-unit administratif yang besar misalnya distrik atau kota. Unit- unit administratif yang lebih besar ini kemudian akan memilih calon-calon administratif yang lebih besar lagi yang sering diistilahkan dengan delegasi nasional (Marx, 1970 : 67). Susunan ini sering dikenal dengan struktur piramida dari demokrasi delegatif. Semua delegasi bisa ditarik kembali, diikat oleh perintah-perintah dari distrik pemilihan mereka dan diorganisasikan dalam suatu piramida komite-komite yang dipilih secara langsung. Oleh karena itu menurut komunis, negara post kapitalis tidak akan melahirkan kemiripan apapun dengan suatu rezim liberal yakni rezim parlementer. Semua perwakilan atau agen negara akan dimasukkan ke dalam lingkungan seperangkat institusi-institusi tunggal yang bertanggung-jawab secara langsung. Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif harusdilengkapi, pada prinsipnya dengan suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme memerlukan kepemimpinan yang

profesional, dari kader-kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947). Hanya kepemimpinan yang seperti itu yang mempunyai kemampuan untuk mengorganisasikan pertahanan revolusi melawan kekuatankekuatan kapitalis dan mengawasi rekonstruksi masyarakat. Hal itu dikarenakan perbedaan kepentingan yang fundamental adalaj

kepentingan kelas, karena titik tolak kepentingan kelas pekerja merupakan suatu kepentingan yang progresif dalam masyarakat, dan

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


karena selama dan setelah revolusi kepentingan kelas pekerja itu harus diartikulasikan secara pasti. Oleh karena itu partai revolusioner merupakan hal yang esensial. Partai tersebut merupakan instrument yang bisa menciptakan landasan bagi sosialisme dan komunisme (Held, 2004: 15-17). Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana dijelaskan diatas maka pengertian demokrasi secara filosofis menjadi semakin luas, artinya masing-masing paham mendasarkan pengertian bahwa kekuasaan di tangan rakyat.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


C. Demokrasi di Indonesia

1.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Dalam sejarah negara Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa indonesia ialah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik yanng demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta character and nation building, dengan partisipasi rakyat, sekaligus menghindarkan timbulnya diktatur perorangan, partai ataupun militer. Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat di bagi dalam empat periode : a. Periode 195-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan. b. Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik,

perkembangan pengaruh komunis, dan peran ABRI sebagai unsur sosial-politik, semakin meluas. c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin. Namun dalam perkembangannya peran presiden dan semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara yang lain. Melihat praktek demokrasi pada masa ini, nama Pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politik penguasa saat itu, sebab kenyataannya yang dilaksanakn tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila d. Periode 1998-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada kekuatan multi partai yang berusaha

mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga negara, antar eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pada masa ini peran politik kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru. Jikalau esensi demokrasi adalah kekuasaan di tangan rakyat, maka praktek demokrasi tatkala Pemilih memang demikian, namun dalam

pelaksanaanya setelah pemilu banyak kebijakan tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih ke arah pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata lain perkataan model demokrasi era reformasi dewasa ini, kurang mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare state).

2.

Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945

a.

Seminar Angkatan Darat II (agustus 1966)

1) Bidang Politik dan Konstitusional : Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum di mana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini perlu diusahakan supaya lembaga-lembaga dan tata kerja Orde Baru dilepaskan dari ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan.

2) Bidang Ekonomi Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang menjiwai ketentuan-ketentuan mengenai ekonomi dalam UUD 1945 yang pada hakikatnya berarti kehidupan yang layak bagi semua warganegara yang antara lain mencakup : a) pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara. b) Koperasi. c) pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaanya. d) peranan pemerintah yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.

3) Demokrasi Pasca Reformasi

Dewasa ini hampir seluruh Negara mengklaim menjadi penganut setia paham demokrasi. Namun, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Amos J. Peaslee bahwa dalam kenyataanya demokrasi yang sipraktekkan pada seluruh dunia berbeda-beda dari satu Negara ke Negara lain. Setiap Negara dan orang menerapkan definisi demokrasi menurut criteria masingmasing, bahkan Negara komunis seperti RRC, Kuba, Vietnam juga menyatakan sebagai Negara demokrasi. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka pengertian esensial tentang demokrasi yang diterapkan di dalam suatu Negara termasuk

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Indonesia. Dalam suatu Negara yang menganut demokrasi haruslah berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat. Dengan lain perkataan kekuasaan suatu Negara itu dikelola oleh rakyat. Kakuasaan dalam Negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat (Asshiddiqie, 2005:141). Berdasarkan esensi pengertian tersebut maka hakiikat kekuasaan di tangan rakyat adalah memyangkut baik

penyelenggaraan Negara maupun pemerintahan. Oleh karena itu kekuasaan pemerintahan Negara di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : pertama, pemerintah dari rakyat; kedua, pemerintahan oleh rakyat; ketiga, pemerintahan untuk rakyat. Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hokum memiliki kedudukan sebagai staatsfundamentalnorm, oleh karena itu merupakan sumber hokum positif dalam Negara Indonesia. Maka prinsip demokrasi dalam Negara Indonesia, selain tercantum dalam Pembukaan juga kerakyatan, yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Makna pengertian dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan dimaksudkan bahwa dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia itu didasarkan pada moral kebijaksanaan yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan KEmanusiaan yang adil dan beradab. Dasar pelaksanaan demokrasi di Indonesia juga semuanya tertera dalam UUD 1945 dan hasil Amandemen. Sistem demokrasi dalam penyelenggaraan Negara Indonesia juga diwujudkan dalam penentuan kekuasaan Negara, yaitu dengan menentukan dan

memisahkan kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislative.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Demokrasi sebagai system pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat merupakan kekuatan asal mula terciptanya demokrasi itu sendiri. Secara umum dalam system pemerintahan yang demokratis senantiasa mengandung unsur-unsur yang paling penting dan mendasar yaitu : 1. Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik. 2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga Negara. 3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan diapakai oleh warga Negara. 4. Suatu system perwakilan. 5. Suatu system pemilihan kekuasaan mayoritas. Oleh karenanya dalam kehidupan kenegaraan yang

mengandung system demokrasi, kita akan selalu menemukan adanya Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen pendukung tegaknya Struktur Politik meliputi Lembaga Legislatif, Lembaga Eksekutif, dan Lembaga Yudikatif. Undang-Undang Dasar 1945 Pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan diproklamirkan, UUD 1945 disahkan. Di dalam UUD 1945 itu diawali dengan Pembukaan dan pada alinea 4 diterangkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan PANCASILA yang berbunyi sebagai berikut : 1) KetuhananYang Maha Esa. 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3) Persatuan Indonesia.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakiIan. 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu pula di dalam batang tubuh UUD 1945 diterangkan bahwa: 1) Nama negara kita : Republik Indonesia. 2) Bentuk negara kita : Negara Kesatuan. 3) Bentuk pemerintahan : Demokrasi (Kerakyatan) yang berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 4) Kepala Negara : Presiden yang dipilih rakyat. 5) Badan Perwakilan Rakyat yang Tinggi : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 6) Bendera Negara : Sang Merah Putih. Bahasa Nasional : Bahasa Indonesia

UUD 1945 terdiri dari : 1) Pembukaan UUD 1945, terdiri dari empat alinea dan pada alinea keempat terdapat dasar negara Pancasila. 2) Batang Tubuh UUD 1945, terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan. 3) Penjelasan Resmi UUD 1945 yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Amandemen UUD 1945 Amandemen ke I ST MPR Tahun 1999 Amandemen ke II ST MPR Tahun 2000 Amandemen ke III ST MPR Tahun 2001 Amandemen ke IV ST MPR Tahun 2002

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


Lagu Kebangsaan Lagu Kebangsaan Negara kita adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Lagu ini dinyanyikan secara resmi yang pertama kali adalah pada penutupan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928. Lambang Negara Lambang Negara Republik Indonesia adalah Garuda Pancasila yang diresmikan dalam Sidang Dewan RIS tanggal 11 Pebruari 1950. Lambang negara tersebut berupa gambar burung Garuda yang sayapnya membentang ke kanan dan ke kiri, dan pada leher burung Garuda itu tergantung perisai yang melambangkan dasar negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA.

Adapun gambar-gambar yang ada pada perisai tersebut adalah : a. Sila I dilambangkan gambar bintang. b. Sila II dilambangkan rantai emas. c. Sila III dilambangkan pohon beringin. d. Sila IV dilambangkan kepala banteng. e. Sila V dilambangkan padi dan kapas. f. Garis melintang mendatar melambangkan garis katulistiwa yang melintang ditengah-tengah kepulauan Indonesia. Pada pita terdapat tulisan yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Adapun yang dimaksud adalah bahwa bangsa Indonesia itu berbeda-beda tempat tinggalnya karena berada di berbagai pulau, sehingga berbeda pula bahasanya, adat-istiadatnya, suku dan juga agamanya. Walaupun demikian tetapi juga satu yaitu bangsa Indonesia. Adapun untuk gambar burung garuda itu sendiri mempunyai arti sebagai berikut:

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


a. Sayapnya, bulunya berjumlah 17 bulu dan melambangkan tanggal 17. b. Ekornya, bulunya berjumlah 8 bulu dan melambangkan bulan 8 atau Agustus. c. Bulu di bawah perisai berjumlah 19 helai dan bulu-bulu di bawah lehernya berjumlah 45 helai. Dengan demikian kesemuanya tersebut adalah merupakan

maknaperingatan pada tanggal 17 Agustus 1945.

7 Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah : 1) Indonesia ialah negara berdasarkan hukum.

Sistem konstitusional. 2) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR.

Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR. 3) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. 4) Menteri Negara ialah pembantu Presiden. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. 5) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah diwajibkan melaksanakan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pemban titan. Pengertian-pengertian yang diberikan UU No. 5 tahun 1974 sebagai berikut : a. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu-pembantunya.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


b. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya. c. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah Desa oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya. e. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku. f. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada PejabatPejabat di daerah. g. Wilayah Administratip, selanjutnya disebut Wilayah, adalah lingkungan kerja perangkat Pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah. h. Instansi Vertikal adalah perangkat dari Departemen-Departemen atau Lembaga-lembaga Pemerintah bukan Departemen yang mempunyai lingkungan kerja di Wilayah yang bersangkutan. i. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang mensahkan, membatalkan, dan menangguhkan Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah, yaitu Menteri Dalam Negeri bagi Daerah Tingkat I dan Gubemur Kepala Daerah bagi Daerah Tingkat II, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. j. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yangmeliputi bidang-bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasipengawasan

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


dan urusan pemerintahan lainnya yang tidaktermasuk dalam tugas sesuatu Instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga Daerah. k. Polisi Pamong Praja adalah perangkat Wilayah yang bertugas membantu Kepala Wilayah dalam menyelenggarakan pemerintahan khusunya dalam melaksanakan wewenang, tugas, dan kewajiban dibidang pemerintahan umum.

Pengembangan Demokrasi di Indonesia


BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Demokrasi adalah pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun demikian, penerapan demokrasi diberbagai negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masingmasing, yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu negara. Bentuk - bentuk demokrasi yang berpegang pada filosofi Negara terbagi atas, Demokrasi Perwakilan Liberal dan Demokrasi Satu Partai dan Komunisme Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat priode, yaitu periode 1945-1959, dimana pada masa demokrasi parlementer menonjolkan peranan partai. Kemudian pada masa periode 1959-1965, dimana masa Demokrasi Terpimpin menyimpang dari demokrasi konstitusional, ditandai dengan adanya presiden, serta terbatasnya perkembangan partai.dilanjutkan dengan periode 1966-1998, masa Demokrasi Pancasila pada Masa Orde Baru menonjolkan sistem pemerintahan yang presidensial. Serta pada masa periode 1999sekarang, dimana masa demokrasi Pancasila dan Reformasi

mennojolkan kembali peran partai-partai juga mendengan suara rakyat dan menempatkan rakyat sebagai penentu kekuasaan. B. SARAN Sebaiknya, pemerintah mempraktekkan paham demokrasi dengan sebaik-baiknya.

You might also like