You are on page 1of 5

Analisa kasus

Proses menua normal disertai dengan perubahan berikut yang berpengaruh pada regulasi cairan dan natrium: 1. 2. 3. 4. Gangguan persepsi rasa haus Penurunan laju filtrasi glomerulus Gangguan kapasitas ginjal untuk memekatkan urin Gangguan kapasitas ginjal untuk menahan natrium.

Sebagai konsekuensi perubahan-perubahan ini, kapasitas seorang berusia lanjut menghadapi berbagai penyakit, obat-obatan dan stres fisiologis menjadi berkurang sehinga meningkatkan resiko timbulnya perubahan keseimbangan cairan dan natrium yang bermakna secara klinis. Definisi: Dehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa elektrolit, atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes insipidus, diuresis osmotik, yang kesemuanya disertai oleh rasa haus dengan gangguan akses cairan. Kegawatdaruratan: Dehidrasi yang tidak tertangani bisa jatuh keadaan hipovolemik. Kaitan dehidrasi dengan prisnip kegawatdaruratan antara lain Breath: Kekurangan cairan berefek pada depresi pusat pernafasan sehingga menyebabkan kegagalan fungsi bernafas. Pasien juga tergolong pasien geriatri (umur 96 tahun dengan multi patologi) yang sudah mengalami penurunan fungsi faal. Blood: Dehidrasi menyebabkan berkurangnya volume intravaskular yang menyebabkan timbulnya kompensasi dari tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang akan nutrisi. Pada akhirnya terjadi dekopensasi yang di tandai dengan hipoperpusi dan kegagalan multiorgan. Brain: Jika telah terjadi penurunan curah jantung dan hipoperpusi maka tahap-tahap terminal akan terjadi hipoksia yang berakibat kematian sel-sel otak permanen. Ada dua tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keadaan ini, yaitu: y y Menanggulangi penyakit yang mendasari Penggantian cairan yang hilang

Untuk mengetahui jumlah cairan yang akan diberikan perlu diketahui prediksi cairan yang hilang dari tubuh. y Disebut hipovolemik ringan bila kehilangan 20% volume plasma, gejala klinis yang timbul hanya berupa takikardi.

y y

Disebut hipovolemik sedang bila kehilangan 20-40% volume plasma, gejala klinis yang timbul adalah takikardia dan hipertensi ortotastik. Disebut hipovolemik berat bila kehilangan 40% volume plasma, gejala klinis yang timbul adalah penurunan tekanan darah, takikardia, agitasi, oliguria, pikiran kacau.

DEHIDRASI PENGERTIAN Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter. Penting diketahui perubahan fisiologi pada usia lanjut. Secara umum, terjadi penurunan kemampuan homeostatik seiring dengan bertambahnya usia. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap vasopresin. DIAGNOSIS Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat: tidak menggunakan obat obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan hipertensi portal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom nefrotik). Defisit cairan (liter) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan CBT saat ini CBT yang diinginkan = kadar na serum X CBT saat ini 140 CBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (kg) CBT saat ini (perempuan) = 45% berat badan (kg) jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada

dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan Na Cl 0,9% atau dekstrosa 5 % dengan kecepatan 25 30 % dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik. KOMPLIKASI Gagal ginjal, sindrom delirium akut KEBUTUHAN NUTRISI Pada pasien kritis sering kali perlu dilakukan allo-anamnesis pada keluarga atau kerabat dekat. Hal yang perlu digali adalah riwayat penyakit saat ini dan sebelumnya, lama sakit, asupan nutrisi, dan adanya gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Perlu ditanyakan pula adanya riwayat penurunan berat badan yang sering menjadi penyebab malnutrisi. Faktor yang mengarahkan adanya malnutrisi adalah penurunan 10% atau lebih berat badan selama 6 bulan, penurunan 5% atau lebih berat badan selama 1 bulan, atau berat badan lebih atau kurang 20% dari berat badan ideal. Berdasarkan BB dan TB dapat ditentukan indeks massa tubuh (IMT), yaitu: IMT = BB (dalam kilogram) TB2 (dalam meter) Keterangan: <18,5 kg/m2 18,5 22,9 kg/m2 23 kg/m2 BB kurang BB normal BB lebih

Pada setiap pasien ditentukan dahulu permasalahan asupan nutrisi. Apakah pasien tidak dapat makan, tidak boleh makan, atau makan tidak adekuat sehingga tidak mencukupi kebutuhan. Apakah terdapat indikasi/kontraindikasi pemberian nutrisi oral, enteral, atau parenteral. Kesadaran menurun pada pasien dengan penyakit kritis merupakan indikasi pemberian terapi nutrisi. Metoda yang dipilih adalah pemberian nutrisi enteral bila fungsi absorpsi saluran gastrointestinal baik. Namun bila saluran gastrointestinal tidak berfungsi, atau terdapat peritonitis difus, obstruksi usus, muntah-muntah, ileus paralitik, dan iskemia gastrointestinal maka dipilih metode pemberian nutrisi parenteral. NUTRISI ENTERAL Indikasi nutrisi enteral adalah pasien tidak dapat makan secara adekuat namun fungsi gastrointestinal baik sehingga masih dapat mencerna dan mengabsorpsi makanan cair yang diberikan melalui pipa ke saluran gastrointestinal. Yang umum digunakan untuk pemberian nutrisi eneral adalah pipa nasoenterik, pipa yang dimasukkan lewat hidung (nasogastrik, nasoenteral). Pipa ini digunakan untuk jangka pendek (kurang dari 4 minggu) karena komplikasi sedikit, relatif tidak mahal, dan mudah dipasang. TERAPI OKSIGEN

Dalam pemberian oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar membutuhkan oksigen, apakah dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek (Short term Oxygen Therapy) atau terapi oksigen jangka panjang (Long-term Oxygen Therapy). Cara pemberian oksigen dibagi 2 cara, yaitu sistem arus rendah dan sistem arus tinggi. Alat arus rendah di antaranya kanul nasal, topeng oksigen, reservoir mask, kateter transtracheal, dan simple mask. Alat oksigen arus tinggi di antaranya venturi mask dan reservoir nebulizer blenders. Kateter nasal atau kanul nasal merupakan alat dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Kanul nasal arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6 L/m, dengan FiO2 antara 0,24 0,44 (24% -44%). Pemberian oksigen perlu dievaluasi melalui pemeriksaan analisi gas darah atau dengan oksimetri, sehingga dapat mengoptimalkan pemberian oksigen dan mencegah terjadinya retensi CO2. Penanganan Kegawatdaruratan Pasien Dehidrasi di ICU 1. Primary survey: A: Menilai ada tidaknya tanda-tanda obstruksi jalan napas, serta distress pernapasan B: Menggunakan prinsip Look,listen,Feel untuk menilai fungsi pernapasan C: Menilai suhu akral, Capilary Refill Time pulsasi pada arteri D: Menilai ada atau tidaknya tanda-tanda penurunan kesadaran yang ada berdasarkan GCS E: Exposure tubuh pasien untuk melihat ada atau tidaknya jejas yang mengarah pada trauma 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pemasangan IV FD Ringer Laktat 1500 cc/hari O2 binasal (nasal kanul)3 L/menit perhatikan saturasi oksigen Ventilasi nebulizer/6 jam Injeksi cefotaxine 1 gr/12 jam Injeksi ranitidine Diit peptisol 6x150 cc-susu cair melalui NGT Pemasangan kateter, lalu pengukuran kadar urine perjam Cek kadar elektrolit Kontrol TD, HR, RR, dan MAP

Pada hari ke-2 perawatan di ruang ICU, hemodinamik pasien relative stabil, urine (+), BAB (+), tidak dijumpai demam, HR-RR-TD normal dan tingkat kesadaran pasien baik.

Daftar Pustaka Sibuea, Herdine W dr dkk, Ilmu penyakit dalam FK UKI, Jakarta : Bineka Cipta.2005 Ilmu penyakit dalam FK UI jilid 3 edisi IV, 2006, Jakarta : FK UI. www.wikipedia.com www.portalkedokteran.com dehidrasi , Januari 2008 www.medscape.com dehydration in geriatrics MC Faes, MD, MSc; MG Spigt, PhD; MGM Olde Rikkert MD, PhD 12/26/2007

You might also like