Professional Documents
Culture Documents
Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah : 1. Peter F. Drucker (1968) dalam The Age of Discontinuity Kemungkinan bangkrutnya birokrasi. 2. Barzelay (1982) dalam Breaking Through Bureaucracy Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban. 1. Osborne & Gaebler (1992) dalam Reinventing Government => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya. .4. Osborne & Plastrik (1996) dalam Banishing Bureucracy => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, the least government is the best government 5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah. Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi. Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder). Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.
ditengarai adanya bad government, yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai cara berpemerintahan yang baik (good government). Good governance
Bad Government Good Government
Indikator Korupsi
The World Competitiveness Index 2006: Indonesia ranking 60; Malaysia 23, Thai 32; Philipina 49; Institute of Singapura 3.
PERC Ltd.
PERC Annual Graft Ranking, skor Indonesia 2006 = 8,16. 2004, 2005, dan 2006 terkorup se-Asia. 2007 : 2 ; 2008 : 3. 2009 : 1
Jumlah hari mendapatkan ijin di Indonesia contoh waktu yang diperlukan untuk mengurus ijin-ijin tertentu di Indonesia.
Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis waktu menunggu persetujuan ijin-ijin relatif lebih lama dibanding negara Asia lain.
Jumlah Prosedur 8 11 12 5 11 12 12 9 9 11 7 8 8 8 11
Biaya *
91,0 480,1 14,5 3,4 49,5 130,7 17,7 18,5 25,1 19,5 1,2 10,7 6,3 6,7 28,6
Modal Minimum* 0,0 394,0 1.104,2 0,0 0,0 125,6 332,0 28,5 0,0 2,2 0,0 0,0 224,7 0,0 0,0
Catatan : * sebagai % dari pendapatan per kapita Sumber : World Bank (2005), dikutip dari Purwanto (2006)
APA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH CAMAT DAN LURAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK?
Dukungan politik
Kepuasan Masyarakat
, sesuai kemampuan
Wasistiono
Fungsi utama Pemerintah Daerah pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974 semula adalah sebagai promotor pembangunan, pada masa UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004 telah berubah menjadi pelayan masyarakat. Konsekuensi logisnya, unit-unit pemerintahann yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat seperti dinas daerah, kecamatan, kelurahan perlu memperoleh perhatiann yang lebih besar baik dari segi kewenangan, personil, pembiayaan maupun dukungan logistik. Perlu ada pembagian fungsi yang jelas antara unsur staf, unsur lini, serta unsur penunjang. Tugas pokok unsur staf adalah melayani kedalam dan berpikir. Tugas pokok unsur lini adalah pelayanan langsung dan bersifat operasional. Tugas pokok unsur penunjang adalah menjalankan fungsi khusus dan bersifat koordinatif.
Staf
Pemerintah Daerah
Transfer kewenangan
Dinas Lemtekda
Kepuasan Masyarakat
Masyarakat Daerah
Keterangan : : Pelayanan langsung kepada masyarakat sangat terbatas (Unsur staf) : Pelayanan langsung kepada masyarakat luas (Unsur lini) : Pelayanan langsung kepada masyarakat relatif terbatas (Auxiliary)
Membangun budaya melayani di kalangan birokrasi (lihat semangat yang terkandung di dalam UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004) Membangun keasadaran bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan pada masyarakat, bukan lagi sebagai promotor pembangunan spt pada era UU Nomor 5 Tahun 1974. Memperkuat unit-unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat (dinas, kecamatan, kelurahan). Memperkuat dan meningkatkan kualitas orang-orang yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat (front line officer).
Mengembangkan unit-unit organisasi pelayanan agar dekat dengan konsumen (konsep close to the customers). Mengembangkan sistem pelayanan one stop service dan atau one roof system yang sesungguhnya. Mengadakan survey kepuasan pelanggan secara periodik. Mengadakan lomba diantara unit-unit pemberian pelayanan yang sejenis dengan penilai dari masyarakat yang dilayani. Mengembangkan pendekatan public choice sehingga kebutuhan dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam dapat terpenuhi dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan. Mengembangkan sistem insentif yang menarik bagi unit-unit yang berhasil memuaskan pelanggan.
DINAS2
MASYARAKAT
DINAS2
MASYARAKAT Unit di Samsat berfungsi mengumpulkan berkas Penyelesaian perijinan tetap di tangan dinas masing2
MODEL IIIA : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS)
Dinas2
Konsultasi teknis
masuk keluar MASYARAKAT Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS, Dinas memberikan konsultasi teknis
MODEL IIIB : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS) (ADA CABANG ONLINE)
Dinas2
Konsultasi teknis ONLINE masuk keluar MASYARAKAT Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS, Dinas memberikan konsultasi teknis
KEC/ KELURAHAN
Berdasarkan prinsip close to the customers, sudah seharusnya pemerintah memberikan pelayanan yang mudah, murah, terjangkau, dan terutama dekat dengan pelanggan (masyarakat). Kunci utamanya adalah : 1) Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota; 2) Adanya dukungan politik dari DPRD; 3) Adanya kesadaran masyarakat sebagai pemilik kedaulatan untuk menuntut pelayanan yang prima. 4) Adanya kesungguhan dari aparat birokrasi untuk mengubah cara pandang dalam menjalankan tugas pokok dn fungsinya dari paradigma penguasa menjadi paradigma pelayan masyarakat. * Khusus untuk kecamatan, sudah dikeluarkan kebijakan berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten).
IMPLEMENTASI PATEN
PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dalam satu tempat. Ruang lingkup PATEN meliputi : a. pelayanan bidang perizinan; dan b. pelayanan bidang non-perizinan. Maksud PATEN : a. Menjadikan kecamatan sebagai PUSYANMAS; b. Menjadikan kecamatan sebagai simpul pelayanan bagi kantor/ badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota. Tujuan PATEN : a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; b. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Syarat Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN : a. syarat substantif yaitu adanya pendelegasian wewenang bupati/ walikota kepada camat, yang meliputi 1) bidang perizinan, dan 2) bidang non-perizinan, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. b. syarat administratif meliputi : 1) standar pelayanan; dan 2) uraian tugas personil kecamatan, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. c. syarat teknis meliputi : 1) sarana dan prasarana, dan 2) pelaksana teknis. * Bupati/Walikota menetapkan kecamatan yang telah memenuhi persyaratan sebagai penyelenggara PATEN dengan Keputusan Bupati/ Walikota.
Masyarakat dapat menggugat Penyelenggara atau Pelaksana melalui peradilan tata usaha negara apabila pelayanan yang diberikan menimbulkan kerugian di bidang tata usaha negara. (Pasal 51).
Dalam hal Penyelenggara melakukan perbuatan melawan hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU ini, masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap Penyelenggara ke pengadilan. (Pasal 52 ayat 1)
Pengajuan gugatan terhadap penyelenggara tidak menghapus kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan keputusan ombudsman dan/atau Penyelenggara. (Pasal 52 ayat 2).
Dalam hal Penyelenggara diduga melakukan tindak pidana dalam penyelenggaraan pelayanan publik, masyarakat dapat melaporkan Penyelenggara kepada pihak berwenang. (Pasal 53 ayat 1). Laporan tersebut tidak menghapus kewajiban Penyelenggara untuk melaksanakan keputusan ombudsman dan/atau Penyelenggara. (Pasal 53 ayat 2).
KETENTUAN SANKSI
Jenis-jenis sanksi bagi Penyelenggara atau Pelaksana : 1. teguran tertulis; 2. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 3 bulan tidak melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan; 3. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 1 tahun tidak melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan; 4. penurunan gaji sebesar 1X kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun. 5. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun.
6. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri; 7. pemberhentian tidak dengan hormat; 8. pembekuan misi dan/atau izin yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. 9. pencabutan izin yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. (Pasal 54 ayat 1 sd ayat 11). 10. sanksi pidana; 11. sanksi pidana dan ganti rugi; (Pasal 55 ayat 1 sd 3).