You are on page 1of 8

Pengelompokan iklim berdasarkan pendekatan: 1.

Metode Genetik : penentu faktor iklim yaitu pola sirkulasi udara, radiasi bersih dan fluks kelembaban. 2. Metode Generik ( empirik).: unsur iklim yang diamati atau efeknya terhadap gejala lain, contohnya manusia atau tumbuhan. Mayoritas pengelompokan iklim menggunakan metode genetik sekitar 10 % sisanya berdasarkan metode empirik. Metode Genetik digunakan oleh: 1. H.Flohn (1950) berdasarkan : sabuk angin global dan ciri curahan 2. Strahler (1969) berdasarkan: massa udara yang dominan dan ciri curahan. 3. Budyko (1956) berdasarkan: neraca energi ( indeks radiasi kekeringan). Metode empirik: 1. Koppen (1900) berdasarkan hubungan iklim dengan tumbuhan dengan kriteria numerik digunakan untuk menentukan jenis dan unsur iklim. 2. Thornthwaite berdasarkan evapotranspirasi dan curah hujan. 3. Miller berdasarkan suhu dan curah hujan. 4. Schmidt & Ferguson (1951) berdasarkan curah hujan untuk menentukan jumlah bulan kering dan bulan basah. 5. Oldeman (1975) berdasarkan curah hujan yang difokuskan pada bidang pertanian 6. Mohr berdasarkan tingkat kelembaban dengan menyertakan pengaruh curah hujan 7. Miller berdasarkan suhu dan curah hujan Beberapa Klasifikasi Iklim Jenis Iklim Menurut Flohn Simbol I II III IV V Jenis Iklim Katulistiwa Barat Tropis Kering Subtropics Hujan Musim Dingin Ekstra Tropis Barat Basah Hujan musim panas Kering sepanjang tahun Hujan musim dingin Curahan sepanjang tahun Karakteristik

VI VIa VII

Subpolar Sub Benua Boreal Polar Tinggi

Curahan sepanjang tahun Curahan musim panas Curahan kurang sekali panas

Klasifikasi Iklim Menurut Koppen Lambang A Af Aw Am B BSh BSk BWh BWk C Cfa Cfb Cfc Cwa Cwb Csa Csb D Dfa Jenis iklim Iklim hujan tropis Iklim hutan hujan tropis Iklim savana Iklim moonson tropis Iklim kering Iklim stepa kering Iklim stepa sejuk Iklim gurun terik Iklim gurun sejuk Iklim hujan sedang panas Kelembaban sepanjang musim, musim panas terik Kelembaban sepanjang musim, musim panas panjang Kelembaban sepanjang musim, musim panas pendek Hujan musim panas, musim panas terik Hujan musim panas, musim panas panas Hujan musim dingin, musim panas terik Hujan musim dingin, musim panas panas Iklim hutan salju sejuk Kelembaban sepanjang musim, musim panas terik

Dfb Dfc Dfd Dwa Dwb Dwc Dwd E ET EF

Kelembaban sepanjang musim, musim panas panjang Kelembaban sepanjang musim, musim panas pendek Kelembaban sepanjang musim, musim dingin dingin Hujan musim panas, musim panas terik Hujan musim panas, musim panas panas Hujan musim dingin, musim panas terik Kelembaban sepanjang musim, musim dingin dingin Iklim kutub Tundra Salju dan es abadi

Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D.

Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan.

C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.

Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt & Feguson Lambang Iklim A (sangat basah) B (basah) C (agak basah) D (sedang) E (agak kering) F (kering) Nilai Q <0,143 0,144-0,333 0,334-0,600 0,601-1 1,001-1,670 1,671-3

G (sangat kering) H (sangat kering sekali)

3,001-7 7,001

Regionalisasi Iklim di Indonesia Berdasarkan Pola Curah Hujan Pembagian pola iklim menjadi tiga daerah di Indonesia berikut ini berdasarkan metode korelasi ganda yang diambil dari disertasi Dr.Edvin Aldrian.

Keterangan : Region A, merupkan region tenggara (Australian moonson) dengan pola curah hujan yang berbentuk huruf U ( paling kiri) Region B, merupakan semi moonson ( NE pasat moonsosn) dengan pola curah hujan yang menyerupai huruf M ( tengah) dengan dua puncak curah hujan Region C, merupakan region anti moonson berbentuk huruf U terbalik ( kanan) atau berkebalikan dengan Region A. Garis merah merupakan curah hujan dalam milimeter sedangkan garis hitam merupakan deviasinya.

DARI SUMBER LAIN

Region A : tipe monsoon Pola hujan monsun, yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM), tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan,DJF musim hujan,JJA musim kemarau) Region B : tipe ekuatorial Pola hujan equatorial, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan. Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Region A : tipe local Pola hujan lokal, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsun. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun.

Secara Rinci Pola Umum Hujan Di Indonesia Dapat Diuraikan Sebagai Berikut: 1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur. 2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat. 3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 900 m di atas permukaan laut. 4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar. 5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT. 6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti: Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari Februari.

7. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini.

Fenomena Regional yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia

1. Sirkulasi Monsun Asia Australia Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan degan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. 2. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi senantiasa berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, menyebabkan pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan cukup intensif. 3. Suhu Muka Laut di Wilayah Perairan Indonesia Kondisi suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan dan hujan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu muka laut dingin kurangnya potensi kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya suhu muka laut yang panas berpotensi cukup banyaknya uap air di atmosfer.

Ada empat sifat dasar iklim di yang ditentukan oleh faktor-faktor letak dan sifat kepulauan, yakni : 1. Indonesia mempunyai iklim yang panas (suhu rata-rata tahunan tinggi), karena letaknya di sekitar garis katulistiwa. 2. Kondisi Indonesia yang berupa kepulauan, yang tentu saja diselingi laut dan selat yang menyelingi pulau-pulau tersebut (amplitudo) antara siang dan menyebabkan relative perbedaan suhu harian pula

malam

kecil,

mengakibatkan

kelembaban udara selalu tinggi, bahkan di daerah-daerah yang dianggap kering

seperti di Nusa Tenggara Timur sekalipun kelembaban udara masih sekitar 70-80 %. Dengan demikian, angin yang berhembus di Indonesia terasa nyaman, tidak kering dan panas sebagaimana di Negara-negara yang jauh dari laut atau negaranegara arid. Kedaan udara Indonesia yang selalu lembab/basah inilah maka iklim Indonesia disebut iklim tropic basah. 3. Letak kepulauan Indonesia yang berada diantara posisi silang Benua Asia dan Australia, dengan musim yang berlawanan menyebabkan berhembusnya angin musim di atasnya, serta membawa pergiliran musim hujan dan musim kemarau di kepulauan Indonesia. Di Indonesia hanya terdapat dua musim, karena letak

Indonesia yang berada diantara garis lintang yang menjadi tempat peredaran semu matahari (disebut peredaran semu karena sesungguhnya bukan posisi mataharinya yang berubah, tetapi posisi buminya yang berubah terhadap matahari ketika bumi sedang berrevolusi mengitari matahari), dimana posisi matahari ini mempengaruhi sistem tekanan udara dan penguapan air laut yang merupakan bagian dari siklus hidrologi (hujan). 4. Indonesia bebas dari angin daerah lintang 10 LU/LS.
0

siklon dan anti siklon, karena angin siklon terjadi di

You might also like