You are on page 1of 12

Artikel Tentang sejarah prodi MI PGMI di Indonesia

Wardatul Holyyah

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan UndangUndang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
mensyaratkan peningkatan kualifikasi guru SD/MI dari lulusan DII menjadi minimal
lulusan S1 atau DIV. Pemberlakuan kedua regulasi tersebut berimplikasi pada
penyebarluasan Program S1 PGSD/S1 PGMI.
Sehubungan dengan itu, Direktorat Ketenagaan DIKTI telah menyusun standar
kompetensi Guru Kelas SD Lulusan S1 PGSD. Standar kompetensi tersebut seyogianya
dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum yang dilakukan pada Program Studi
S1 PGSD maupun S1 PGMI di setiap perguruan tinggi yang melaksanakan program
tersebut. Hadirnya program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) secara
institusional ini, paling tidak telah memberikan ruang gerak, arah, kebijakan serta
strategi dalam kerangka menyiapkan kompetensi keguruan kepada calon guru agar
menjadi ahli dan profesional secara akademik, serta memiliki sejumlah pengetahuan
keguruan yang menjadi modal dasar untuk menjadi tenaga pendidik yang layak,
kompeten, serta terikat dengan sejumlah kode etik keguruan pada tingkatan madrasah
Ibtidaiyah.
Program S-1 PGMI ini menjanjikan sejumlah harapan kepada calon guru MI dengan
bekal legalitas sarjana sebagai tenaga pengajar pada MI dengan sertifikasi untuk
mengajar di MI. Atas dasar pemikiran tersebut, maka pendirian program S-1 PGMI di
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dirasakan sangat penting dan strategis.
Dikatakan penting, karena melalui program S-1 PGMI dapat dijadikan awal dan
kesempatan bagi penyiapan guru yang profesional dan ahli pada tingkatan MI serta
dapat melahirkan lulusan MI dengan SDM yang baik pada tingkatan lokal dan nasional.
Diskusi Hasil Penelitian
a. Sejarah Berdirinya Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Guru Madarasah Ibtidaiyah (Prodi PGMI) sebenarnya bukan
merupakan Prodi baru di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya karena D II
PGMI pada tahun 2000 sudah pernah berdiri hanya saja eksistensinya tidak berlangsung
lama karena kurang tidak ada peminatnya, dan baru kembali menerima mahasiswa pada
tahun akademik 2005/2006, akan tetapi, seiring dengan munculnya regulasi baru
tentang pashing out program D II (Diploma dua) dan harus segera menjadi S1 (Strata
Satu) maka setelah melakukan proses pengurusan ijin penyelenggaran Prodi PGMI ke
Jakarta pada tahun 2007 tepatnya pada tanggal 10 Juli 2007 Dirjen Pendidikan Islam
Depag RI mengeluarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam nomor
Dj.I/257/2007 tentang Izin Penyelenggaraan Program Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) jenjang strata satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
selama 2 (dua) tahun yang pada saat itu hanya berjumlah 62 Prodi S1 PGMI pada
PTAIN maupun PTAIS seluruh Indonesia yang terdiri dari 23 PTAIN dan 39 PTAIS.
Pada saat itulah Prodi S1 PGMI Fakultas Tarbiyah menjadi program studi terbaru pada
jenjang Strata Satu (S1) yang berdiri di bawah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Surabaya setelah prodi matematika dan bahasa Inggris. Dua tahun kemudian setelah ijin
perpanjangan penyelenggaraan Program Studi PGMI tahun 2007 habis dan diajukan
kembali untuk perpanjangan ijin dua tahun lagi, maka turunlah Surat Keputusan
Direktur Jendral Pendidikan Islam nomor : DJ.I/485/2009 tentang Perpanjangan Izin
Penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Guru Madrsah Ibtidaiyah (PGMI) Jenjang
Stara Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berjumlah
24 PTAIN se Indonesia ditambah satu PTAIN lagi yaitu UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Berdirinya program studi ini tidak terlepas dari hasil kerja sama Departemen
Agama RI yang sekarang menjadi Kementerian Agama RI, IAIN Sunan Ampel
Surabaya dan Pemerintahan Australia yang diimplementasikan dengan nama LAPIS-
PGMI (Learning Assistance Program for Islamic Schools - Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah) yang berkantor di gedung Laboratorium Fakultas Tarbiyah lantai II. LAPIS-
PGMI telah bekerja sama dengan 7 (tujuh) PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam) di
Indonesia dengan bentuk kemintraan dalam konsorsium. Ketujuh anggota konsorsium
tersebut adalah Prodi S1 PGMI dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Mataram,
Unisma Malang, UIN Alauddin Makasar, UMI Makasar, Stain Ponorogo dan Unmuh
Ponorogo. Setiap Prodi PGMI pada Perguruan Tinggi tertentu juga bekerja sama dengan
MI (Madrasah Ibtidaiyah) mitra yang total jumlah keseluruhannya ada 81 MI Mitra
yang tersebar di Propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.1
Hingga periode ini (mulai 2007-2011), pengelolaan Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga jenjang S.1 baru mengalami dua
kali perubahan manajemen. Periode permulaan, yaitu tahun 2007-2010, Progdi PGMI
dikawal oleh Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd sebagai Kepala Progdi dan Ari Setiawan,
M.Pd sebagai sekretarisnya. Merekalah yang meletakkan dasar arahan ke depan tantang
Progdi PGMI sebagai salah satu program unggulan di STAIN Salatiga.
Periode berikutnya berubah seiring pemilihan Ketua STAIN masa bhakti 2010-2014.
Resufle kabinet menghasilkan perubahan pengelola PGMI, yakni Drs Sumarno
Widjadipa, M.Pd sebagai Kepala Program Studi PGMI, dan Miftachur Rifah Mahmud,
M.Ag sebagai sekretaris Program studi PGMI. 2
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) adalah
Program Studi yang dibentuk dari kepedulian Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
dalam meningkatkan mutu guru MI. PGMI bertujuan untuk menghasilkan calon-calon
guru kelas di MI yang memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, professional, dan
sosial. Kompetensi seperti ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap dunia pendidikan dan dapat menjawab tantangan sebagai akibat akselerasi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. PGMI menyediakan layanan
pendidikan S1 sesuai dengan amanat dari PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang menyebutkan persyaratan guru MI berijazah D4 atau S1. Layanan

1
http://ft.sunan-ampel.ac.id/publikasi/artikel/216-studi-orientasi-kurikulum-s-1-pgmi-fakultas-tarbiyah-
iain-sunan-ampel-surabaya.html

2
http://stainsalatiga.ac.id/jurusan/jurusan-tarbiyah/program-guru-madrasah-ibtidiyah-pgmi/
pendidikan S1 diberikan secara regular untuk siswa lulusan SLTA dan non regular
untuk lulusan D2/D3.
3

Hal ini mengingat dari berbagai komponen evaluasi program studi yang
ditetapkan oleh BAN PT prodi PGMI tidak memiliki data sebagaimana yang diminta
oleh borang akreditasi tersebut. Seperti data tentang jumlah alumni dan pencapaian IPK
dari lulusan prodi sama sekali tidak tersedia. Keadaan seperti ini sebenarnya tidak hanya
dialami oleh prodi PGMI UNISMA saja, namun hampir seluruh prodi PGMI se
Indonesia belum memiliki lulusan karena kelahiran prodi PGMI ini serentak sama di
seluruh Indonesia yang rata-rata berusia masih sangat muda, yakni dibentuk pada akhir
tahun 2007. Hanya saja prodi PGMI UNISMA didukung oleh ketersediaan beberapa
data tentang komponen evaluasi yang secara umum masuk dalam kategori : sangat baik.
Penyediaan kurikulum yang disusun hasil kerjasama dengan konsorsium prodi PGMI
secara Nasional yang tergabung dalam projrct LAPIS PGMI sebuah lembaga
pendidikan dari Australia sangat membantu prodi dalam memperkuat kapasitas dan
performa prodi untuk mengelola kegiatan pembelajaran di kampus. 4
Seperti halnya pada tujuan dibukanya Fakultas Tarbiayah STAIMNU
adalah untuk menghasilkan sarjana yang unggul dalam bidang profesi pendidikan serta
yang berjiwa religius. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dan sesuai dengan PP 17 dan
66 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan,, maka Kurikulum yang digunakan
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan Kurikulum KTSP ini
diharapkan dapat terbangun 4 pilar pengetahuan yakni : belajar mengetahui (learning to
know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to life
togethers) dan belajar menjadi seseorang (learning to be) yang kemudian disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuan sarjana komputer yang
diinginkan masyarakat.
5


3
http://pgmi.fitk-uinjkt.ac.id/profil/sejarah-fakultas.html
4
http://fai-unisma-malang.blogspot.com/2011/01/prodi-pgmi-unisma-telah-terakreditasi.html
5
http://staimnu.com/v2/index.php/program/sarjana-s1/pgmi

Dalam al quran

4O^~- c) El)4O
Og~-.- 4-UE ^ 4-UE
=}=Oee"- ;}g` -U4N ^g 4O^~-
El4O4 N4O^- ^@ Og~-.-
=^U4 U^) ^j =^U4
=}=Oee"- 4` uu4C ^)
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ketertinggalan kita sebagai bangsa Indonesia dalam menyiapkan mutu lulusan
pendidikan pada berbagai tingkatan, selain disebabkan oleh belum adanya pembenahan
total sistem pendidikan dan persekolahan kita selama ini, juga tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari adanya pengaruh warisan mental system pendidikan yang telah
dilaksanakan pada masa kolonial penjajahan di negeri ini.
Meskipun demikian, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak dapat bangkit untuk
membenahi sistem pendidikan persekolahan kita hari ini. Bagi kita, ada sejumlah
agenda pendidikan yang perlu dibenahi dalam usaha untuk memberikan pendidikan bagi
mahasiswa khususnya melalui program PGMI ini, antara lain, yaitu:
1. Lamanya Waktu Pendidikan, meliputi kuota semester yang memiliki durasi yang cukup
banyak pada setiap semester, waktu tempuh pendidikan pada setiap jenjang yang relatif
lama, kurikulum yang banyak, pelayanan pendidikan yang bertele-tele dan memakan
waktu yang panjang, manajemen yang tidak customer focused, birokrasi yang tumpang
tindih, dan sistem pembiayaan yang kurang memadai bagi peningkatan kualitas
pelayanan pendidikan kepada peserta didik (mahasiswa).
2. Mendesain pendidikan program PGMI agar mampu memberikan karakteristik ideal yang
menjanjikan, dengan upaya membekali mahasiswa program PGMI dengan sejumlah
kompetensi melalui tawaran kurikulum dan kemampuan berkompetisi, selain
membekali content teoretis juga profesional empiris sesuai dengan kebutuhan.
Secara nasional, jika dilihat pendidikan di tanah air telah memberikan bukti
nyata akan peran sertanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbarengan dengan
itu, tuntutan reformasi telah merambah ke berbagai tatanan kehidupan termasuk di
dalamnya pendidikan. Selain dari itu, pendidikan telah melahirkan sejumlah besar
lulusan, meskipun tidak sebanding dengan inovasi yang dilakukan dalam lembaga
pendidikan itu sendiri. Akibatnya, pendidikan kita dihadapkan pada krisis SDM
khususnya guru, baik dilihat dari jenjang pendidikan yang dimiliki, maupun bila dilihat
dari sisi kompetensinya.
Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk bagaimana penghapusan status
penyelenggaraan pendidikan melalui jalur D2 dan D3 yang diganti menjadi program
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah (PGMI). Lahirnya PGMI juga berarti pelunya
didesain format penyelenggaraan PGMI, sebagai penguatan pendidikan yang
diperuntukkan bagi Pendidikan calon guru Madrasah Ibtidaiyah, termasuk dalam hal ini
desain kurikulumnya dalam konteks kurikuum nasional. Kebijakan pendidikan yang
dibarengi dengan perubahan kurikulum telah menjadi landasan epistemologi keilmuan
yang dikembangkan oleh PTAI se-Indonesia akan sedikit berbeda dengan kurikulum
yang dikembangkan selama ini, hal ini disebabkan karena kurikulum PGMI seharusnya
mengintegrasikan kurikulum nasional dan kurikulum PGMI itu sendiri dengan tawaran
sejumlah keunggulan yang dikembangkan.
Itulah sebabnya, desain kurikulum haruslah berangkat dari Visi, misi perguruan
tinggi, pengembangan fakultas/jurusan/prodi, aspek potensi peserta didik, aspek
pengembangan sikap mental, aspek pengembangan potensi dasar peserta didik, aspek
tagihan belajar, aspek kebutuhan dan lapangan kerja. Apabila kita melihat realitas
kondisi kurikulum pendidikan kita hari ini, maka mengindikasikan lemahnya
pengembangan aspek-aspek utamanya yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan
stakeholder.
Dari sisi atau aspek kepemimpinan, perlu dipahami dan dikritisi komponen-
komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, dalam arti
perlunya menggali secara terus-menerus pertanyaan-pertanyaan mendasar serta
berusaha mencari alternatif jawabannya mengenai hal-hal yang terkandung dalam
masing-masing komponen dalam pengembangan kurikulum.
6

Program S1 PGMI ini, paling tidak sasaran PGMI seharusnya diarahkan pada
pencapaian sasaran, yaitu:
1. Memberi sejumlah kompetensi keguruan pada guru MI; Kompetensi yang
dimaksud adalah a) kompetensi pedagogik, b) kompetensikepribadian, c)
kompetensi sosial, dan d) kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi, yakni sebagai guru MI/SDI melalui program PGMI,
2. Mewujudkan kinerja (performance) pembelajaran guru secara optimal melalui
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan); kinerja
demikian diharapkan memberikan penyegaran terhadap proses pembelajaran
(instructional) dengan lebih menekankan pada pembelajaran berbasis siswa
sebagai sasaran (subyek) belajar melalui interaksi pembelajaran,
3. Penguasaan atas materi (content) kurikulum SD/MI dengan baik; yang ditandai
dengan kemampuan untuk menguasai kurikulum berupa komponen institut,
fakultas dan jurusan.
4. Memberikan kesempatan kepada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di
daerah secara nasional untuk bersama-sama dan berkompetisi melakukan
percepatan pendidikan dan perbaikan mutu pendidikan guru pada tingkatan
SD/MI di sekolah/madrasah secara nasional, antara lain melalui: Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Agama (LPTKA), PGMI, akreditasi, dan
sertifikasi,

6
http://taufik-siraj.blogspot.com/2010/07/alur-pikir-kurikulum-prodi-s1-pgmi-di.html

5. Menyiapkan calon guru SD/MI yang profesional, yang ditandai dengan
kemampuan teoritis-ilmiah, dan kemampuan aplikatif dengan program
magang, microteaching, PKLT, Kukerta, dan program lain.
6. Memenuhi kekurangan guru MI/SD secara nasional; kekurangan ini terjadi
sebagai akibat pertambahan angka usia sekolah (usia SD/MI), maupun karena
faktor-faktor lain seperti pertambahan jumlah penduduk, penyebaran masyarakat
dan pendidikan, pensiun, meninggal, dan sebagainya, sehingga membutuhkan
guru tidak saja secara kualitas tetapi juga kuantitas yang memadai dan berimbang
untuk memenuhi diseminasi pendidikan bagi kebutuhan guru MI/SDI.
7. Memperkuat kebijakan pemerintah di bidang peningkatan SDM guru melalui
program penghapusan D2/D3 menjadi S1 bagi semua guru pada berbagai
tingkatan dan jenis pendidikan; hal ini dilakukan sebagai komitmen untuk
memperkuat pelayanan dan mutu pendidikan bagi setiap peserta didik, sehingga
tidak ditemukan lagi guru yang mengajar hanya bebekal pendidikan D2 dan D3
secara nasional.
7

Prof.Dr.Sutrisno, M.Pd memberi dukungan sepenuhnya kepada
pembetukan asosiasi prodi PGMI karena prodi-prodi yang lain sudah ada
asosiasinya. Diharapkan dengan adanya asosiasi yang telah terbentuk, prodi
PGMI semakin berkembang dan dapat mengantarkan pendidikan dasar islam
khususnya MI sesuai yang diharapkan. Akhirnya pada pembetukan asosiasi ini
menghasilkan pembentukan asosiasi PGMI beserta struktur organisasinya dalam
kesempatan ini yang menjadi ketua adalah kaprodi UIN Sunan Kalijaga
Yogayakarta. Dan yang paling penting dalam acara ini menghasilkan
rekomendasi yang akan di bawa ke Kementrian Agama RI diantaranya adalah:
1. Menetapkan kurikulum S1 prodi PGMI
2. Menyamakan Kurikulum prodi PGMI dengan PGSD untuk materi umum
Mempertahankan materi keagaamaan

7
http://blog.sunan-ampel.ac.id/taufik/?p=241
3. Merekomendasikan adanya formasi dalam penawaran CPNS yang akan
datang bagi lulusan Prodi PGMI
4. Memperjuangkan hak Alumni PGMI setara dengan PGSD
5. Mengupayakan kaprodi PGMI tetap eksis
8

1. Kompetensi dan Etika Kelulusan yang Diharapkan
Ada dua macam kompetensi yang diharapkan dari out put Prodi PGMI.
Kompetensi utama adalah mampu menjadi guru pada jenjang sekolah dasar dan mampu
menjadi guru kelas baik pada Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah, dan mampu
menjadi tenaga administrasi di sekolah tersebut.
Kedua kompetensi tersebut di atas diukur dengan a)memiliki kemampuan
mendesain, mengaplikasikan dan mengevaluasi pembelajaran, b)mampu mengelola dan
menyelenggarakan administrasi sekolah/madrasah, c)mampu melaksanakan supervise
pendidikan, dan d)mampu melaksanakan bimbingan dan konseling.
2. Kurikulum Lokal dan Mata Kuliah Pilihan
Selain dari kajian-kajian keislaman dan ilmu keguruan yang sama-sama
dipelajari secara nasional pada Prodi PGMI seluruh Indonesia, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Suska Riau dibekali pula dengan kurikulum lokal dan mata kuliah
pilihan. Kurikulum itu berkaitan dengan budaya sekitar, seperti mata kuliah Sejarah
Islam Asia Tenggara dan Arab Melayu.
A. Sarana dan Prasarana
1. Ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan.
Saat ini Program Studi telah memiliki sarana dan prasarana, yang meliputi ruang
kuliah, fasilitas pelatihan pembelajaran, perpustakaan, perkantoran, ruang dosen, labor
computer, internet, fasilitas praktek matematika, praktek sains dan praktek ibadah.
Semua sarana dan prasarana tersebut dalam keadaan cukup baik dan bisa dimanfaatkan.

8
http://stia.almaata.ac.id/prodi/prodi-s1-pgmi/78-partisipasi-prodi-pgmi-stia-alma-ata-yogyakarta-
pada-pembentukan-asosiasi-prodi-pgmi-se-indonesia.html

Sarana dan prasarana tersebut tersedia melalui dana DIPA, OPF dan bantuan pihak
lainnya, termasuk Pemda Riau dan Islamic Development Bank (IDB).
2. Pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
Di antara sarana dan prasarana tersebut ada yang milik khusus Prodi PGMI,
seperti ruang kuliah dan perkantoran, dan ada pula milik bersama antar semua Prodi
yang ada di bawah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, seperti perpustakaan, laboratorium
computer dan internet.
3. Fasilitas Komputer dan Pendukung Pembelajaran dan Penelitian
Selain sarana dan prasarana di atas, Prodi juga memiliki komputer khusus
keperluan administrasi. Kemudian untuk menunjang proses pembelajaran dan penelitian
yang kondusif, Prodi memiliki pula media pembelajaran yang cukup baik dimanfaatkan
atau digunakan oleh semua dosen, di antaranya adalah laptop, in focus dan UHP.
9

Saat ini ada fenomena menarik, ketika kesibukan orang tua dengan beragam
kebutuhannya, tuntutan untuk menjadikan anak-anak mereka pintar atau lulus telah
mengalami pergeseran dari yang semestinya tanggung jawab orang tua, menjadi
tanggung jawab sepenuhnya para guru. Kondisi ini menambah deretan panjang beban
guru untuk terus melakukan tugasnya secara professional. Dalam konteks pelaksanaan
pendidikan, guru memiliki peran yang cukup sentral, dari mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, memfasilitasi, melatih, hingga menilai keberhasilan belajar
siswa. Terlebih lagi bagi mereka yang secara kebetulan menjadi guru pendidikan dasar.
Pendidikan dasar (baca: usia MI/SD)) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Pendidikan dasar umumnya diikuti oleh anak berusia 7-12 tahun, satu
etape perkembangan usia anak yang memiliki keunikan tersendiri, bahkan masa-masa
ini sering disebut masa keemasan (golden age), satu era yang sangat menentukan arah

9

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=21&cad=rja&ved=0CC4QFjAAOB
Q&url=http%3A%2F%2Fwww.uinsuska.info%2Ftarbiyah%2Fattachments%2F058_kurikulum.doc&ei=ltba
UICMKofqrQeYvoDwBA&usg=AFQjCNFg82Tc37sXLq0jUhgrHRIyu5HqXQ&bvm=bv.1355534169,d.bmk

potensi yang kelak dikembangkan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi guru
MI/SD untuk mengantarkan siswanya menjadi pribadi-pribadi yang unggul, tangguh,
serta mengenali semua potensi yang dimilikinya. Beragam cara/metode pembelajaran
semestinya terus dinovasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga
pembelajaran menyenangkan dengan proses interaksi yang ditunjukan guru-siswa,
dapat menghasilkan hasil (pengetahuan, nilai/karakter, serta keterampilan) yang
maksimal.
Kehadiran Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
melalui SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.I/257/2007 merupakan Prodi
yang diharapkan mampu menyelesaikan persoalan pendidikan dasar, seperti ketersedian
guru MI/SD yang masih kurang, minimnya kemampuan guru MI/SD, sehingga
pembelajaran tidak berjalan maksimal. PGMI bertujuan untuk menghasilkan calon-
calon guru kelas di MI/SD yang memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian,
professional, dan sosial. Kompetensi seperti ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap dunia pendidikan dan dapat menjawab tantangan sebagai akibat
akselerasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Melalui program PGMI ini,
maka desain dan format pendidikan dibangun melalui rekonstruksi kurikulum yang
meliputi bangunan filosofi kurikulum, desain kurikulum, uji kelayakan, dan
pembentukan silabus PGMI yang mengarah pada kompetensi tamatan, kompetensi
rumpun (hasil belajar, kompetensi PTAI) dan kompetensi mata pelajaran.
Hadirnya Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) secara institusional
ini, paling tidak telah memberikan ruang gerak, arah, kebijakan serta strategi dalam
kerangka menyiapkan kompetensi keguruan kepada calon guru agar menjadi ahli dan
profesional secara akademik, serta memiliki sejumlah pengetahuan keguruan yang
menjadi modal dasar untuk menjadi tenaga pendidik yang layak, kompeten, serta terikat
dengan sejumlah kode etik keguruan pada tingkatan madrasah Ibtidaiyah. Program
PGMI ini menjanjikan sejumlah harapan kepada calon guru MI/SD dengan bekal
legalitas sarjana sebagai tenaga pengajar pada MI/SD dengan sertifikasi untuk mengajar
di MI/SD.

Semoga, kehadiran prodi PGMI di PTAI, wabil khusus FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta memberikan harapan yang besar bagi output pendidikan ke depan, dapat
melahirkan calon guru kelas atau guru mata pelajaran MI/SD secara professional
dengan segenap kompetensi yang diharapkan. Amiin
10




10
http://pgmi.fitk-uinjkt.ac.id/profil/struktur-fakultas/senat-akademik-fakultas.html

You might also like