You are on page 1of 2

POLRES TAPUT TAHAN BIDAN PUSKESMAS TERSANGKA KASUS ABORSI

KASUS Polres Tapanuli Utara (Taput) menangkap dan menahan Bidan Desa, RS (33), warga Desa Pancur Batu Adian Koting, selaku Bidan Pembantu di Puskesmas Pembantu Pancur Batu Kecamatan Adian Koting Kabupaten Taput, Jumat, (1/6). RS diduga terlibat melakukan aborsi dan pengguguran bayi yang dikandung wanita SS (25), warga Desa Hutagalung Siwaloppu Tarutung hingga mengakibatkan bayi laki-laki 9 bulan meninggal dunia dan dikuburkan di belakang Puskesmas tempatnya bekerja. Kita sudah menahan bidan RS yang melakukan aborsi, orang yang diaborsi, perantara untuk persalinan aborsi, serta orang yang menguburkan bayi itu,tandas Kapolres Taput Kapolres Taput AKBP IKG Wijadmika SIK dalam pemaparannya kepada wartawan di Mapolres setempat, Jumat, sore (1/6). Menurut Kapolres, kini bayi yang sudah meninggal itu akan segera diboyong ke Rumah Sakit Umum Siantar untuk dilakukan otopsi memastikan penyebab kematiannya. Sebab, bayi itu sudah sempat dikubur di belakang Puskesmas, lalu kuburannya itu kita gali dan rencananya akan segera ke Rumah Sakit Umum Siantar untuk dilakukan otopsi,ucapnya. Kapolres juga menyampaikan, selain SS, bidan RS juga membantu melakukan tindakan aborsi dan pengguguran bayi terhadap wanita AA (22), warga Desa Sibalangga Kecamatan Adian Koting Taput. Sudah disuntik bebeberapa kali dan sudah diberikan obat-obat untuk menggugurkan kandungannya, namun ibu hamil itu sudah langsung kita tahan,ucapnya. Kasat Reskrim Polres Taput AKP Josua Tampubolon SH menyampaikan, kasus ini terungkap setelah ada laporan warga setempat yang merasa curiga terhadap tindak tanduk bidan yang bersangkutan di Puskemas.

Ada kepala desa melapor, sering ibu hamil menemui bidan itu di Puskesmas, tapi setelah diperhatikan beberapa kali, setiap ibu hamil yang datang tidak kelihat bayi yang dilahirkan, tetapi perutnya sudah kempis,ujar Josua menirukan laporan warga. Atas kecurigaan warga itu, Josua menyampaikan, pihaknya melakukan penyelidikan ke lapangan dengan dibantu warga sekitar. Ternyata setelah melakukan penyelidikan benar ada tindakan aborsi, yang melibatkan sejumlah perempuan hamil, dibantu bidan desa itu, tandasnya. Dia menyebutkan, modus operandi tindakan aborsi ini dilakukan bidan dengan cara menyuntik pasien beberapa kali dan memberikan obat peransang, hingga anak yang dikandungnya itu gugur. Kita sudah mengamankan sejumlah barang bukti berupa alat suntik, obat-obat dan sejumlah plastikc dari ruang praktek bidan yang bersangkutan,ujarnya. Disebutkan, berdasarkan hasil penyelidikan polisi, bidan desa dibayar Rp 3,5juta sekali melakukan aborsi per satu orang pasien. Pasal : Pasal 194 UU RI NO 36 tahun 2009, tetang kesehatan atau pasal 348 yo pasal 53 subs pasal 299 ayat 1 dan 2 KUHP dengan ancaman 10 tahun penjara. Penyelesaian Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk menekan kasus aborsi di Indonesia. Pencegahan bisa berupa pendekatan pendidikan agama. Pendidikan agama adalah satu dari sekian banyak cara efektif untuk mencegah terjadinya aborsi. Pendekatan agama tidak hanya mencegah aborsi, tapi mencegah remaja untuk tidak berpacaran di luar batas kewajaran. Mereka yang terkena kasus aborsi biasanya yang jauh dari pendidikan agama. Tindakan pencegahan kedua yang bisa dilakukan adalah pendekatan keluarga dalam membina remaja. Ayah dan ibu adalah sumber penerimaan ilmu sosial untuk kali pertama sebelum mereka keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain. Ayah dan ibu bertindak sebagai pendidik.

You might also like