You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG MASALAH Ukuran pupil normal bervariasi sesuai usia, dari orang ke orang, dan sesuai dengan keadaan emosi, tingkat kesiagaan, derajat akomodasi, dan cahaya ruangan. Diameter pupil normal adalah sekitar 3-4 mm, lebih kecil pada bayi, cenderung lebih besar pada masa kanak-kanak dan kembali mengecil secara progresif seiring dengan pertambahan usia. Ukuran pupil berkaitan dengan berbagai interaksi antara dilator iris, yang dipersarafi secara parasimpatis, dengan kontrol supranukleus dari lobus frontalis dan oksipitalis. Pupil secara normal juga berespons terhadap respirasi. Evaluasi respons pupil penting untuk menentukan lokasi lesi yang mengenai jaras optik. Pemeriksa harus mengetahui seluk-beluk neuroanatomi jaras-jaras respons pupil terhadap cahaya dan jaras-jaras untuk melihat dekat.

II.

RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang didapatkan:

1. 2. 3.

Anatomi pupil? Regulasi refleks pupil? Refleks pupil?

III.

TUJUAN Tujuannya adalah untuk mengetahui reaksi pupil itu sendiri, mengecilnya pupil pada

akomodasi dan konversi, dan mengecilnya pupil karena cahaya.

IV.

METODE PENULISAN Dalam penyusunan makalah ini penulis mengembangkan suatu metode yang sering

digunakan dalam pembahsan makalah sederhana, dimana penulis menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehingga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

Anatomi Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari : 1. Berkurangnya rangsangan simpatis 2. Kurang rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan. Sudut bilik mata depan Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula
3

mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.

Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer

II.

Konvergensi dan Akomodasi


Refleks-refleks ini diteruskan dengan melihat objek yang digerakkan mendekati

pengamat di dalam lapang pandang. Refleks yang disebut juga sebagai respons dekat sebetulnya terdiri dari tiga proses yang terjadi secara simultan: Konvergensi,: m. rectus medialis kedua mata teraktivasi sehingga tiap-tiap aksis optikal terus menunjuk langsung ke objek yang sedang diamatai. Kondisi ini

mempertahankan bayangan objek tetap berada di fovea masing-masing mata. Akomodasi : kontraksi m. siliaris mengendurkan struktur penggantung lensa. Karena ini bersifat elastis secara instrinsik, lensa kemudian mencembung, sehingga memiliki

kekuatan refraksi yang lebih tinggi. Proses ini mempertahankan bayangan retina suatu objek tetap dalam fokus saat benda digerakkan mendekati mata. Sebaliknya, apabila benda digerakkan menjauhi mata atau pandangan seseorang diarahkan ke titik yang lebih jauh, relaksasi m. siliaris memungkinkan struktur penggantung menarik lensa kembali ke bentuk yang lebih datar, menurunkan kekuatan refraksinya dan sekali lagi mengembalikan bayangan visual ke fokus yang tajam. Konstriksi pupil: pupil berkonstriksi untuk mempertahankan bayangan retina objek yang dekat setajam mungkin.

Ketiga proses ini dapat diaktifkan secara volunter dengan melakukan fiksasi pada objek dekat dan juga terjadi sebagai refleks ketika objek yang jauh bergerak mendekati pengamat.

III.

Regulasi Refkes Cahaya Pupil

Lebar pupil bervariasi berkaitan dengan adanya cahaya: cahaya terang menginduksi konstriksi pupil, dan kegelapan menginduksi dilatasi pupil. Refleks cahaya pupil berperan untuk memodulasi jumlah cahaya yang jatuh ke retina, baik untuk melindungi fotoreseptor dari penyinaran yang berlebihan dan berpotensi merusak, maupun untuk menjaga bayangan visual objek pada fokus yang sebaik mungkin diretina, analog dengan diaphragma cahaya. Refleks ini seluruhnya involunter; korteks serebri tidak terlibat dalam lengkung refleks.

Lengkung aferen refleks cahaya pupil


Serabut aferen menyertai serabut visual di nervus dan traktus optikus di dekat korpus genikulatum laterale, tetapi tidak langsung masuk ke struktur tersebut, melainkan berbelok ke arah kolikulus superior dan berakhir di nuklei area pretektalis. Interneuron yang terletak disini berproyeksi lebih lanjut ke nuklei parasimpatik Edinger-Westhpal kedua sisi. Persarafan bilateral nuklei Edinger-Westhpal ini merupakan dasar anatomis respons cahaya konsensual; penyinaran cahaya pada satu mata menginduksi kontriksi pupil tidak hanya pasa sisi mata tersebut, tetapi juga pupil kontralateral.

Lengkung eferen refleks cahaya pupil.


Serabut eferen berasal dari nukleus Edinger-Westhpal dan berjalan di nervus okulomotorius ke orbita. Serabut praganglionik parasimpatis bercabang dari nervus okulomotorius di dalam orbita dan berjalan ke ganglion siliare, yang sel-sel ganglionnya membentuk stasiun relay sinaptik. Serabut postganglion yang pendek keluar dari ganglion siliare dan kemudian memasuki bola mata dan mempersarafi m.spinghter pupilae.

Stimuli lain yang memengaruhi lebar pupil.


Lebar pupil bervariasi tidak hanya sebagai respons terhadap cahaya tetapi juga sebagai respons terhadap berbagai jenis stimuli yang berasal dari luar mata. Stimuli nyeri hebat, seperti cubitan kuat pada otot-otot leher, serta meningkatnya rangsangan emosi dapat
5

mencetuskan dilatasi pupil. Midriasis yang terjadi pada situasi ini terjadi akibat peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan kontraksi m. dilator pupilae. Namun, penelitian terkini menujukkan bahwa penurunan aktivitas persarafan mungkin merupakan faktor yang lebih penting. parasimpatis pupil

IV.

Persarafan Simpatis dan Parasimpatis Mata

Persarafan parasimpatis mata. Persarafan parasimpatis m. sfingter pupillae dan m. silliaris telah dibahas di dalam hubungannya dengan refleks cahaya pupil dan refleks akomodasi. Aktivasi suplai parasimpatis ke mata bermanifestasi sebagai konstriksi pupil (miosis) dan akomodasi sebagai respons terhadap objek yang dekat.

Persarafan simpatis mata. Area nuklear tempat munculnya persarafan simpatis, disebut pusat siliospinalis, terletak di kornu laterale medula spinalis dari C8 hingga T2. Serabut preganglionik berasal dari sini dan naik ke stasiun relay di ganglion servikale superius, tempat keluarnya serabut postganglionik dan kemudian berjalan naik bersama dengan arteri karotis interna dan arteri oftalmika ke dalam orbita, akhirnya mencapai dan mempersarafi m. dilator pupilae, m.tarsalis superior dan inferior, dan m.orbitalis. Serabut simpatis lainmempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah setengah sisi wajah ipsilateral.

Suplai aferen pusat siliospinalis: Serabut aferen dari retina berjalan ke hipotalamus, tempat munculnya jaras simpatis sentral. Jaras ini menyilang garis tengah setinggi

mesensefalon dan berjalan turun ke batang otak dan medula spinalis servikalis ke pusat siliospinal.

V.

Refleks pupil (reaksi cahaya pupil)


Reaksi cahaya pupil terdiri dari rekasi cahaya langsung dan tidak langsung

(konsensual). Pada pemeriksaanini pasien disuruh melihat jauh (memfiksasi pada benda yang jauh letaknya), setelah itu mata kita senter ( beri cahaya) dan dilihat apakah ada reaksi pada pupil. Pada keadaan normal pupil mengecil. Bila demikian halnya, disebut rekasi cahaya langsung positif. Kemudian perhatikan pula pupil mata yang satu lagi, apakah pupilnya ikut mengecil oleh penyinaran mata yang lainnya itu. Bila demikian, disebut reaksi cahaya-tidaklangsung (konsensual) positif. Selama pemeriksaan ini harus dicegah agar pasien tidak memfiksasi matanya pada lampu senter, sebab dengan demikian akan ada pula refleks akomodasi yang juga menyebabkan mengecilnya pupil. Oleh karenanya pasien harus selalu melihat jauh selama pemeriksaan ini.

Ada satu kelainan, dimana refleks pupil negatif, namun refleks akomodasi positif; hal ini disebut sebagai gejala Argyl Robertson atau pupil Argyl Robertson. Pupil Argyl Robertson dapat dijumpai pada penyakit sifilis, arteriosklerosis, tumor otak, meningitis, alkoholisme kronis, dan diabetes mellitus..

Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif. Bila mata yang lainnya baik, maka penyinaran mata yang baik akan menyebabkan mengecilnya pupil pada mata yang buta tersebut ( reaksi cahaya tak-langsung). Jadi, bila reaksi cahaya langsung negatif, sedangkan rekasi cahaya tak langsung positif, maka kerusakannya pada nervus II. Sebaliknya, pada kelumpuhan nervus III, reaksi cahaya langsung dan tidak langsung ialah negatif.

VI.

Refleks akomodasi.
Penderita disuruh melihat jauh, kemudian ia disuruh melihat dekat, misalnya jari kita

yang ditempatkan dekat matanya. Refleks akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil mengecil. Pada kelumpuhan nervus II refleks ini negatif.

VII.

Refleks pupil.

Merupakan refleks yang terjadi pada pupil, seperti : Refleks pupil langsung, mengecilnya pupil yang disinari. Refleks pupil tidak langsung (konsensual), mengecilnya pupil yang tidak disinari. Refleks ini terjadi akibat adanya dekusasi. Refleks koklear, dengan rangsangan garpu nada akan terjadi midriasis setelah miosis. Refleks sinar, dengan rangsangan sinar kedua pupil mengecil. Refleks orbikular, dengan rangsangan menutup kelopak dengan kuat terjadi monokular miosis. Refleks trigeminus, merangsang kornea akan terjadi midriasis yang disusul dengan miosis. Refleks psikosensorik, dengan merangsang psikis atau sensorik akan terjadi midriasis bilateral. Refleks vagotonik, dengan rangsangan inspirasi dan ekspirasi maka akan terjadi midriasis dan miosis. Refleks vestibular, dengan rangsangan panas akan tejadi bilateral midriasis disertai dengan hipus. Refleks okulopupil, bila kornea, konjungtiva, dan kelopak terangsang oleh sesuatu maka akan terlihat pupil yang menjadi kecil. Bila rangsangan ini cukup lama maka akan terlihat pupil yang tetap kecil. Refleks dekat, pupil kecil atau miosis waktu melihat objek dekat, hal ini terutama berkaitan dengan konvergensi selain daripada akomodasi.

VIII. Defek Pupil Aferen. Salah satu penilaian terpenting yang harus dilakukan pada pasien yang mengeluhkan penurunan penglihatan adalah menentukan apakah keluhan tersebut disebabkan oleh masalah pada mata atau oleh masalah nervus opticus yang cenderung lebih serius. Bila terdapat suatu lesi di nervus opticus, reflek pupil tehadap cahaya kuraang kuat saat normal dirangsang. Fenomena ini disebut defek pupil aferen relatif. Fenomena ini juga akan positif bila terdapat suatu lesi besar di retina atau lesi berat du makula. Katarak yang padat sekalipun tidak mengganggu respons pupil.
8

Defek aferen absolut adalah istilah yang digunakan bila tidak ada refleks pupil terhadap cahaya pada mata yang buta total. Penyinaran mata yang normal akan tetap menimbulkan respons langsung di mata tersebut dan respons konsensual di mata yang buta tadi.

Suatu defek pupil aferen tetap dapat diketahui bila satu pupil tidak terlihat, akibat penyakit kornea, atau tidak dapat merespons akibat kerusakan struktural atau kerusakn pada persarafannya.

IX.

CARA KERJA

Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konversi. Pada anda sendiri, mengecilnya pupil dapat dilihat dengan menggunakan cermin mula-mula anda akan melihat jauh di dalam cermin. Anda melihat sekarang bahwa pupil dalam bayangan tersebut mengecil.

Anda dapat melihat mengecilnya pupil pada Orang percobaan dengan cara: (OP) disuruh melihat jauh kemudian seakan-akan disuruh melihat jari anda yang ditempatkan kirakira 20cm dumuka (OP).

Mengecilnya pupil karena cahaya. OP disuruh melihat ketempat yang terang kemudian disuruh menutup matanya, setelah menunggu beberapa saat, OP disuruh membuka mata kembali sehingga akan terlihat pupilnya mengecil. Pada saat ini terjadi refleks yang dinamakan refleks pupil.

OP disuruh melihat ketempat yang terang. Satu mata ditutup dengan tangan maka akan terlihat pupil mata yang lain membesar walaupun cahaya tidak berubah. Mata yang tadi ditutup sekarang dibuka, kelihatan bahwa pupil mata yang mengecil lagi, walaupun cahayanya tidak berubah. Didalam mata yang tertutup ini terjadi refleks pupil yang konsesual. Percobaan ini dapat dilakukan pada diri sendiri dengan melihat bayanganbayangan pupil pada cermin. Satu mata OP disinari dengan flash light terlihat bahwa tidak hanya mata yang disinari pupilnya mengecil tetapi pupil yang tidak disniari juga ikut mengecil. Didalam mata yang disinari terjadi refleks pupil.

Refleks pupil itu sendiri. Pada anda sendiri satu mata ditutup dengan tangan, didepan mata yang lain ditempatkan sebuah tabung sepanjang 25 mm dengan dasar yang berlubang. Melalui lubang tersebut anda melihat ketempat yang terang. Mata yang tadi ditutup dibuka kembali, lubang didalam dasar tabung tadi akan kelihatan mengecil.

10

BAB III PENUTUP

I.

KESIMPULAN
Pupil merupakan lubang pada iris dan fisiologinya merupakan indikator (petunjuk)

mengenai status fungsional jaringan sekitarnya dan keadaan retina serta keadaan struktur intracranial. Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari sel-sel di retina dan berakhir di daerah pretektum, sedangkan bagian eferen dibagi menjadi lintasan parasimpatis dan lintasan simpatis. Pusat pengaturan supranuklear adalah dari lobus frontalis (kewaspadaan) dan lobus oksipitalis (akomodasi). Respons pupil terhadap cahaya dalah suatu refleks murni yang keseluruhan jarasnya terletak di subkorteks.

II.

SARAN

Sebagai

penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran saran dan

kritikan bagi para pembaca yang penulis hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang penulis laksanakan

11

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2007. Asbury, Vaughan. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. S.M. Lumbantobung. Neurologi klinik, pemeriksaan fisik dan mental. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2012 Baehr, Mathias. Diagnosis topik neurologi dasar Duus: anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010

12

You might also like