You are on page 1of 19

Tugas Pendahuluan

PEMILIHAN MEDIUM KULTUR BAKTERI DI LABORATORIUM


A.Milka.Betaubun, Rahmafitria, Irda Handayani, Nurhayana Sennang Bagian Ilmu Patologi Klinik FK UH/BLU RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makasar

I.

PENDAHULUAN Bagi sebagian besar penyakit infeksi, biakan masih merupakan hal utama

yang digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti.1 Pembiakan adalah proses memperbanyak organisme dengan memberikan keadaan lingkungan yang tepat.2 Telah dikembangkan berbagai medium pertumbuhan cair dan padat untuk menumbuhkan sebagian besar bakteri dan jamur di laboratorium.1 Ketahanan dan kelangsungan hidup suatu mikroorganisme tergantung dari adekuatnya suplai makanan dari lingkungan pertumbuhan yang sesuai.3 Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ,yaitu : 1. Faktor fisik : temperatur, pH media, tekanan osmotik, dan cahaya atau radiasi.2,5 2. Faktor kimia : oksigen, trace elements ( Mn,Zn,Co,Mo,Ni,Cu), dan faktorfaktor pertumbuhan organik, termasuk nutrisi yang terdapat dalam medium pertumbuhan. 2,3,5 Bakteri dapat dikelompokkan ke dalam golongan-golongan untuk mempermudah identifikasi akhir oleh laboratorium. Pengetahuan tentang kebutuhan oksigen, morfologi koloni dan pewarnaan gram, serta reaksi uji katalase dan oksidase bakteri sangat mempersempit pilihan.1

Berdasarkan kebutuhan oksigennya, bakteri dapat dibagi dalam lima kategori : 1. Aerob obligat : menghasilkan energi secara eksklusif dari metabolisme tergantung pada oksigen (respirasi aerobik). 2. Aerob mikroaerofilik : memerlukan oksigen untuk pertumbuhan , tetapi pada konsentrasi yang lebih rendah daripada yang ditemukan di atmosfer bumi. 3. Anaerob fakultatif : menghasilkan energi dari metabolism tergantung pada oksigen atau tidak tergantung oksigen (fermentasi , peragian). 4. Anaerob aerotoleran : secara eksklusif bergantung pada peragian sebagai sumber energi, namun toleran terhadap oksigen di atmosfer. 5. Anaerob obligat : menghasilkan energi dari peragian, tetapi terhambat atau mati oleh oksigen di atmosfer.1,5

II.

JENIS MEDIUM KULTUR Kultur dilakukan dalam dua bentuk yaitu pertumbuhan di dalam medium

cair yang memperbanyak jumlah organisme yang ada; pertumbuhan di dalam medium padat yang menghasilkan koloni individu yang dapat dipisahkan untuk identifikasi, uji kerentanan, dan penentuan tipe.4 A. MENURUT KANDUNGAN NUTRISINYA : 1. Defined medium (synthetic medium) Merupakan medium yang komponen penyusunnya sudah diketahui atau ditentukan. Medium ini biasanya digunakan dalam penelitian. Contoh : medium untuk Escherechia coli.5,6 2. Medium kompleks (complex medium) Merupakan medium yang tersusun dari komponen yang secara kimia tidak diketahui dan umumnya diperlukan karena kebutuhan nutrisi mikrooganisme tertentu tidak diketahui. Komponen medium kompleks terdiri atas hasil penguraian atau ekstrak dari berbagai jenis jaringan tumbuhan, daging, kasein, dan ragi yang kaya akan polipeptida, asam amino, vitamin dan mineral. Contohnya : Mac Conkey Agar, Tryptic Soy Broth.5,6
2

3. Medium umum (general medium) Merupakan medium semi sintetik atau alami yang mengandung nutrisi umum untuk mikroorganisme. Contohnya : Nutrient Agar, Potatoes Dextrose Agar, Tryptic Soy Broth.5,6 4. Medium penyubur (enrichment media) Merupakan medium yang berguna untuk mempercepat

pertumbuhan mikroorganisme tertentu atau medium sintetik yang mengandung komponen yang berasal dari ekstrak jaringan tumbuhan dan hewan. Contoh : BHIB.5,6 5. Medium selektif (selective medium) Merupakan medium sintetik yang dapat ditambahkan zat kimia tertentu yang dapat mencegah pertumbuhan sekelompok mikroorganisme. Contoh : Mac Conkey Agar, Brilliant Green Lactose Bile Broth, Lowenstein Jensen (L J).1,2,5,6

Gambar 1. Medium Lowenstein Jensen Sumber : Koleksi Laboratorium Patologi Klinik RSWS,2011 6. Medium diferensial (differential media) Merupakan medium yang mengandung senyawa kimia tertentu yang dapat membedakan sifat mikroorganisme tertentu dalam suatu kultur campuran dari jenis mikroorganisme lainnya karena adanya perbedaan respon terhadap senyawa kimia. Contoh : Eosine Methylene Blue (EMB), Mac Conkey Agar (MC).1,2,5,6

7. Medium khusus Digunakan untuk bakteri anaerob. Biasanya ke dalam medium tersebut ditambahkan bahan yang dapat mereduksi kandungan oksigen dengan cara pengikatan kimiawi. Contoh bahan-bahan itu adalah natioglikolat, sistein, asam askorbat. Sebagai indikator anaerob digunakan rezasurin (bila terjadi oksidasi- yang berarti bakteri bersifat aerobik akan terbentuk warna merah).5,6 Terdapat tiga kategori medium pertumbuhan yang sering digunakan yaitu medium non selektif, medium selektif, dan medium differensial.1,2,5,6

B. MENURUT JENIS BAKTERI : I. BAKTERI AEROB Untuk bakteri aerob, medium pertumbuhan yang baik syaratnya adalah : 1. Suhu inkubasi antara 35-37 o C 2. Kadar CO2 antara 5 10 % 3. Lama inkubasi umumnya antara 48 72 jam, tetapi dapat sampai 14 hari bila digunakan medium yang diperkaya. 2,6,7,8,9

Medium dasar yang digunakan untuk bakteri-bakteri aerob adalah : 1. BRAIN HEART INFUSION BROTH ( BHIB) Brain Heart Infusion Broth adalah medium cair untuk berbagai mikroorganisme baik yang aerob atau anaerob dari bakteri, jamur, dan ragi.5 Secara rutin medium ini selalu tersedia di laboratorium dan dapat digunakan sebagai medium kultur darah dan medium basal untuk tes-tes metabolik, misalnya untuk identifikasi awal bakteri Pneumococcus, dan Meningococcus.2,6 1. Bahan : a) Campuran BHI untuk 1 liter air berupa daging cincang 450 g, aquades 1 liter (L), pepton 10 g, NaCl 5 g, phosphat buffer dan dekstrose (sedikit). Streptococcus,

b) BHI substrat, dengan komposisi 1 L berisi nutrient substrat (ekstrat brain, heart, dan pepton) 27,5 g, glukosa 2,0 g, sodium chloride 5,0 g, disodium hydrops phosphate 2,5 g.2,6 2. Spesimen : a) Darah Menggunakan darah vena. Waktu pengambilan sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau sampai 72 jam setelah diterapi antibiotik terakhir. Bila jarak ke laboratorium jauh, maka darah dimasukkan ke dalam botol atau medium transport (Carry Blair) yang berisi antikoagulan Sodium Polyantnethol Sulfonate (SPS) 0,05 % (perbandingan 0,1 : 1). Volume yang digunakan pada anak 2-3 ml, sedangkan pada orang dewasa 5-10 ml. Untuk penyimpanan spesimen tidak boleh lebih dari 24 jam dan pengirimannya harus segera.2,5,6,7 b) Spesimen yang lain, contohnya jaringan tubuh, pus, cairan tubuh, dan feses, dengan perbandingan volume spesiemen dan medium yaitu 1: 10.2,6,7,8,9 3. Organisme kontrol : a) Neisseria meningitidis (ATCC 13090) b) Streptococcus pneumonia (ATCC 6305) c) Streptococcus pyogenes (ATCC 19615).10,11

2.

BLOOD AGAR (BA) Medium ini biasanya digunakan untuk melihat terjadinya hemolisis

pada beberapa mikroorganisme yang diakibatkan oleh produk enzim ekstraseluler (streptolisin O) yang bereaksi dengan eritrosit dan bersifat antigenik. Reaksi hemolisis terjadi ketika dilakukan penggoresan atau penusukan pada medium. Berdasarkan banyaknya hemolisis yang terjadi maka aktivitas hemolitik di bagi atas tiga kategori yaitu gamma hemolisis, alpha hemolisis, beta hemolisis.2

1. Bahan : a) Campuran bahan : Ekstrat hati 10 g, triptose 10 g, NaCl 5 g, agar 15 g, pH 6,9. b) 4-8% darah domba segar 20 cc.2 2. Spesimen : darah (volume, penyimpanan dan pengiriman, sama dengan BHIB).2,6,10 3. Organisme kontrol : a) Streptococcus pneumoniae (ATCC 10231) b) Pseudomonas aeruginosa (ATCC 10145) c) Staphylococcus aureus (ATCC 25923).10,11

3. MAC CONKEY (MC) AGAR Medium Mac Conkey Agar adalah medium padat selektif atau medium diferensial untuk isolasi, identifikasi dan kultur Enterobacter sp, karena adanya kandungan kristal violet yang dapat menghambat pertumbuhan coccus gram positif, sebaliknya basil gram negatif tumbuh dengan mudah. Fermentasi laktosa Enterobacter menurunkan pH medium yang dideteksi oleh indikator merah netral, menghasilkan koloni merah atau naik. Mikroorganisme lain yang tidak termasuk Enterobacter seperti Pseudomonas dan Aeromonas tumbuh di Mac Conkey Agar. Sukrosa dalam konsentrasi 1% yang ditambahkan ke Mac Conkey Agar untuk memungkinkan deteksi anggota tertentu dari kelompok coliform yang memfermentasi sukrosa.2,6,10 1. Bahan : a) Campuran MC agar : pepton 20 g, neutral red 0,075 g, bile salt 5 g, agar 12g, laktosa 10 g, aquades1 liter,dan NaCl 5 g. b) Substrat MC agar : pepton dari casein 17 g, bile salt mixture 1,5 g, pepton dari daging 3 g, neutral red 0,03 g, sodium chloride 5 g, kristal violet 0,001 g, laktose 19 g, dan agar 13,5 g.2,10 2. Spesimen : a) Darah, jaringan tubuh, pus, cairan tubuh, dan feses yaitu untuk volume, penyimpanan, dan pengiriman sama dengan BHIB.2,5,6,7
6

b)

Urin Spesimen yang digunakan adalah urin pagi porsi tengah, aspirasi

dan supra pubik. Volume yang digunakan sekitar 10-20 ml. waktu pengambilan, sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau 48 -72 jam setelah diterapi antibiotik terakhir. Untuk penyimpanan, sampel harus dites paling lambat satu jam setelah pengambilan. Jika tidak memungkinkan simpan dilemari es (2-80C), kemudian harus dites maksimal 18 jam. Untuk pengiriman spesimen dapat digunakan cool box (2-80C), kecuali jika waktu perjalanan kurang dari satu jam.2,6 3. Organisme kontrol : a) Escherechia coli ( ATCC 25922 ) b) Proteus mirabilis ( ATCC 12453 ) c) Enterococcus faecalis ( ATCC 29212 ).10,11

Gambar 2: Keterangan : Muller Hilton (1), Nutrient agar (2), Mac Conkey (3) Sumber : Koleksi Laboratorium Patologi Klinik RSWS,2011

II.

BAKTERI ANAEROB Bakteri anaerob telah dilaporkan sebagai penyebab infeksi hampir semua tempat anatomik, antara lain : 1. Susunan saraf pusat, infeksi terkait yang umumnya meliputi sinusitis, otitis media dan mastoiditis. 2. Saluran napas bagian atas meliputi hampir semua infeksi gigi.
7

3. Pleuropulmonal, termasuk pneumonia aspirasi yang diikuti komplikasi supuratif. 4. Kulit dan jaringan lunak 5. Bakterimia.10,12 Ada beberapa medium kultur yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri anaerob: 1. THYOGLYCOLLATE BROTH (THIO) Merupakan medium yang mendukung pertumbuhan semua jenis bakteri.13 Medium ini mengandung sodium thyoglicollate, yang dapat berikatan dengan oksigen yang berfungsi sebagai komponen pereduksi. Pada medium ini juga terdapat indicator potensial redoks sodium rezasurin, yang menghasilkan warna pink pada lingkungan teroksidasi.8,10 1. Bahan : ( untuk 1 liter ) Casitone 15,0 g, yeast extract 5,0 g, dekstrosa 5,5 g, sodium chloride 2,5 g, L-cystine 0,5 g, sodium thioglycollate 0,5 g.10 2. Spesimen : a) Darah : untuk pengambilan spesimen, sebaiknya menggunakan jarum, setelah sampel diambil, keluarkan udara yang ada, mata jarum ditekuk atau ditusukkan pada prop karet. Volume sama dengan BHIB. Medium transport, misalnya anaerobik jar.8,10

Gambar 3: Anaerobik Jar Sumber : Koleksi Laboratorium Patologi Klinik RSWS,2011


8

b) Spesimen yang lain, misalnya : jaringan dan swab (pus).2 3. Organisme kontrol : a) Bacteroides vulgatus ( ATCC 8482 ) b) Clostridium sporogenes ( ATCC 11437 ) c) Clostridium sporogenes ( ATCC 19404 ).10,11

2. BRUCELLA BLOOD AGAR (BRU) Brucella agar adalah medium kultur untuk Brucella sp, dengan penambahan darah domba 5% medium ini dapat digunakan secara kuantitatif untuk bakteri yang fastidious dan non fastidious.10 Merupakan medium isolasi yang mendukung pertumbuhan hampir semua obligat anaerob, fastidious aerob, dan fakultatif anaerob.13 Medium ini dapat digunakan sebagai medium selektif, non selektif dan medium penyubur.10 Untuk menciptakan kondisi anaerob, dapat digunakan GasPak system anaerob. GasPak adalah suatu sistem yang membuat lingkungan bebas oksigen, berisi dua tablet kimia (natrium borohidrida dan natrium bikarbonat) dalam amplop dan air yang akan bereaksi dengan bahan kimia tersebut dan menghasilkan gas hidrogen dan karbon dioksida.10 1. Bahan : ( untuk 1 liter ) Pancreatic digest of casein 10,0 g, peptic digest pada jaringan hewan, yeast extract 2,0 g, dekstrosa 1,0 g, sodium chloride 5,0 g, sodium bisulfate 0,1 g, agar 15,0 g.10 2. Spesimen : a) Darah, untuk pengambilan spesimen dan volume sama dengan thyoglicollate broth. b) Makanan.10 3. Organisme kontrol : a) Brucella abortus ( ATCC 11192 ) b) Brucella suis ( ATCC 4314 ) c) Staphylococcus aureus ( ATCC 25923 ) d) Streptococcus pyogenes ( ATCC 19615 ).10,11
9

3. PHENYLETHYL ALCOHOL AGAR (PEA) Merupakan medium selektif untuk isolasi bakteri gram positif dan gram negatif, terutama digunakan untuk bakteri basil gram negatif, mengandung phenylethyl alkohol yang bersifat bakteriostatik untuk bakteri gram negatif, dengan menghambat sintesis DNA .10,13 1. Bahan : ( untuk 1 liter ) Pancreatic digest of casein 15,0 g, peptic digest of soybean meal 5,0 g, sodium chloride 5,0 g, - phenylethyl alkohol 2,5 g, agar 15,0 g.10 2. Spesimen : a) Darah, untuk pengambilan spesimen dan volume sama dengan thyoglicollate broth. b) Spesimen lain : urin, feses, pus (swab).10 3. Organisme kontrol : a) Proteus mirabilis ( ATCC 12453 ) b) Staphylococcus aureus ( ATCC 25923 ) c) Streptococcus pyogenes ( ATCC 19615 ).10,11

10

Algoritme isolasi dan identifikasi bakteri (modifikasi)2: Darah *

Hari I

Medium diperkaya (BHIB) Inkubasi 370C, 18-24 jam Tumbuh

Hari II

Isolasi koloni pada medium selektif & non selektif (MC,NA) ** Inkubasi 370C, 18-24 jam

Hari III

Pewarnaan Gram

Bakteri Gram (+)


MC (+), NA (+)

Bakteri Gram (-)


MC (+), NA (-)

Hari IV

Tes

Katalase

Tes Biokimia Inkubasi 370C, 18-24 jam

Hari V

Tes Sensitivitas Inkubasi 370C, 18-24 jam

Interpretasi

Keterangan : * : spesimen yang lain (pus, jaringan, sputum,feses)

** : spesimen urin (tidak diinokulasi pada BHIB tapi MC dan NA)


11

DAFTAR PUSTAKA
1. Sacher,R.A,McPherson,R.A. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, ed. 11, EGC : Jakarta, 2004, hal 403-21. 2. Hardjoeno,H, dkk. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas Kuman serta Upaya Pengendaliannya,Cahya Dinan Rucitra : Makasar, 2007, hal 5-12, 23-42,52-65. 3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Pembiakan Mikroorganisme, Dalam : Mikrobiologi Kedokteran, ed 23, EGC : Jakarta, 2008, hal 63-71. 4. Gillespie,S; Bamford,K.. Pemeriksaan Laboratorium pada Infeksi. Dalam : At Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi, ed 3, Erlangga : Jakarta, 2009, hal 14-5. 5. Pratiwi,S.T. Mikrobiologi Farmasi, Erlangga : Jakarta, 2008, hal 111-8. 6. Safitri, Ratu; Novel, Sinta Sasika. Medium untuk Mikroorganisme, Dalam : Medium Analisis Mikroorganisme. Trans Info Media : Jakarta, 2010, hal 1-3. 7. Gandasoebrata,R. Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat : Jakarta, 2009, hal 190,195 . 8. Cappucino,J. G; et al. Microbiology a Laboratory Manual, 6th ed, Pearson Education : San Fransisco, 2001, page 83, 113-115. 9. Mahon, C. R; et al. Text Book of Diagnostic Microbiology, 4th ed , Saunders Elsevier : Missouri, 2011, page 170. 10. Zimbro, M.J; et al. Monographs in : Difco & BBL Manual Manual of Microbiological Culture Media, 2rd ed ,Becton,Dickinson and Company : Marryland USA, 2009, page 15, 89-90,328, 372, 398. 11. S.Basu,A. Quality Control of Culture Media in a Microbiology Laboratory. http://medind.nic.in/iau/t05/i3/iaut05i3p159.pdf, 2005, diakses tanggal 23 Agustus 2011, jam 03.07 am wita 12. Muliawan, SY. Bakteri Anerob. Dalam : Bakteri Anaerob yang erat kaitannya dengan problem di kinik. EGC:Jakarta, 2007, hal 1-25. 13. Engelkirk,PG. Anaerobic Bacteria. In : Laboratory Diagnostic of Infectious Disease. Lippincott Williams & Wilkin : Philadelphia, 2008, page 383-414.

12

J. PEMANTAPAN MUTU LABOTARORIUM MIKROBIOLOGI Kualitas (mutu) merupakan kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Pemantapan mutu dalam bakteriologi memiliki spektrum luas dari pemantauan performance alat dan reagen sampai ke manfaat klinik pelayanan dan informasi.(WHO, 2007).9,10,11,12 Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi, antara lain adalah : 12 A. Pemantapan Mutu Medium 1. Sumber medium a) Medium kering, hanya dengan menambahkan air sebelum digunakan. b) Medium kering dengan bahan tambahan. Untuk isolasi organisme fastidious perlu diberi bahan tambahan, misal darah dan serum. c) Medium komersial, medium jadi yang langsung dipakai. 2. Sumber-sumber kesalahan, contohnya : a) Air, perhatikan volume air yang diperlukan pada saat pembuatan medium, gunakan aquades, jangan menggunakan keran. b) Penimbangan medium kering harus dilakukan dengan cermat. c) Sterilisasi medium, kesalahan umum adalah suhu yang terlalu tinggi, atau lama dipanaskan. 3. Penampilan fisik a) Timbulnya kekeruhan atau presipitasi menunjukkan bahwa beberapa unsur keluar dari cairannya. b) Warna lebih gelap dari normal mengindikasikan pemasakan medium yang terlalu lama. c) Warna lebih terang dari normal mengindikasikan kesalahan

pencampuran bahan - bahan atau kesalahan pH. d) Penyimpanan medium yang terlalu lama menyebabkan dehidrasi dan tidak layak digunakan. Dehidrasi medium dihindari dengan

menyimpannya dalam plastik yang tertutup rapat.

13

4. Sterilitas Medium harus steril ketika diinokulasi. Tiap batch medium harus dilakukan uji sterilitas. Uji 5. Pertumbuhan Kemampuan medium untuk mendukung pertumbuhan organism dapat dilihat dari inokulasi medium dengan isolate stock culture. 6. Respon biokimia Misalnya fermentasi H2S, gunakan satu spesies yang akan memproduksi reaksi yang diharapkan. 7. Medium selektif Untuk melihat efek penghambatan gunakan inokulum yang padat, jika medium dapat menghambat pertumbuhan berarti dapat menghambat pertumbuhan organism dalam specimen yang hanya sedikit. (WHO, 2007) B. Pemantapan Mutu Cat Semua cat harus dilakukan pemantapan mutu untuk melihat kemampuannya membedakan organism positif dan negatif dan semua harus dicatat. Contohnya strain Ziehl Neelsen, organisme kontrol menggunakan Mycobacterium sp (ATCC 25177) dan Escherechia coli (ATCC 25922), diddapatkan hasil berwarna basil berwarna merah muda dan basil berwarna biru. C. Uji Sensitivitas Antibiotik 1. Indikasi uji sensitivitas antibiotik rutin 2. Uji sensitivitas sebagai pedoman terapi 3. Uji sensitivitas sebagai alat epidemiologi 4. Pemilihan obat Prinsip Umum Uji Sensitivitas Antimikroba 1. Metode Dilusi Untuk memperkirakan secara kuantitatif aktivitas antibiotic, pengenceran antibiotic dalam broth atau media agar dan inokulasikan dengan organism yang akan diuji. 2. Metode Difusi

14

Cakram kertas yang diisi antimikroba dosis tertentu, menggunakan modifikasi metode Kirby Bauer, dengan reagen Agar Mueller Hinton. D. Strain Standar (Stock Culture) minimal :
1

Gambar 5 : Contoh bakteri untuk strain standar13 Keterangan : 1. Staphylococcus aureus ( ATCC 25923 ) 2. Escherechia coli (ATCC 25922 ) 3. Pseudomonas aeruginosa ( ATCC 27853 ) Untuk kultur harian tumbuhkan dalam nutrient agar miring (triptic soya) dan simpan dalam refrigator, subkultur ke dalam agar miring 2 minggu sekali. E. Pemantapan Mutu Alat 1. Autoclave a) Catat suhu dan tekanan setiap kali running b) Gunakan thermometer suhu puncak tiap minggu c) Jika ditemukan kontaminasi , buat contoh kultur tiap hari/minggu sampai penyebabnya diketahui dan dihilangkan. 2. Inkubator Catat suhu tiap hari sebelum dibuka. 3. pH meter Harus distandarisasi sebelum running dengan buffer standar pH 7,0. 4. Sentrifus Evaluasi sesering mungkin untuk memastikan fungsinya masih baik. 5. Pipet Pipet manual, semiotomatik ataupun automatic harus dicek secara berkala. 6. Timer
15

DAFTAR PUSTAKA
14. Sacher,R.A,McPherson,R.A. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, ed. 11, EGC : Jakarta, 2004, hal 403-21. 15. Hardjoeno,H, dkk. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas Kuman serta Upaya Pengendaliannya,Cahya Dinan Rucitra : Makasar, 2007, hal 5-12, 23-42,52-65. 16. Jawetz, Melnick, Adelberg. Pembiakan Mikroorganisme, Dalam : Mikrobiologi Kedokteran, ed 23, EGC : Jakarta, 2008, hal 63-71. 17. Gillespie,S; Bamford,K.. Pemeriksaan Laboratorium pada Infeksi. Dalam : At Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi, ed 3, Erlangga : Jakarta, 2009, hal 14-5. 18. Pratiwi,S.T. Mikrobiologi Farmasi, Erlangga : Jakarta, 2008, hal 111-8. 19. Safitri, Ratu; Novel, Sinta Sasika. Medium untuk Mikroorganisme, Dalam : Medium Analisis Mikroorganisme. Trans Info Media : Jakarta, 2010, hal 1-3. 20. Gandasoebrata,R. Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat : Jakarta, 2009, hal 190,195 . 21. Cappucino,J. G; et al. Microbiology a Laboratory Manual, 6th ed, Pearson Education : San Fransisco, 2001, page 83. 22. Mahon, C. R; et al. Text Book of Diagnostic Microbiology, 4th ed , Saunders Elsevier : Missouri, 2011, page 170. 23. Zimbro, M.J; et al. Monographs in : Difco & BBL Manual Manual of Microbiological Culture Media, 2rd ed ,Becton,Dickinson and Company : Marryland USA, 2009, page 15, 89-90,328, 372, 398. 24. S.Basu,A. Quality Control of Culture Media in a Microbiology Laboratory. http://medind.nic.in/iau/t05/i3/iaut05i3p159.pdf, 2005, diakses tanggal 23 Agustus 2011, jam 03.07 am wita 25. Sukorini,U; Nugroho, D.K; Rizki,M; dkk. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikrobiologi. Dalam : Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik, Bagian Patologi Klinik Fakutas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 2010, hal 65-82. 26. Koleksi Foto , Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makasar, Juli-Agustus 2011.

16

17

18

19

You might also like