You are on page 1of 36

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MODEL PLANETARIUM PADA POKOK BAHASAN GERHANA BULAN DAN MATAHARI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA DI KELAS IX SMP N 2 BELITANG MULYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1.

Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2010: 65). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan dan

penyempurnaan sistem penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada standar proses pendidikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan. Dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan tentunya diperlukan usaha untuk mewujudkannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam

bidang fisika, karena ilmu fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Ilmu fisika memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan lain seperti teknik, geologi, geofisika, dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Konsepkonsep fisika perlu ditanamkan sejak dini pada siswa sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan dasarnya dalam kehidupan seharihari dan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan seperti yang dirumuskan BSNP dinyatakan sepuluh tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi paket B. Beberapa dari tujuan tersebut adalah menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mendeskripsikan gejala alam dan sosial, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, dan menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah (Sanjaya, 2010: 82-83). Oleh karena itu, setiap guru SMP yang mengelola pembelajaran fisika perlu memahami maksud dari tujuan tersebut dan melatih keterampilannya membantu siswa dalam pembelajaran. Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan kebanyakan siswa masih kurang dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa kurang berusaha mengembangkannya. Sehingga menyebabkan siswa kurang terampil dalam mengerjakan soal-soal fisika dan kurang menghargai manfaat fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak siswa yang kurang memahami materi fisika dan tidak jarang sebagian besar siswa menjadikan guru sebagai tumpuan permasalahan. Guru dianggap tidak mampu mengajar atau menyalahkan kurikulum, seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi. Hal ini dapat diantisipasi jika para guru dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik dan cocok untuk mengajarkan konsep dasar fisika pada siswa. Dengan cara mengajar yang cocok dan media pembelajaran fisika yang menarik, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Oleh karena itu, pemilihan media pembelajaran fisika oleh guru sangatlah penting. Menurut Yohanes Surya dalam (Agung, 2011) mengatakan bahwa Penyebab fisika masih menjadi momok yang menakutkan bagi siswa adalah penyajian pengajaran fisika. Banyak yang mengajar tidak dengan fun. Padahal, semestinya mereka mengajar lebih menyenangkan, lebih fun. Jangan berbicara mengenai rumus dulu kalau bisa bicara teori dan konsep dulu. Seorang yang bisa menguasai konsep dengan baik, kedepannya soalsoal fisika akan terasa lebih mudah. Berdasarkan data-data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya minat dan apresiasi siswa terhadap materi pelajaran fisika disebabkan cara penyampaian materi yang kurang menarik dan dinilai sangat teoritis sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam mempelajari fisika. Solusi dari masalah ini adalah dengan mengubah cara menjelaskan atau menyampaikan suatu materi fisika melalui media pembelajaran yang menarik dan tepat untuk mengajarkan konsep dasar fisika pada siswa. Oleh karena itu, sebagai guru harus mampu menggunakan media pembelajaran sebagai alat komunikasi khususnya dalam

proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian siswa akan mampu memahami konsep fisika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Model Planetarium Pada Pokok Bahasan Gerhana Bulan dan Matahari Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas IX SMP N 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013.

2.

Masalah Penelitian

2.1 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari sasaran yang diharapkan, maka peneliti memberikan batasanbatasan masalah sebagai berikut: 2.1.1 Pengaruh yang dimaksud adalah dilihat dari perbandingan kemampuan siswa pada kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dengan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium. 2.1.2 Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa melalui tes untuk mengetahui hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan menggunakan media pembelajaran Model Planetarium

dengan siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium. 2.1.3 Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gerhana Bulan dan Matahari. 2.1.4 Siswa yang diteliti adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belitang Mulya semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

2.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh penggunaan media pembelajaran Model Planetarium pada pokok bahasan Gerhana Bulan dan Matahari terhadap prestasi belajar siswa di kelas IX SMP N 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013? Rumusan masalah tersebut dapat dirinci ke dalam pertanyaan- pertanyaan penelitian sebagai berikut: 2.2.1 Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 yang pembelajarannya menggunakan media pembelajaran Model Planetarium? 2.2.2 Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 yang pembelajarannya tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium? 2.2.3 Adakah perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa yang

pembelajarannya menggunakan media pembelajaran Model Planetarium

dengan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium?

3.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1 Untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan media pembelajaran Model Planetarium pada pokok bahasan Gerhana Bulan dan Matahari terhadap prestasi belajar siswa di kelas IX SMP N 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013. 3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 yang menggunakan media pembelajaran Model Planetarium. 3.3 Untuk mengetahui bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 yang tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium.

4.

Manfaat Penelitian

4.1 Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit) dalam mata pelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan Gerhana bulan dan Matahari.

4.2 Bagi guru, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa. 4.3 Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan sebagai masukan dalam melakukan pengajaran di masa yang akan datang.

5.

Tinjauan Pustaka

5.1 Media Pembelajaran Model Planetarium

5.1.1 Media Pembelajaran Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau sarana (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009: 571). Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendifinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Rossi dan Breidle (1966: 3) dalam (Sanjaya, 2010:163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Gerlach dan Ely (1980: 244) dalam (Sanjaya, 2010:163) menyatakan: A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude. Menurut Gerlach dalam (Sanjaya, 2010:163) secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan. Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

5.1.2 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: (Sanjaya, 2010:171-172) a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas. c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan. d) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. e) f) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik. g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa. i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak. Berdasarkan fungsi media pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memperbaiki kualitas belajar siswa.

5.1.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran adalah sebagai berikut: (Harjanto, 2008: 237-238)

a)

Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

b) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. c) Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP dan lain-lain.

d) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan. Berdasarkan jenis-jenis media pembelajaran di atas, maka media pembelajaran Model Planetarium termasuk dalam media tiga dimensi.

5.1.4 Model Planetarium Model adalah barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 923).Planetarium is model or structure representing solar system, etc. yaitu model atau tiruan struktur yang menampilkan kembali sistem tata surya dan lain-lain. Planetarium adalah bangunan berkubah setelah lingkaran, digunakan untuk memperlihatkan susunan bintangbintang di langit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1084). Jadi, Model Planetarium adalah model atau tiruan struktur yang menampilkan kembali sistem tata surya yang terdiri dari matahari dan semua benda angkasa yang mengelilinginya.

5.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Planetarium sebagai Media Tiga Dimensi

Adapun kelebihan Model Planetarium adalah sebagai berikut: (Moedjiono, 1992) dalam (Amri, 2012). 1) Memberikan pengalaman secara langsung. 2) Penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme. 3) Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya. 4) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas. 5) Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Kelemahan Media Tiga Dimensi yaitu: 1) Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah. 2) Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit. 3) Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar. 4) Anak tuna netra sulit untuk membandingkannya. Ditinjau dari kelebihannya, Model Planetarium sangat cocok digunakan dalam pembelajaran Gerhana Bulan dan Matahari sehingga belajar dapat difokuskan, dapat mempertunjukkan terjadinya Gerhana Bulan dan Matahari serta siswa memperoleh pengalaman yang konkrit. Sedangkan dari segi kelemahannya, maka dapat diantisipasi dengan cara guru mempersiapkan secara matang materi yang akan disampaikan baik materinya maupun media yang akan digunakan. Media pembelajaran Model Planetarium tidak

digunakan sebagai alat bantu atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5.2 Penggunaan Media Pembelajaran Model Planetarium

Salah satu media atau sarana yang dapat dipakai untuk mengajar siswa dalam mempelajari materi Gerhana Bulan dan Matahari adalah Model Planetarium. Dengan fakta-fakta menarik yang disajikan lewat penjelasan- penjelasan sederhana dan ilustrasi yang menggugah daya khayal atau imajinasi, siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Metode yang dipakai untuk mengajar siswa tentang Gerhana Bulan dan Matahari adalah metode ceramah.

5.2.1 Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bias ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran (Djamarah & Aswan Zain, 2010: 97). Jadi, metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

5.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Metode

ceramah

memiliki

beberapa

kelebihan,

diantaranya:

(Djamarah & Aswan Zain, 2010: 97). 1) Guru mudah menguasai kelas. 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Di samping beberapa kelebihan, metode ceramah juga memiliki kelemahan, diantaranya: 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). 2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya. 3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan. 4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali. 5) Menyebabkan siswa menjadi pasif. Bertitik tolak dari kelebihan dan kelemahan metode ceramah dapat disimpulkan bahwa metode ceramah dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan Gerhana Bulan dan Matahari dengan media pembelajaran Model Planetarium. Sedangkan untuk mengantisipasi

kelemahan dari metode ceramah maka guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar mempersiapkan materi secara matang dan bekerja secara maksimal untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang diinginkan.

5.2.3 Langkah-langkah Metode Ceramah

Langkah-langkah (Mastaqimon, 2011) a) Tahap persiapan

metode

ceramah

adalah

sebagai

berikut:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. 2) Menentukan pokok-pokok materi yang ingin diceramahkan. 3) Mempersiapkan alat bantu. b) Tahap pelaksanaan 1) Langkah pembukaan. 2) Langkah penyajian. 3) Langkah mengakhiri ceramah.

5.3 Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Admin, 2011). Sedangkan menurut Masud Hasan Abdul

Dahar dalam Djamarah (1994:21) dalam (Admin, 2011) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto dalam (Admin, 2011) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana dalam (Admin, 2011) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses

belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan maupun pengetahuan yang kemudian akan diukur dan dinilai serta diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Tabel 1 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar No Jenis Prestasi Belajar 1 Ranah Cipta (Kognitif) a. Pengetahuan/ Ingatan

Indikator Prestasi Belajar Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan kembali Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat Dapat menguraikan Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah Dapat menghubungkan Dapat menyimpulkan Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) Dapat memperbandingkan Dapat mempertentangkan Dapat menafsirkan Dapat mengkritik Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak Kesediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memanfaatkan Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis Mengagumi

b. Pemahaman

c. Penerapan d. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)

e. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)

f. Evaluasi

Ranah Rasa (Afektif) a. Penerimaan b. Sambutan c. Apresiasi (sikap menghargai)

d. Internalisasi (pendalaman)

e. Karakterisasi (penghayatan)

Mengakui dan menyakini Mengingkari Melembagakan atau meniadakan Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya Mengucapkan Membuat mimik dan gerakan jasmani (Sumber: Marlina, 2011)

Ranah Karsa (Psikomotor) a. Keterampilan bergerak

b. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal

Bertitik tolak dari tabel di atas, maka peneliti dalam melakukan pengukuran prestasi belajar hanya pada ranah kognitifnya saja sebab adanya keterbatasan waktu, peneliti juga memperkirakan ranah kognitif ini yang paling dominan dilakukan dalam mengukur prestasi belajar.

5.4 Hubungan Media Pembelajaran Model Planetarium dengan Prestasi Belajar Siswa

Media pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran fisika. Dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru fisika. Dimana guru fisika harus bisa memilih dan menentukan media metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula. Media pengajaran ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik. Media pembelajaran Model Planetarium, dimana media ini menggunakan metode ceramah yang berpengaruh membantu siswa memahami dengan jelas jalannya sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran dengan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Jadi, hubungan antara media pembelajaran Model Planetarium terhadap prestasi belajar siswa sangat erat, dimana dengan media pembelajaran Model Planetarium siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal.

5.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Dari pengertian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh positif dan signifikan media pembelajaran Model Planetarium terhadap prestasi belajar dalam materi Gerhana Bulan dan Matahari pada siswa kelas IX di SMP Negeri 2 Belitang Mulya.

5.6 Kriteria Pengujian Hipotesis

Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (H0) : 1 = 2 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar yang positif dan signifikan antara siswa yang Model pembelajarannya Planetarium menggunakan dengan siswa media yang

pembelajaran

pembelajarannya tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dalam materi Gerhana Bulan dan Matahari pada kelas IX di SMP Negeri 2 Belitang Mulya. (Ha) : 1 > 2 : Ada perbedaan prestasi belajar yang positif dan signifikan antara siswa yang pembelajarannya menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dengan siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dalam materi Gerhana Bulan dan Matahari pada kelas IX di SMP Negeri 2 Belitang Mulya. Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terima H0 jika t< t1- dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 2) dengan peluang (1 - ) dan = 0, 05.

6.

Prosedur Penelitian

6.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas : Media Pembelajaran Model Planetarium

Variabel terikat : Prestasi Belajar.

6.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk dapat dipelajari dan ditarik kesimpulan suatu variabel perlu didefinisikan atau diartikan terlebih dahulu. Adapun Definisi Operasional penelitian ini adalah: 1. Media pembelajaran Model Planetarium adalah suatu media pembelajaran yang menampilkan model atau tiruan struktur tata surya yang digunakan sebagai alat peraga untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi tentang Gerhana Bulan dan Matahari. 2. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu berupa nilai. Prestasi belajar didapat melalui pemberian tes tertulis berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d) untuk mengukur prestasi belajar ranah kognitif.

6.3 Populasi dan Sampel

6.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Berdasarkan pendapat diatas populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMP Negeri 2 Belitang Mulya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Populasi Penelitian No. 1 IX.1 2 IX.2 3 IX.3 4 IX.4 5 IX.5 6 IX.6 7 IX.7

Kelas

Jumlah Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Belitang Mulya, 2012

Jumlah Siswa 32 32 33 34 33 34 33 231

6.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Adapun sampel dalam penelitian ini hanya mengambil dua kelas dari 5 kelas yang ada, sampel dalam penelitian ini diambil secara acak yaitu dengan cara undian. Undian dilakukan dengan cara menuliskan nomor subjek pada kertas kecilkecil, satu nomor untuk satu kertas kemudian digulung. Dengan tanpa prasangka,

undian diambil didepan guru sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian. Dari hasil pengambilan undian, maka diperoleh sampel kelas IX.1 yang berjumlah 32 siswa dan kelas IX.2 yang berjumlah 32 siswa. Kelas IX.1 selama proses belajar mengajar menggunakan media pembelajaran Model Planetarium sedangkan pada kelas IX.2 tidak menggunakan media pembelajaran Model Planetarium.

6.4

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Berdasarkan pendapat tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan bereksperimen, dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan menggunakan media pembelajaran Model Planetarium (pembelajaran konvensional). Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan yaitu untuk mengetahui perbandingan kemampuan siswa yang menggunakan media pembelajaran Model Planetarium dengan yang sama sekali tidak menggunakan media pembelajaran.

Posttest- Only Control Design A X1 O B X2 O Keterangan: A B = Kelas Eksperimen = Kelas Kontrol

(Ruseffendi, 2005: 51)

X1 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Model Planetarium X2 = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional O = Adanya posttest

6.5

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa data yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh. Berkaitan dengan hal tersebut dan melihat konsep analitis dalam penelitian ini, maka sumber data diperoleh melalui studi literatur, tes, studi dokumentasi, dan metode observasi langsung.

6.5.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari,

menelaah, mengutip dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar dan sumber lainnya.

6.5.2 Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Berdasarkan pendapat di atas, tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengerjakan soal setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran Model Planetarium pada pokok bahasan Gerhana Bulan dan Matahari, tes yang diberikan adalah tes tertulis berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d) untuk mengukur prestasi belajar ranah kognitif.

6.5.3 Studi Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,2011: 240). Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya, karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data dengan dokumen ini sebagai metode pelengkap untuk mempermudah pengumpulan data, baik data tentang guru, lokasi tempat penelitian dan data siswa.

6.5.4 Metode Observasi Langsung

Metode observasi langsung, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 2 Belitang Mulya.

6.6

Uji Instrumen

6.6.1 Uji Validitas Tes

Menurut Arikunto (2006: 68) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi, jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas butir soal maka harus dihitung korelasinya, yaitu dengan menggunakan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar:
* ( )( ) ( ) + ( ) +*

(Arikunto, 2009:72)

Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan N X Y = Jumlah siswa yang diuji = Skor tiap item = Skor total tiap item

Tabel 3 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Besarnya r Interpretasi Product Moment 0,00 0,200 Korelasi antara variable X dengan variable Y sangat lemah/rendah sehingga dianggap tidak ada korelasi 0,200 0,400 Korelasinya lemah atau rendah 0,400 0,700 Korelasinya sedang atau cukup 0,700 0,900 Korelasinya kuat atau tinggi 0,900 1,000 Korelasinya sangat kuat atau sangat tinggi (Sumber: Hartono, 2009: 87) Kemudian harga rxy dikonsultasikan ke tabel harga kritik rxy product moment. Jika rxy hitung rxy tabel (5%) dengan dk= n-2, maka butir soal tersebut valid.

6.6.2 Uji Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2009: 86).

Untuk menguji reliabilitas suatu tes digunakan rumus K-R. 20: ( )(

(Arikunto, 2009:100)

Keterangan: r11 p q = Reliabilitas tes secara keseluruhan = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n S = Banyaknya item = Standar deviasi dari tes (akar varians) Kemudian r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment, jika r11
tabel hitung

maka instrumen reliabel.

6.6.3 Daya Pembeda Menurut Arikunto (2009: 211) Daya beda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: (Arikunto, 2009:213)

Keterangan: J = Jumlah peserta tes = Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan salah = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 0,20 : jelek (poor) D : 0,20 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,40 0,70 : baik (good) D : 0,70 1,00 : baik sekali (excellent) D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah D> 0,2 yaitu cukup, baik, dan baik sekali.

6.6.4 Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009: 207). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index) diberi symbol P (singkatan dari kata proporsi). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari indeks kesukaran (P) adalah (Arikunto, 2009: 208)

Keterangan: P B = Indeks kesukaran = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Kriteria Indeks Kesukaran adalah sebagai berikut: 0 0, 30: soal kategori sukar. 0, 31 0, 70: soal kategori sedang. 0, 71 1, 00: soal kategori mudah.

Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk objektif yang dikembangkan sesuai dengan indikator prestasi belajar dengan jumlah 20 soal dengan Kriteria Indeks Kesukaran adalah sebagai berikut: a) Soal kategori mudah 25% : 5 soal

b) Soal kategori sedang 50% : 10 soal c) Soal kategori sukar 25% : 5 soal

6.7

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan data yang ditempuh guna pengelolaan data atau analisis data. Analisis bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus uji t. Sebelum pengujian hipotesis perlu dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas.

6.7.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan normal atau tidak. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Rentang (Rank) = Data terbesar Data terkecil

b) Banyak Kelas Interval = 1+ 3,3 Log n c) Panjang Kelas Interval (P) =

d) Membuat Distribusi Frekuensi

Mencari rata-rata

Keterangan: x fx f e) = Rata-rata = Tanda-tanda interval = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval Mencari Modus dengan rumus : * Keterangan: b p = Batas bawah kelas modus = Panjang kelas + (Sudjana, 2005:77)

b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus. b2 = Frekuensi kelas modal dikurang frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modus.

f)

Mencari Simpangan Baku dengan rumus:


( ( ) )

(Sudjana, 2005:95)

Keterangan: xi fi n S = Tanda kelas interval = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval = Banyak data = Simpangan baku/ interval deviasi Menguji kenormalan data dengan rumus kemiringan, yaitu:

(Sudjana, 2005:109)

Keterangan: KM = Kemiringan S = Rata-rata = Simpangan baku

Mo = Modus Data terdistribusi normal apabila harga KM (kemiringan) terletak di antara (-1) dan (+1).

6.7.2 Uji Homogenitas

Analisis homogenitas data digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen. Jika kedua varians sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dapat dianggap homogen. Namun untuk varians

yang tidak sama besar perlu diadakan pengujian homogenitas. Untuk menguji homogenitas varians (S2) digunakan rumus uji F: (Sudjana, 2005: 249) Akan diuji mengenai dua fihak untuk pasangan hipotesis nol H0 dan tandingannya H1: H0: H1: Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika
( )( )

).

6.7.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan media pembelajaran Model Planetarium pada pokok bahasan Gerhana Bulan dan Matahari terhadap prestasi belajar siswa di kelas IX SMP N 2 Belitang Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013. Untuk menganalisis data tersebut, peneliti penggunakan uji t (student-t) dengan rumus:

(Sudjana, 2005:239)

Dengan:
( ) ( )

(Sudjana, 2005:239)

Keterangan: t = Uji t

= Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen = Rata-rata nilai posttest kelas kontrol = Varians kelas eksperimen = Varians kelas kontrol = Jumlah sampel kelas eksperimen = Jumlah sampel kelas kontrol Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan Uji t dengan kriteria pengujian hipotesis: Terima H0 jika t< t1- dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 2) dengan peluang (1 - ) dan = 0, 05.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2011. Prestasi belajar. http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasibelajar.html. Diakses tanggal 4 Juni 2012. Agung. 2011. Media Pembelajaran Fisika. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 23 April 2012. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asnawir dan Basyiruddin, Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Satu Nusa. Hartono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khan, Amri. 2012. Karakteristik Media Tiga Dimensi. http://amrikhan.wordpress.com/2012/07/30/karakteristik-media-tiga-dimensi-2/. Diakses tanggal 7 November 2012. Marlina. 2011. Indikator Prestasi Belajar. http://marlina2.wordpress.com. Diakses tanggal 13 Juni 2012. Mastaqimon. 2011. Menerapkan Metode Ceramah. http://www.mastaqim.web.id/2011/08/menerapkan-metodeceramah.html&q=langkah-langkah+metode+ceramah&sa=X&ei=LF_UNqKFITqrQej3YCwCg&Ved=OCBYQFjAA Diakses tanggal 16 Oktober 2012. Pedoman Akademik STKIP Nurul Huda Sukaraja OKU Timur. 2010. Sukaraja: Nurul Huda. Ruseffendi, H.E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sadiman, Arif S., dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim Pustaka Phoenik. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenik. Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Empat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.

You might also like