You are on page 1of 23

BAB I Pendahuluan

Tulang merupakan organ vital yang berfungsi sebagai alat gerak pasif, memberikan proteksi organ-organ vital tubuh, memberi bentuk pada tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemapoetik. Tulang dapat mengalami gangguan, termasuk degeneratif, infeksi penyakit, penyakit autoimun, gangguan pada metabolismenya, dan neoplasma. Tulang merupakan jaringan ikat dinamis yang selalu diperbarui melalui proses remodelling yang terdiri dari proses resorpsi dan formasi. Dalam keadaan normal, massa tulang yang diresorpsi akan sama dengan masa tulang yang diformasi sehingga terjadi keseimbangan. Namun pada keadaan osteoporosis,proses resorpsi lebih aktif dibandingkan dengan formasi sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan perforasi. Mengingat bahwa kondisi Osteoporosis sering terjadi pada pasien usia lanjut, dimana terjadi pengurangan kadar kalsium dalam matriks tulang yang akan menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh, penyakit ini perlu didiskusikan untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya, faktor resiko dan disposisi, penatalaksanaan dan pencegahannya. Hal ini bertujuan agar penyakit ini dapat diedukasikan kepada masyarakat dan melakukan pencegahan sehingga ratio kualitas hidup juga dapat ditingkatkan.

BAB II Laporan Kasus


Seorang wanita Ny. Winny, usia 67 tahun datang ke Unit Gawat Darurat suatu Rumah Sakit Daerah jam 10 malam, diantar anaknya dengan keluhan nyeri pinggang. Pasien masih mampu berjalan tanpa alat bantu. Nama Usia Pekerjaan Status Alamat : Winny : 67 tahun : Pensiunan karyawati Department Pendidikan : Menikah, 5 anak, 13 cucu : Jl. Tawakal Jakarta Barat

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sekitar 2 jam yang lalu, saat akan masuk ke mobil, terpeleset dan jatuh terduduk di aspal dari posisi berdiri. Menurut pasien, pada saat jatuh benturan yang terjadi tidak keras. Pada saat berusaha berdiri dari posisi duduk tersebut, pasien merasa nyeri pada pinggang, tetapi masih sanggup berdiri dan berjalan, walaupun harus berpegangan karena menahan sakit pada pinggang. Beberapa waktu kemudian nyeri pinggang dirasakan semakin berat. Kedua anggota gerak bawah dapat digerakkkan, tidak ada rasa kesemutan atau kebas pada kedua anggota gerak bawah. Buang air besar dan buang air kecil dirasa normal dan terkontrol. Pasien mengaku sudah tidak mengalami menstruasi sejak 17 tahun yang lalu, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak minum alkohol, tidak minum obat anti alergi. Tidak melakukan olahraga teratur, dan aktivitas paling banyak adalah nonton TV di kamar. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Tidak ada riwayat penyakit: darah tinggi, jantung, kencing manis. Belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Dari Pemeriksaan Fisik ditemukan ; STATUS GENERALIS : Kesadaran compos mentis, tidak tampak pucat, ekspresi wajah kesakitan. Datang dengan berjalan digandeng anak dan posisi badan sedikit membungkuk. Tanda vital : T 130/85 mmHg, N 100x/menit, suhu : 36,5o, pernafasan 16x/menit, BB 58kg, TB 160cm. Mata THT : Tidak ikterik, tidak pucat : Dalam batas normal

Fungsi Jantung : Tidak ada kelainan Fungsi Paru Abdomen : Tidak ada kelainan : Dalam batas normal

STATUS LOKALIS : Look ( Inspeksi ) : Postur tubuh membungkuk, merasa nyeri saat dimintai menegakkan badan Feel ( Palpasi ) : Nyeri tekan dan spasme otot pada area vertebra lumbal Move ( Gerak ) : Gerak aktif thoracolumbal terbatas karena nyeri

BAB III
4

Pembahasan Kasus
I. ANAMNESIS

a. Identitas Pasien Nama Usia Pekerjaan Status Alamat : Winny : 67 tahun : Pensiunan karyawati Department Pendidikan : Menikah, 5 anak, 13 cucu : Jl. Tawakal Jakarta Barat

b. Keluhan Utama Nyeri pada pinggang

c. Keluhan Tambahan Nyeri pinggang dirasakan semakin berat saat berusaha berdiri, setelah jatuh terduduk sekitar dua jam yang lalu.

d. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Sejak kapan nyeri dirasakan? 2. Apakah nyeri tumpul/tajam? Apabila tajam, dimana lokasi nyeri paling

hebat dirasakan?
3. Kapan nyeri paling dirasakan? Apakah ada penurunan berat badan dalam

waktu dekat ini?


4. Apakah saat ini ada respon muntah atau mual? 5

e. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Apakah ada riwayat penyakit gagal ginjal? 2. Apakah pernah jatuh / trauma sebelumnya?

f. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita Osteoporosis?

g. Riwayat Pengobatan
1. Apakah dulu menggunakan KB atau mengkonsumsi obat-obatan penunda

kehamilan?

g. Riwayat Kebiasaan 1. Apakah anda merokok? 2. Apakah anda mengkonsumsi minuman beralkohol? 3. Apakah anda biasa terpajan sinar matahari? 4. Bagaimana olahraga yang saatini anda jalani?

II. HIPOTESIS Beberapa hipotesis yang didapat berdasarkan kasus di atas adalah kemungkinan adanya infeksi, neoplasma, trauma, dan proses penuaan. Yang termasuk ke dalam kemungkinan infeksi adalah spondilitis TB dan osteomyelitis, yang termasuk dalam kemungkinan neoplasma adalah Giant Cell Tumor, yang termasuk dalam kemungkinan trauma adalah fraktur vertebra, sedangkan yang termasuk dalam kemungkinan adanya penuaan adalah osteoporosis, osteoarthritis, dan spondylolisthesis. Setelah mendapat informasi lebih lanjut hipotesis dapat
6

dikerucutkan menjadi osteoporosis dan spondylolisthesis. Dengan adanya informasi bahwa tidak ada rasa kebas atau kesemutan dan kontrol buang air besar dan kecil normal kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa pasien ini menderita osteoporosis karena pada spondylolisthesis biasanya ditemukan gejala-gejala tersebut.

III. DIAGNOSIS KERJA Diagnosis kerjaMenopause (kadar pada pasien ini adalah fraktur kompresi L2-L3 dengan
estrogen menurun) skoliosis et causa osteoporosis. Dilihat dari faktor resiko pasien yaitu perempuan

67 tahun dengan trauma yang tidak terlalu berat tapi bisa menimbulkan fraktur. Dan juga dilihat dari pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan BMD
Prekurso menunjukkan hasil kalau pasien ini menderita osteoporosis Sumsum tulang Osteoblast Sintesis OPG r rontgen menunjukkan ada trabekulasi halus pada os .femur. dan sel memiliki (osteoprogenit osteokla mononuklear ligand or) menurun st RANK memiliki Sekresi IL-1, IL6, TNF meningkat reseptor RANK Absorbsi berat dan pada foto Reabsor bsi Ca di ginjal menurun Ca di usus menurun

IV. PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS Aktivasi Osteoklast meningkat

Hipokalse mia

Peningkatan diferensiasi osteoklas

Merangsang kelenjar paratiroid untuk meningkatkan PTH

Peningkatan destruksi tulang

Penurunan mineral dan matriks tulang 7 osteoporo sis Resiko fraktur patologis tinggi

V. INTERPRETASI HASIL

Pada RO foto columna vertebra Antero Posterior (AP), bisa dibedakan densitas tulang, jaringan lunak, dan udara. Dilihat terjadinya penurunan densitas tulang, allignment tidak sejajar sehingga terlihat skoliosis derajat satu, pada L 3 tulang. Terjadi deformitas pada os. coxae, pada coxae bagian dextra terlihat trabekulasi halus. Pada foto Lateral (L), corpus vertebra L2 & L3 terjadi perubahan bentuk yang diduga karena kompresi, terlihat ada deformitas. Dari pemeriksaan densitas Vertebra L1 L4 didapatkan nilai BMD 0.879 dan nilai T score -3,5 , yang apabila dihubungkan pula dengan umur pasien 67 tahun, menunjukkan telah terjadinya osteoporosis. Pada pemeriksaan total bone mineral density didapatkan hasil BMD 0.615 dan T score -2,7 dan telah disertai fraktur menunjukkan pasien mengalami osteoporosis berat.

VI. PENATALAKSANAAN

MEDIKA MENTOSA Pada pasien ini sebaiknya diberikan Raloxifen yang dapat meningkatkan
massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen. Alendronate (obat golongan Bifosfonat) yang berfungsi untuk menghambat resorpsi tulang oleh

osteoklas dan menstimuli peningkatan massa tulang,1 dosisnya 150mg perbulan.2 Teriparatid yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tulang baru. Diberikan dalam bentuk injeksi.1 Kalsitonin yang berfungsi untuk membantu metabolisme tulang dan regulasi kalsium dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur
9

dengan 600mg kalsium dan 400 IU vitamin D.2 Jika diberikan dalam dosis besar dapat menyebabkan efek analgetik.2

NON MEDIKA MENTOSA


a. Program Rehabilitasi Medik

Pada pasien ini dapat dilakukan latihan dimulai dengan latihan tanpa beban, kemudian ditingkatkan secara bertahap sehingga mencapai latihan beban yang adekuat. Selain itu, diberikan alat bantu atau ortosis, misalnya korset lumbal (brace) untuk penderita yang mengalami fraktur korpus vertebra, tongkat atau alat bantu berjalan lainnya, terutama pada orang tua yang terganggu keseimbangannya.3

b. Pencegahan

Sebaiknya

pasien

mengkonsumsi

makanan

tinggi

kalsium

dan

meningkatkan intake vitamin D, menghindari konsumsi minuman, minuman bersoda & kopi, menghindari konsumsi obat obatan sedatif, hindari kebiasaan merokok, perbanyak aktifitas yang mendapat paparan sinar matahari, lalu di edukasi untuk menghindari terulangnya kejadian trauma. Untuk mencegah resiko jatuh, perlu diperhatikan kondisi lingkungan rumah. Seperti, menghindari lantai atau alas kaki yang licin, pemakaian tongkat atau rel pegangan tangan, perbaikan penglihatan menggunakan kacamata dan lainnya.3

c. Edukasi Penderita dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik yang teratur, untuk memelihara kekuatan, kelenturan, dan koordinasi sistem neuromuskular, serta kebugaran, sehingga dapat mencegah resiko terjatuh. Sebaiknya menjaga asupan
10

kalsium 1000-1500mg per hari, baik melalui makanan sehari - hari maupun suplemen, menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, hindari mengangkat barang barang yang berat pada penderita yang sudah pasti osteoporosis. Sebaiknya sering terpajan sinar matahari, hindari peningkatan ekskresi kalsium melalui ginjal, dengan membatasi asupan natrium sampai 3gr per hari untuk meningkatkan rearbsorbsi kalsium di tubulus ginjal.3

VII.

KOMPLIKASI Fraktur sering terjadi pada pasien penderita Osteoporosis, sering terjadi fraktur pada vertebra karena merupakan struktur utama weight bearing, kifosis, sindrom dekondisi dan lost of height.3

VIII.

PROGNOSIS Ad Vitam Ad Sanationam Ad Functionam : ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam

11

BAB IV Tinjauan Pustaka

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, ligamen, tendon, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.4 Jaringan tulang berfungsi sebagai penyangga tubuh, pelindung organ-organ vital, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion-ion lain yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting di dalam cairan tubuh.4 Hampir semua tulang memiliki rongga di bagian tengahnya. Struktur demikian memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.
12

Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit dengan melipatgandakan kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh.4

HISTOLOGI Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang melindungi organ-organ vital dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk dan produksi sel osteogenik dalam regulasi modeling dan remodeling tulang.Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dilepas atau disimpan dengan terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini dalam tubuh.5 Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu matriks tulang; osteosit, yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas, yang mensintesis unsur organik matriks; dan osteoklas, yang merupakan sel raksasa multinuklear yang melakukan resorpsi dan remodelling jaringan tulang.5 Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-lapisan jaringan lunak yang mengandung sel-sel osteogenik, yaitu endosteum pada permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar. Pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi melalui kanalikuli yang merupakan celah-celah silindris halus yang menerobos matriks.5

SEL TULANG a. Osteoblas Osteoblas berasal dari sel-sel batang mesenchymal pluripotent, yang juga dapat dibedakan ke dalam kondrosit, sel lemak, myoblast, dan fibroblast.5 Sejumlah faktor yang diperlukan untuk diferensiasi osteoblas normal adalah faktor pertumbuhan fibroblastik (FGFs), pengubah faktor pertumbuhan- (TGF-), faktor morphogenetic tulang (BMP), glukokortikoid, dan 1,25-dihydroxyvitaminD [1,25 (OH) 2D].6

13

Sel ini bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang yang terdiri dari kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis.5 Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna.5 Osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid dan bila teraktivasi oleh hormon ini, osteoblas akan memproduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas.5

b. Osteosit Osteosit adalah sel-sel tulang pipih kecil yang berasal dari osteoblas dan terhubung satu sama lain dengan sel-sel osteoblastik pada permukaan tulang oleh jaringan kanalikular luas yang berisi cairan ekstra seluler tulang.6 Sel ini terletak di dalam lakuna yang berada di lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkomunikasi melalui gap junction dan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel. Sejumlah molekul bertukar tempat dari osteosit ke pembuluh darah melalui sejumlah kecil substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit dan matriks tulang.5 Osteosit diyakini memainkan peran sentral dalam respon terhadap rangsangan mekanik, sensor strain mekanik dan menginisiasi suatu respon modeling atau remodeling melalui sejumlah perantara kimia termasuk dehidrogenase glukosa-6fosfat, oksida nitrat,dan faktor pertumbuhan seperti insulin. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut.6

c. Osteoklas

14

Osteoklas adalah sel-sel tulang resorbing multinuklear yang berasal dari prekursor hematopoetik dari monosit atau makrofag keturunan. Osteoklas dibentuk oleh fusi sel mononuklear dan dicirikan oleh adanya perbatasan kabur, yang terdiri dari infolding kompleks membran plasma dan sitoskeleton yang menonjol. Sel osteoklas kaya enzim lisosomal. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5-50 inti.6 Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna Howship.5 Selama proses resorpsi tulang, ion hidrogen yang dihasilkan oleh karbonat anhidrase dikirim melintasi membran plasma oleh pompa proton untuk membongkar mineral tulang. Selanjutnya, enzim lisosomal termasuk kolagenase dan cathepsins dilepaskan dan mendegradasi matriks tulang. Pelepasan osteoklas ke permukaan tulang merupakan prasyarat penting untuk resorpsi dan dimediasi oleh integrins, terutama av3, yang mengikat protein matriks yang berisi motif Arg-Gly-Asp, ligan potensial termasuk osteopontin, sialoprotein tulang, thrombospondin, osteonectin, dan kolagen tipe1.6 Apoptosis osteoklas merupakan faktor penentu penting dari aktivitas osteoklas. Sitokin interleukin-1, TNF-, dan M-CSF semua mengurangi apoptosis osteoklas, sehingga memperpanjang kelangsungan hidup sel-sel ini. Sebaliknya, estrogen meningkatkan apoptosis osteoklas, efek yang berhubungan dengan peningkatan produksi TGF- dan mengurangi ekspresi pengaktifan gen NFB. Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorbsi dalam suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa petumbuhan kanak-kanak ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorbsi tulang. Pergantian yang berlangsung terus menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan membuat tulang memberi respons terhadap tekanan-tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadinya patah tulang. Bentuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu menjaga kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang relatif menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan matriks organik baru, sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.6

15

MATRIKS TULANG Kira-kira 50% berat matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang banyak dijumpai antara lain kalsium dan fosfor yang membentuk kristal hidroksiapatit tidak sempurna dan tidak identik dengan hidroksiapatit yang ditemukan dalam mineral karang. Pada mikrograf elektron, kristal hidroksiapatit tulang berbentuk lempengan yang terletak disamping serabut kolagen dan dikelilingi oleh substansia dasar.5 Bahan organik pada matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansia dasar yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahana pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga namun menjadi fleksibel mirip tendon. Dengan menghilangkan bagian organik matriks, terutama kolagen, bentuk tulang masih terjaga tapi menjadi rapuh, mudah patah dan hancur.

PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM Periosteum terdiri atas lapisan kuar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum (serat Sharpey) memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip fibroblas, sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Sel osteoprogenitor berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan tulang.5 Endosteum melapisi semua rongga-rongga dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karena itu, endosteum lebih tipis daripada periosteum. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi pada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang. Tulang dapat dibentuk dengan dua cara, yaitu dengan osifikasi intramembranosa dan osifikasi endokondral. Pada kedua proses, jaringan tulang mula-mula tampak sebagai tulang primer yang merupakan jaringan temporer dan segera diganti dengan tulang berlamela definitif atau tulang sekunder.5

16

a. Osifikasi Intramembranosa Terjadi pada kebanyakan tulang pipih, pertumbuhan tulang pendek, dan penebalan tulang panjang. Proses diawali saat sekelompk sel berkembang menjadi osteoblas yang menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentukan tulang ini membentuk dinding yang membatasi ronggarongga panjang berisi kapiler, sel sumsum tulang, dan sel prakembang. jaringan ikat yang teringgal di antara dinding tulang disusupi pembuluh darah dan sel mesenkim tambahan yang akan membentuk sel sumsum tulang. Pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu yang akan menggantikan jaringan ikat asal. Pada tulang pipih tengkorak terdapat lebih banyak pembentukan tulang daripada resorpsi tulang di permukaan dalam maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta (lempeng dalam dan luar) terbentuk, sedangkan bagian pusat tetap mempertahankan ciri sponsnya. Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum di tulang intramembranosa.5

b. Osifikasi Endokondral Terjadi di dalam sepotong tulang rawan hialin yang bentuknya mirip miniatur tulang yang akan dibentuk. Biasanya terjadi pada pembentukan tulang panjang dan pendek. Proses pemanjangan dari tulang panjang terjadi melalui proliferasi kondrosit dalam lempeng epifisis di dekat epifisis. Pada waktu yang sama, kondrosit dari sisi diafisis dari lempeng mengalami hipertrofi, matriksnya mengalami perkapuran, dan sel-selnya mati. Kemudian, osteoblas meletakan selapis tulang primer pada matriks yang berkapur itu. Karena kecepatan kedua kejadian yang berlawanan ini (proliferasi dan destruksi) kurang lebih sama, tebal lempeng epifisis tidak banyak berubah, bahkan lempeng epifisis didesak menjauhi bagian diafisis sehingga tulang bertambah panjang.5

17

PERAN ESTROGEN PADA TULANG Estrogen yang terutama dihasilkan oleh ovarium adalah estradiol. Estron juga dihasilkan oleh tubuh manusia, tetapi terutama berasal dari luar ovarium, yaitu dari konversi androstenedion pada jaringan perifer. Esteriol merupakan esterogen yang terutama didapatkan didalam urin, berasal dari hidroksilasi-16 estron dan estradiol. Esterogen berperan pada pertumbuhan tanda seks sekunder wanita dan menyebabkan pertumbuhan uterus, penebalan mukosa vagina, penipisan mukus serviks dan pertumbuhan saluran saluran pada payudara, dll.1 Ada dua macam reseptor esterogen, yaitu reseptor esterogen-Alpha ( Era ) dan reseptor esterogen-Beta ( ERB ). Era dikode oleh gen yang terletak di kromosom 6 dan terdiri dari 595 asam amino, sedangkan Erb, dikode oleh gen yang terletak di kromosom 14 dan terdiri dari 530 asam amino. Reseptor esterogen juga diekspresikan oleh berbagai sel tulang, termasuk osteoblas, osteosit, osteoklas, dan kondrosit. Ekspresi ERa dan ERb meningkat bersamaan dengan diferensiasi dan maturasi osteoblas.1 Esterogen merupakan regulator pertumbuhan dan homeostasis tulang yang penting. Esterogen memiliki efek langsung dan tak langsung pada tulang. Efek tak langsung meliputi esterogen terhadap tulang berhubungan dengan homeostasis kalsium yang meliputi regulasi absorbsi kalsium di usus, modulasi 1,25(OH)2D, ekskresi Ca di ginjal dan sekresi hormon paratiroid ( PTH ).1

OSTEOPOROSIS

18

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

FAKTOR RESIKO Osteoporosis merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial. Umur dan densitas tulang merupakan factor resiko osteoporosis yang berhubungan erat dengan resiko terjadinya fraktur osteoporotik. Perbedaan ras dan geografik juga berhubungan dengan resiko osteoporosis. Fraktur panggul lebih tinggi insidensnya pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam di Amerika Serikat. Indeks massa tubuh yang berlebih, riwayat fraktur diatas umur 50 tahun, kebiasaan merokok, penggunaan kortikosteroid dalam waktu panjang, konsumsi minuman beralkohol lebih dari dua unit per hari, dan Arthritis Rheumatoid juga merupakan factor resiko terjadinya Osteoporosis.

OSTEOPOROSIS TIPE I & II


19

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya. Riggs dan Melton, membagi osteoporosis primer menjadi tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe I, disebut juga osteoporosis pasca menopause, disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorbs kalsium di usus yang menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya osteoporosis.1 Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska menopause (post menopause osteoporosis). Post menopause osteoporosis terjadi karena berkurangnya hormon estrogen yang bertugas membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Gejalanya bisa timbul pada usia 51-75 tahun, meskipun tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk terkena penyakit ini. Sedangkan senile osteoporosis kemungkinan terjadi akibat berkurangnya kalsium dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru.7 Sementara osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan. Proses menurunkan kepadatan tulang secara perlahan ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent disease. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan hancur, akan timbul nyeri dan kelainan bentuk tulang. Osteoporosis sekunder merupakan sindrom pengeroposan tulang yang terjadi akibat kondisi medis dan penggunaan obat-obatan.Kondisi medis yang ada banyak dipicu oleh kondisi kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.

Juga penderita gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal, seperti halnya: tiroid dan adrenal, atau pada mereka yang mengonsumsi obat-obatan jenis tertentu. Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan kebiasaan merokok dapat memperburuk kondisi ini.

20

Salah satu faktor penyebab yang paling sering pada osteoporosis sekunder adalah produksi sel hormon glukokortikoid berlebihan. Dimana glukokortikoid yang berlebihan dapat menyebabkan penghambatan proses regenerasi sel tulang. Serta merta glukokortikoid juga berperan banyak dalam proses menghambat penyerapan kalsium ke sel tulang. Dalam kasus ini, jika terjadi dalam jangka pandang akan menyebabkan osteoporosis. Gejala yang dialami oleh penderita osteoporosis bermacam-macam, seperti serangan rasa nyeri secara akut di bagian tertentu pada punggung. Semakin mengindikasikan yang semakin nyeri jika berdiri atau berjalan, juga terbentuk lengkungan pada tulang belakang yang menyebabkan keteganggan otot. Gejala lainnya yang umum terjadi bagian tulang rawan patah, seperti tulang panggul dan tulang lengan, meskipun karena cedera ringan saja.7

BAB V Kesimpulan
21

Pada kasus ini, pasien didiagnosis menderita fraktur kompresi vertebra L2-L3 dengan skoliosis et causa osteoporosis. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan dari faktor resiko pasien yaitu perempuan 67 tahun dengan trauma yang tidak terlalu berat tapi bisa menimbulkan fraktur. Dan juga dilihat dari pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan BMD menunjukkan hasil kalau pasien ini menderita osteoporosis berat dan pada foto rontgen menunjukkan ada trabekulasi halus pada os.femur. Penatalaksaan pada pasien ini diberikan obat - obatan yang meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium di usus, dan menghambat diferensiasi osteoklas. Pasien dianjurkan untuk menggunakan brace selama proses penyembuhan fraktur. Komplikasi pada osteoporosis ini dapat menyebabkan fraktur, kifosis, dan lost of height. Prognosis osteoporosis biasanya tidak akan kembali normal.

Daftar Pustaka
22

1. Setiyohadi B. Osteoporosis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Simandibrata M, Setiati S,

Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2006.p.2650-75.
2. Sherwood L. Kelenjar Endokrin Perifer. Yesdelita N, Editor. Fisiologi Manusia. 6th

ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.p.797.


3. Terapi

dan

Pengobatan

Osteoporosis.

Available

at

http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/19/Terapi_dan_Pengobatan_ Osteoporosis.html. Accessed on: October 26th, 2011.


4. Carter MA. Gout. In: Price SA, Wilson LM, Editors. Patofisiologi: Konsep Klikis

Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.p.1402.
5. Junqueira LC, Carneiro J. Tulang. In: Dany F, Editor. Histologi Dasar. 10th ed.

Jakarta: 2007.p.134-43.
6. Osteoporosis. Available at: http://www.scribd.com/doc/50243721/17/Biopatogenesis-

dan-patofisiologi-osteoporosis. Accessed on: October 26th, 2011.


7. Osteoporosis Primer. Available at : http://osteoporosis.klikdokter.com/subpage.php?

id=1&sub=57. Accessed on: October 26th, 2011.

23

You might also like