You are on page 1of 22

Pilihan Jenis Cairan

Cairan Kristaloid Komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES=CEF) 3-4 cairan kristaloid = 1 cairan koloid untuk atasi defisit volume intravaskuler Masa paruh di ruang intravaskuler = 20-30 menit. Walaupun dalam jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitial timbul edema perifer dan paru oksigenasi jaringan akan terganggu. Pemberian cairan kristaloid berlebihan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

Jenis-Jenis Cairan Kristaloid


Ringer Laktat Paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan Agak hipotonis namun susunannya hampir menyerupai cairan intravaskuler Laktat akan dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat Kalium tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehari-hari apalagi pada kasus defisit kalium. Ringer Asetat Bila dibandingkan dengan RL Cl terlalu tinggi (menyebabkan asidosis delusional dan asidosis hyperchloremia), tidak mengandungi laktat (untuk dikonversi menjadi bikarbonat untuk meringankan asidosis).

Normal Saline Digunakan pada: kasus kadar natrium (Na) rendah, keadaan dimana RL tidak cocok untuk digunakan (alkalosis), dan sebagai pilihan untuk kasus trauma kepala. Kekurangan : tidak mengandung kalium (K) dan HCO3 & kadar Na dan Cl nya relatif tinggi. Dextrose 5% dan 10% Digunakan pada: pasien yang dibatasi masukan natriumnya atau cairan pengganti pada pure water deficit, sebagai cairan preoperatif untuk berlangsungnya metabolism, menyediakan kebutuhan air, mencegah hipoglikemia, dan menurunkan level asam lemak bebas dan ketone. Tidak boleh diberikan kepada pasien trauma kapitis. Darrow Digunakan pada: defisiensi kalium (kasus diare dan diabetik asidosis).

KOMPOSISI KRISTALOID
Solution 5% Dextrose in water (D5W) Normal Saline D5 NS D5 NS D5 NS RL D5 RL Tonicity Hypo (253) Na+ (mEq/L) Cl(mEq/L) K+ (mEq/L) Ca2+(mE q/L) Glucose (g/L) 50 Lactate (mEq/L)

Iso (308) Iso (330) Hyper (407) Hyper (561) Isi 273) Hyper (525)

154 38,5 77 154 130 130

154 38,5 77 154 109 109 4 4 3 3 50 50 50 50 28 28

Cairan Koloid
Disebut juga cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau plasma ekspander. Terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik cairan cenderung bertahan agak lama di dalam ruang intravaskuler. Masa paruh di dalam ruang intravaskuler = 3-6 jam Sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hemorrhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misalnya luka bakar). Berdasarkan pembuatannya dibedakan 2 jenis larutan koloid, yaitu : 1. Koloid alami 2. Koloid sintesa

Koloid Alami
Fraksi protein plasma 5 % dan human albumin (5% dan 2,5%) Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Mengandung : albumin (83%), mengandung globulin dan -globulin.

Koloid Buatan
Dextran Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000. Diproduksi oleh : bakteri Leuco-nostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukresa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40. Punyai efek trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktifitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.

Hydroxylethyl Strach (Heta Strach) : Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000-1.000.000 ratarata 71.000 osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal dikeluarkan 46% lewat urine dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar amylase serum (walau jarang) Low-mollecular-Weight Hydroxyethyl Strach (Penta-strach) mirip hetastrach mampu mengembangkan volume plasma sampai 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung sampai 12 jam potensi sebagai plasma volume expander besar, toksisitas rendah dan tidak mengganggu koagulasi banyak dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.
Gelatin : Larutan koloid 3,5-4% dalam balance electrolyt dengan berat molekul ratarata 35.000 Dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.

JENIS-JENIS KOLOID
Colloids Production Type Molcular Weight (103) 50 Halflife intravascul er 4-15 days Indication

Plasma protein

Human plasma

Serum human albumin D 40, 70

-Volume substitute - Hypoprotein emia - Hemodilution -Hemodilution -Microcirculation disturbance -Volume substitute

Dextran

Leuconostoc mesenteroid B 512

60-70

6 hrs

Gelatine

Hydrolisis animal collagen

- Modified gelatine -Urea linked - Oxypoly gelatine - Hydroxi ethylstarch

35

2-3 hrs

Starch

Acid hydrolisis and ethylene oxide from soybeans and maize Polymer synthetic vynil pyrrolidone

450

6 hrs

-Volume substitute -Hemodilution

Polyvinyl pyrrolido ne (PVC)

- Subtosan --Peristone

50 25

-Volume substitute

Kristaloid
Keuntungan Murah volume intravaskuler dipilih untuk penanganan awal resusitasi cairan pada trauma atau perdarahan Mengisi volume intravascular dengan cepat Mengisi kekosongan ruang ke3 Menurunkan tekanan osmotic Menimbulkan edema perifer Kejadian edema pulmonal meningkat Memerlukan volume yang lebih banyak Efeknya sementara

Koloid
Bertahan lebih lama di intravaskuler Mempertahankan/tekanan onkotik plasma Memerlukan volume yang lebih sedikit Edema perifer minimal Menurunkan TIK Mahal Dapat menimbulkan koagulopati Pada kebocoran kapiler, cairan pindah ke interstitium Mengencerkan factor pembekuan dan trombosit adhesive trombosit bias menimbulkan reaksi anafilaktik dengan dextran dapat menyumbat tubulus renal dan RES di hepar

Kerugian

Terapi Cairan
Tujuan: mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang normal dan apabila memungkinkan mengoreksi abnormalitas yang terjadi Pada umumnya diberikan pada gangguan klinis yang dapat menyebabkan keadaan hipovolemia (hiperemesis, diare, perdarahan, dll.)

Terapi cairan dapat dibagi menjadi empat komponen: a. resusitasi b. deficit replacement c. ongoing losses d. rumatan atau maintenance Masing-masing memiliki karakteristik volume, komposisi, dan kecepatan pemberian cairan berbeda. Pelaksanaan terapi cairan harus disertai dengan pengawasan tanda vital, gejala klinis, output urin, dan keseimbangan elektrolit serum.

Resusitasi
Tujuan: mengembalikan volume sirkulasi, tekanan darah, serta perfusi yang adekuat. Pasien-pasien dengan tanda-tanda hipoperfusi harus segera mendapatkan terapi cairan berupa cairan isotonik, seperti NaCl 0.9% atau Ringer Laktat, dalam bentuk bolus. Tahap resusitasi harus mampu menurunkan defisit cairan pada dehidrasi sedang atau berat hingga mencapai 8% dari berat badan. End point: perfusi perifer, tekanan darah, dan nadi kembali normal.

Clinical Correlates of Dehydration


Severity Fluid Deficit in mL/kg (percent body wt)* Infants Adolescents Signs

Mild

50 (5%)

30 (3%)

Slightly dry buccal mucous membranes, increased thirst, slightly decreased urine output Dry buccal mucous membranes, tachycardia, little or no urine output, lethargy, sunken eyes and fontanelles, loss of skin turgor

Moderate

100 (10%)

5060 (56%)

Severe

150 (15%)

7090 (79%)

Same as moderate plus a rapid, thready pulse; no tears; cyanosis; rapid breathing; delayed capillary refill; hypotension; mottled skin; coma

*Standard estimates for children between infancy and adolescence have not been established. For children between these age ranges, clinicians must estimate values between those for infants and those for adolescents based on clinical judgment.

Deficit Replacement
Tujuan: mengganti defisit cairan 8% dari berat badan setelah melalui tahap resusitasi pemberian cairan sebanyak 10 ml/kgBB atau 1% berat badan setiap jam selama 8 jam Pemilihan jenis cairan dapat disesuaikan dengan perkiraan jumlah elektrolit yang hilang sesuai dengan gangguan klinis pada pasien.

Estimated Electrolyte Deficits by Cause


Cause Sodium (mEq/L) Potassium (mEq/L)

Diarrhea Isotonic dehydration Hypotonic dehydration Hypertonic dehydration Pyloric stenosis Diabetic ketoacidosis 80 100 20 80 80 80 80 10 100 50

Ongoing Losses
Volume ongoing losses atau kehilangan cairan yang kontinyu harus dimonitor baik secara langsung maupun berdasarkan estimasi (10 ml/kgBB per volume diare). Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang hilang dan rentang waktunya disesuaikan dengan kecepatan serta keparahan hilangnya cairan.

Rumatan
Merupakan pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium, kalium dan klorida), serta glukosa yang dibutuhkan untuk pasien-pasien yang tidak bisa memilih asupan mereka sendiri (misal, seseorang yang akan menjalani operasi, penurunan kesadaran atau anoreksia, sakit berat). Tidak mengoreksi defisit cairan atau mengganti kehilangan abnormal seperti yang terjadi pada diare, muntah-muntah, atau drainase usus. Penghitungan jumlah cairan rumatan dapat dilakukan menggunakan berbagai metode. Metode yang umum digunakan adalah metode Holliday-Segar.

Metode Holliday-Segar
Holliday-Segar Formula for Maintenance Fluid Requirements by Weight
Wt (kg) Water Electrolytes H2O) (mEq/L

mL/day

mL/h

010 kg

100/kg

4/kg

Na 30, K 20

1120 kg

1000 + 50/kg for each kg>10

40 + 2/kg for each kg > 10

Na 30, K 20

> 20 kg

1500 + 20/kg for each kg >20

60 + 1/kg for each kg > 20

Na 30, K 20

Metode Lainnya
Method I Method 2 Weight (kilogram [kg]) x 25-35 milliliter (mL)=mL fluid required daily 25 mL/kg for CHF or renal disease 30 mL/kg for average adults 35 mL/kg for patients with infection or draining wounds 1000 mL for the first 10 kg actual body weight +50 mL fluid/kg for the next 10 kg actual body weight (or 1500 mL for the first 20 kg of body weight) +15 mL fluid/kg for each additional kg over 20 kg (add this to the base of 1500 mL)

Method 3*

1 mL/kcal of intake = mL fluid required daily *If a patients calorie intake is poor, this method will underestimate fluid needs in many cases. (kg body weight 20) x 15 +1500 = mL fluid required daily Average healthy adult: 30-35 mL/kg body weight Adult 55-75 years: 30 mL/kg body weight Adult >75 years: 25 mL/kg body weight

Method 4 Method 5

Komponen Cairan Rumatan


Insensible water loss/IWL Sekitar 25% dari konsumsi kalori total terbuang sebagai insensible water loss. Merupakan fungsi langsung dari pemakaian energi yaitu sebesar rata-rata 50 ml per 100 kkal yang dikonsumsi. Kira-kira 1/3 dari kehilangan air terjadi melalui paru dan 2/3 melalui kulit. Meningkat pada keadaan: hiperventilasi (misalnya neonatus prematur, asma, pneumonia, diabetik ketoasidosis, dan asidosis akibat uremia) demam, ruam kulit (misalnya viral exanthem) luka bakar lingkungan kering Berkurang pada: pasien-pasien koma sedasi yang lama hipotiroidisme hipotermia menghirup udara lembab (misalnya ventilasi mekanik) Jika kelembaban lingkungan bertambah sehingga menghambat penguapan kulit, maka suhu tubuh naik. Setiap peningkatan suhu 100 Cdi atas 370 C, maka kebutuhan air (kalori) bertambah 12%.

You might also like