You are on page 1of 2

KATA PENGANTAR

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi pencari keadilan seiring dengan pejalanan Cetak Biru (blue print) jilid II Mahkamah Agung, Mahkamah Syariyah Lhokseumawe selama tahun 2011 lalu telah mendorong ditingkatkannya kualitas pelayanan secara umum. Peningkatan kualitas pelayanan ini diawali dengan adanya Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Penetapan Kejelasan Alur Kerja setiap fungsi pegawai yang tampak pada adanya kejelasan fungsi dan tanggung jawab setiap aparatur dan kejelasan pada fungsi pengawasan/monitoring. Disamping itu, dalam meningkatkan kualitas pelayanan ini, telah dilakukan berbagai penyempurnaan terhadap elembagaan yang ada serta sistem ketatalaksanaan yang dianut. Berbagai langkah tersebut pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Setelah berbagai upaya penyempurnaan tersebut dilaksanakan, kini saatnya seluruh paratur peradilan diharapkan mampu menunjukkan kinerjanya secara nyata sesuai dengan peran dan mandat yang diberikan kepadanya. Sudah saatnya diterapkan berbagai kebijakan yang mendorong peningkatan kinerja aparatur. Tuntutan akan adanya peningkatan kinerja ini juga berarti adanya tuntutan perubahan pola pikir dan pola tindak dari aparatur itu sendiri. Mahkamah Syariyah Lhokseumawe menyadari benar bahwa seorang aparatur ini akan sulit berubah apabila tidak mampu melakukan perubahan pola pikir dan pola tindak seiring perubahan iklim kesadaran hukum masyarakat dengan pertanggungjawaban berfokus pada pelayanan publik. Dalam bahasa yang lain, transformasi sektor pemerintahan berarti merubah fokus akuntabilitas dari orientasi kepada masukan-masukan (Inputs Oriented Accountability) dan proses ke arah akuntabilitas kepada hasil (Results Oriented Accountability), baik berupa output maupun outcomes. Oleh karena itu, Mahkamah Syariyah Lhokseumawe akan melakukan segala upaya yang diperlukan sesuai dengan wewenangan dan tugas seorang aparatur peradilan, yang mendorong agar penyelenggaraan pemerintahan dapat dilaksanakan dengan berprinsip pada tata kepemerintahan yang baik yang menuju kepada kepemerintahan yang berorientasi kepada hasil (Result Oriented Government). Mahkamah Syariyah Lhokseumawe berharap seluruh aparaturnya dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat, dapat menunjukkan dan mempertanggungjawabkan anggaran negara melalui kulitas kinerja kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun

suatu laporan kinerja pemerintah sebagai bahan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Mahkamah Syariyah Lhokseumawe tentu mengharapkan kinerja badan peradilannya akan tampak dalam laporan tersebut, tidak sekedar kinerja penggunaan anggaran semata.

Dengan berakhirnya pelaksanaan tahun anggaran 2011 berarti Mahkamah Syariyah Lhokseumawetelah menyelesaikan kegiatannya untuk tahun kedua dikaitkan dengan implementasi dari Rencana Strategis 2010-2014 yang telah digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan kegiatan Mahkamah Syariyah Lhokseumawe dalam upaya memenuhi visi dan misinya. Selama tahun 2011, sejumlah capaian kinerja yang ditargetkan dalam rencana strategis telah berhasil dicapai. Capaian kinerja Mahkamah Syariyah Lhokseumawe untuk tahun 2011 ini kemudian dituangkan ke dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Mahkamah Syariyah Lhokseumawe Tahun 2011. Sebagai bentuk pengejawantahan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian informasi kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja aparatur peradilan kepada para stakeholders. Akhir kata, kami selaku Pimpinan Mahkamah Syariyah Lhokseumawe berharap agar Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat menjadi media pertanggungjawaban kinerja serta peningkatan kinerja bagi seluruh aparatur Mahkamah Syariyah Lhokseumawe. Lhokseumawe, 15 Februari 2012 Ketua

Drs.H.ADNAN GADE Nip. 19490705 197903 1 003

ii

You might also like