You are on page 1of 4

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian

Psikometri

http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

Menulis untuk Memahami

Diskusi Metodologi Penelitian


Daftar Isi Paper Tanya Jawab Download Links About Me
Perbedaan Pengertian Aspek dan Dimensi dalam Pengembangan Alat Ukur Menganalisis Data via ITEMAN

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi


Saya sering sekali ditemui mahasiswa yang sedang menyusun skala pengukuran. Mereka melaporkan bahwa aitem-aitem skala yang mereka tulis banyak yang rontok dalam analisis aitem, alias memiliki daya diskriminasi yang rendah. Korelasi aitem-total sebagian besar aitem skala sangat rendah. Saya lalu meminta beberapa mahasiswa menganalisis faktor data try-out alat ukur yang mereka lakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa data mereka menghasilkan faktor yang majemuk, padahal harusnya menghasilkan faktor tunggal. Dengan kata lain, pengukuran mereka bersifat multidimensi. Prosedur seleksi aitem hendaknya dilakukan pada data yang unidimensi yang ditunjukkan dengan kesamaan domain ukur. Unidimensi artinya domain ukurnya tunggal, sedangkan multidimensi artinya domain ukurnya adalah majemuk. Jika kita paksakan menyeleksi aitem-aitem skala pengukuran yang bersifat multidimensi secara bersama-sama, maka hasil yang didapat adalah seperti kasus yang dialami oleh mahasiswa saya tadi. Sebagian besar aitem banyak gugur dalam analisis. Aitem-aitem memasuki bus yang tujuannya berbeda-beda akan tetapi dipaksa untuk mengarah pada satu tujuan. Akibatnya, aitem-aitem banyak yang berontak dan memilih turun dari bus. Seperti itulah analogi jika kita menganalisis data yang bersifat multidimensi namun dijadikan dalam satu sistem analisis yang sama. Sesuatu yang bijak jika kita menghargai perbedaan orientasi masing-masing orang. Dalam dunia psikometri, kebijaksanaan itu dapat diterapkan juga pada analisis aitem. Analisis aitem dilakukan secara terpisah berdasarkan dimensi ukurnya. Jika ada tiga dimensi ukur, maka analisis aitem dilakukan secara terpisah pada masing-masing dimensi. Penelitian menunjukkan bahwa koefisian alpha akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang baik jika dikenakan pada pengukuran multidimensi. Dengan menganalisis setiap dimensi secara terpisah, maka kita akan mendapatkan tiga koefisien alpha. Koefisien alpha adalah uji reliabilitas yang hanya membutuhkan pengukuran unidimensi untuk memberikan estimasi yang tepat (Gliem & Gliem, 2003). Koefisien alpha pada umumnya akan meningkat seiring dengan peningkatan interkorelasi antara aitem skala dan oleh karenanya dikenal sebagai estimasi konsistensi internal. Karenaitu interkorelasi antar aitem tes menjadi maksimal ketika semua item mengukur konstruk yang sama (unidimensi). Penelitian menunjukkan bahwa alpha tidak sensitif terhadap sifat multidimensionalitas data. Artinya, meski diterapkan data pengukuran yang bersifat multidimensional koefisien alpha bisa sangat tinggi. Apalagi jika jumlah aitem pengukuran lebih dari 15 buah. Kondisi ini merupakan salah satu kelemahan koefisien alpha. Nilai alpha yang tinggi belum tentu bagus jika tingginya dikarenakan overestimasi. Juga belum tentu bagus jika memiliki eror standar pengukuran yang nilainya tinggi pula. Khusus untuk menangani data yang bersifat multidimensi, Cronbach sebagai penyusun koefisien reliabilitas alpha, telah menyusun formula tersendiri. Namanya koefisien reliabilitas alpha berstrata (alpha stratified) yang dapat dikenakan untuk menghitung reliabilitas pada pengukuran multidimensi. Rekomendasi Yang dapat saya rekomendasikan dalam hal ini adalah agar para penyusun skala mengidentifikasi sifat data atau pengukuran yang dilakukan. Jika hasil identifikasi menunjukkan bahwa data bersifat multidimensional (terdiri dari banyak dimensi/faktor) maka saya sarankan untuk menganalisis secara terpisah berdasarkan tiap dimensi, dilanjutkan dengan menggunakan koefisian alpha berstrata untuk melaporkan reliabilitas pengukuran yang dilakukan. Sebaliknya jika mendapati dimensi tunggal, maka peneliti dapat menganalisis semua aitem secara bersamaan. Koefisien alpha secara luas diyakini secara tidak langsung menunjukkan sejauh mana satu set item mengukur konstruk laten unidimensional tunggal sehingga kita harus mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran. Contoh prosedur ini dapat dilihat pada website berikut sedangkan prosedur analisis faktor dapat dilihat pada website berikut Saran saya ini sebenarnya merujuk pada prosedur penyusunan skala secara yang dijelaskan oleh Hikins. Dalam tahap-tahap penyusunan skala yang ditulis dia meletakkan tahap identifikasi reliabilitas (internal konsistensi) setelah tahap analisis faktor. Analisis faktor berguna untuk mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran. Referensi Gliem, J. A., & Gliem, R. R. (2003). Calculating , Interpreting , and Reporting Cronbach s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. October, (1992), 82-88.
Like 0

Search

METODOLOGI PENELITIAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENELITIAN EKSPERIMEN PENYUSUNAN ALAT UKUR PSIKOMETRIKA REFLEKSI SOFTWARE ANALISIS STATISTIKA UNCATEGORIZED

TULISAN TERBARU
Semua Model Salah, Tapi ada Beberapa yang Bermanfaat Estimasi Parameter dan Ketepatan Model dalam Analisis Data Kategorikal Berkenalan dengan Regresi Probit

LANGGANAN TULISAN VIA EMAIL

Langganan Posting Terbaru Langganan Tanya Jawab Klik, tulis email dan aktivasikan pada email anda

TANYA JAWAB
Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Laura on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab zain on Tanya Jawab zain on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Arih on Tanya Jawab rayi on Tanya Jawab Radja on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Prosedur Pengujian Validitas Isi melalui Indeks Rasio Validitas Isi (CVR) bangkit seandi taroreh on Prosedur Pengujian Validitas Isi melalui Indeks Rasio Validitas Isi (CVR)

SHARE KE FB

Analisis Faktor, Koefisien Reliabilitas, penyusunan skala, Seleksi Aitem


This entry was posted on September 2, 2010, 16:38 and is filed under Penyusunan Alat Ukur, Psikometrika. You can follow any responses to this entry through RSS 2.0. You can leave a response, or trackback from your own site.

Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.org

1 of 4

17/09/2012 10:48

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian

http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

COMMENTS (7)

RELATED POSTS

#1 by Triantoro Safaria on December 7, 2011 - 10:48


Pak Wahyu Yth. Saya membaca sebuah buku karangan Schuyler W. Huck yg berjudul Statistical Misconceptions (2009) Taylor & Francis. Pada bab ttg Reliability dan Validity, ia mengatakan bahwa the tests collection of questions does not have any level of reliability or validity .the test cannot correctly be said to have a test-retest reliability of .80 ect. dia berargumen bahwa all of the different kinds of reliability and validity are based on the score generated by administrating a test to a group of examinees. Change the nature of the examinee group will likely change the quantitative properties of RB/VD dia kemudian melanjutkan for this reason, it is imperative that reliability and validity be viewed as residing in the scores that become available after the test is administrated, not in the test itself. Argumen lainnya adalah dia mengatakan bahwa statistical indices of RB/VD will vary from group to groupfor this reason, any r-based estimate of RB/VD ought to be thought of as just that an estimate. kemudian dia melanjutkan..if the test itself possesd these psychometric properties of RB/VD, then no estimate would be needed!. Kalau menurut kesimpulan saya, adalah salah kalau kita mengatakan bhw skala stress ini memiliki Cronbach alpha sebesar = 0.88, krn menurutnya ini adalah sebuah kesalahan pemahaman terhdp statistik/psikometri. yang benar adalah skala stress mendapatkan estimasi Cronbach alpha sebesar= 0.78. Jadi scr tegas ia mengatakan semua alat ukur psikologis tidak dapat dikatakan memiliki skor alpha, tetapi diestimasi mendapatkan alpha sebesar .88 dari pengujian thdp sample penelitian. Bgm pendapat pak wahyu atas argumen dari Huck ini. (sbb bidang saya bukan psikometri). Terima kasih.

#2 by Wahyu Widhiarso on December 8, 2011 - 08:24


Salam kenal Pak Triantoro, terima kasih telah mampir di blog saya. Pendapat Huck tersebut benar. Buku-buku daras psikometri telah membahas hal ini. Reliabilitas dan validitas bukanlah properti tes, dia adalah properti pengukuran atau skor. Tidak ada istilah tes yang reliabel, adanya adalah pengukuran yang reliabel. Demikian juga skor, yang valid adalah skor bukan tesnya. Reliabilitas dan validitas adalah sample bound. Reliabilitas skala A ketika diterapkan di desa X dan Y kemungkinan akan berbeda. Jadi setiap pengukuran harus dilaporkan reliabilitasnya, karena reliabilitas adalah properti pengukuran. Permasalahan ini diatasi oleh pendekatan teori respons aitem yang tidak terpengaruh oleh sampel. Reliabilitas adalah hasil estimasi konsistensi hasil pengukuran, bukan properti tes atau skala. Jadi pelaporan yang tepat adalah seperti ini. Hasil estimasi reliabilitas pengukuran Skala Stress dengan menggunakan koefisien alpha menghasilkan alpha<0.8. Pernyataan ini menunjukkan bahwa reliabilitas adalah hasil estimasi properti pengukuran, kedua karena estimasi koefisien alpha adalah lower bound estimator dari true reliability, maka seharusnya disimbilkan dengan tanda kurang dari.

#3 by Triantoro Safaria on December 7, 2011 - 11:22


Saya juga teringat dgn konsep alm. Prof. Sutrisno Hadi yaitu try-out terpakai. Walaupun msh ada perdebatan ttg hal tersebut. Kalau melihat pendapat Huck di atas yg mengatakan all of the different kinds of reliability and validity are based on the score generated by administrating a test to a group of examinees. Change the nature of the examinee group will likely change the quantitative properties of RB/VD dan statistical indices of RB/VD will vary from group to group sehingga skala yg sdh diuji pd sampel pilot study, seharusnya ttp diuji lagi reliabilitas Cronbach alphanya pada sampel penelitian yg target. Hal ini krn hasil estimasi reliabilitasnya pasti berbeda, dan bisa jadi ada aitem yg gugur (item-total corr yg rendah). kalau menurut pedpt Huck di atas, menurut saya try-out terpakai yg dikemukan oleh Prof. Sutrisno Hadi adalah bisa dilakukan, krn diestimasikan pada sampel penelitian yg sesungguhnya (bkn sampel pilot study). bahkan justru estimasi ini yg lebih mengambarkan estimasi reliabilitas alat ukur tersebut utk kelompok sampel ini, sdg kan estimasi RB pd sampel pilot study krg mengambarkan sbb berasal dari group yg berbeda. Bgm menurut Pak Wahyu?? Terima Kasih.

#4 by Wahyu Widhiarso on December 8, 2011 - 08:42


Betul, koefisien alpha berbasis teori skor murni klasik psikometri yang sangat terpengaruh oleh karakteristik sampel. Oleh karena itu setiap prosedur pengukuran diharapkan melaporkan reliabilitas pengukuran yang dilakukan. Masalah try out terpakai.. Psikometri dan statistik memiliki perbedaan. Gampangannya, psikometri adalah persiapan alat ukur, sedangkan statistik adalah pengujian hipotesis. Alat ukur harus siap dulu, baru dipakai untuk penelitian (menguji hipotesis). Penggabungan keduanya dalam tataran tertentu akan menghasilkan keputusan yang bias, kecuali menggunakan beberapa teknik analisis lanjut. Misalnya model yang bisa merangkum eror pengukuran dan eror prediksi (residual) dalam satu sistem. Jadi, sebelum maju perang siapkan dulu senjata kita. Kalau senjata kita telah teruji, menghasilkan tembakan yang akurat (skor valid) dan arah tembakannya konsisten (reliabel) maka kita siap maju perang. Properti psikometris tes (pengukuran, skor, etc) sangat terpengaruh karakteristik sampel. Oleh karena itu, ketika melakukan pilot test, diharapkan sampel yang dilibatkan adalah representatif, heterogen dan large sizes. Jadi, ketika skala diberikan pada orang lain,

2 of 4

17/09/2012 10:48

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian

http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

propertinya tidak banyak berubah. Kalau sampel pilot tes kita representatif dan heterogen, maka properti tersebut akan konsisten. Ketidakonsistenan seringkali terjadi karena saat pilot test, sampelnya kurang representatif. Dan kadang malah berbeda, misalnya pilot test pada mahasiswa akan tetapi aplikasinya pada karyawan

#5 by Triantoro Safaria on December 8, 2011 - 12:20


terima kasih Pak wahyu atas pencerahannya..

#6 by Triantoro Safaria on December 8, 2011 - 12:24


Bgm dgn prosedur pengujian dgn SEM Pak Wahyu. apakah alat ukur perlu di try-out terlebih dahulu pada sampel pilot study, baru kemudian diuji dgn full model melalui SEM dgn real sample. Apakah boleh ketika kita hendak menguji dgn Full model tdk melalui proses try-out alat ukur, krn pada analisis SEM Full model selain menguji struktur model juga menguji measurement model? Mohon pencerahannya?

#7 by Wahyu Widhiarso on December 9, 2011 - 01:51


Meskipun SEM adalah penggabungan psikometri dan statistika, saya belum menemukan jurnal yang membahas model pengukuran dan model struktural jadi satu. Peneliti yang mengembangkan model kebanyakan menggunakan instrumen yang tervalidasi, jadi mereka tidak lagi mengevaluasi model pengukurannya lagi. Jadi, saya belum bisa menjawab. Saya masih berpatokan pada jurnal2 penelitian yang saya baca.

Name (required) E-Mail (required) (will not be published) Website

Submit Comment

Daftar Isi SELAMAT DATANG Konten Posts Kutipan Tanya Jawab Paper Research Referensi Tanya Jawab Download Kuliah FTP Presentasi Analisis Data Kompilasi Skala Psikologi Data Files Artikel Buletin Psikologi Links About Me Buku Tamu

Semua Model Salah, Tapi ada Beberapa yang Bermanfaat Estimasi Parameter dan Ketepatan Model dalam Analisis Data Kategorikal Berkenalan dengan Regresi Probit Berkenalan dengan Analisis Faktor Multi Grup Uji Keberfungsian Aitem Diferensial dengan Menggunakan Regresi Logistik Analisis Faktor Konfirmatori Melalui Program EXCEL Berkenalan dengan Regresi Multilevel Reliabilitas dan Validitas Konstruk dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM) Berkenalan dengan Korelasi Intrakelas (ICC) Dua Cara Proses Identifikasi dalam Analisis Faktor Konfirmatori Menerapkan Bootstrapping dalam Proses Estimasi Reliabilitas

Faktor
Kovarian

Analisis Faktor Konfirmatori Analisis Kelas Laten Analisis Aspek dif

analisis butir Analisis

AMOS

analisis aitem

NetworkedBlogs Blog: Diskusi Metodologi Penelitian Topics: Psikometri, Metodologi Riset, Statistik Follow my blog

Anava

ANOVA

Faktor Guttman IRT kategori skor Ketepatan Model Koefisien Reliabilitas Konjenerik Korelasi Korelasi Item Total Linieritas Lisrel Metodologi Penelitian Model Rasch

Eksperimen

dimensi

penyusunan skala Penyusunan Skala Psikologi Regresi


Seleksi Aitem SPSS Statistika Sumbangan Efektif Teori Respons Butir Uji-t Uji Asumsi Uji

MPLUS Normalitas

SEM

Asumsi Uji Hipotesis Ukuran Sampel Validitas Isi Variabel

Mediator Variabel
Moderator

3 of 4

17/09/2012 10:48

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian

http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

Beda Pandang Ilmu Sosial dan Eksak terhadap kata Hipotesis

Fusion theme by digitalnature | powered by WordPress Entries (RSS) and Comments (RSS) ^

4 of 4

17/09/2012 10:48

You might also like