You are on page 1of 3

Lampung dan transmigrasi Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang terletak di pulau Sumatera, lebih tepatnya

di ujung timur pulau Sumatera. Provinsi Lampung memiliki banyak keunikan dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Sumatera. Keunikan yang dimiliki oleh provinsi Lampung adalah yang pertama, provinsi Lampung ditempati oleh berbagai suku. Dalam hal ini, selain suku Lampung sendiri yang mendiami provinsi Lampung ada juga suku lain. Adapun suku lain yang ada di Lampung diantaranya adalah suku yang berasal dari Sulawesi Selatan, Bali, Lombok, Jawa, Padang, Batak, Sunda, Madura, Bugis, Banten, Palembang, Aceh, Makasar dan warga keturunan asing. Provinsi Lampung dihuni oleh bermacam-macam suku karena kebijakan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah melalui Undang-Undang (UU) No. 3 Tahun 1972 1 mengatur masalah transmigrasi dan menetapkan provinsi Lampung sebagai salah satu tujuan transmigrasi. Dampak dari transmigrasi tersebut adalah menjadikan provinsi Lampung

sebagai Indonesia mini. Berdasarkan predikatnya sebagai Indonesia mini, provinsi Lampung juga memiliki keunikan lain yaitu dengan banyaknya nama daerah atau kecamatan yang dinamai seperti nama daerah di pulau Jawa. Hal ini terjadi karena sejak zaman belanda, provinsi Lampung merupakan salah satu tempat tujuan transmigrasi besar-besaran dari tanah Jawa. Transmigrasi besar-besaran ke provinsi Lampung kemudian membuat jumlah suku asli Lampung lebih sedikit daripada suku transmigran. Hal ini kemudian membuat bahasa asli Lampung jarang digunakan. Dalam hal ini karena masyarakat provinsi Lampung lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, disinyalir ada beberapa daerah di kota Lampung yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa komunikasi. Dengan demikian, tentu sudah terjadi sebuah pembauran yang cukup kental antara suku pribumi dan suki transmigran. Pembauran antara suku pribumi dan suku transmigran inilah yang kemudian membuat tingkat kecenderungan untuk terjadinya konflik semakin tinggi. Selain faktor pembauran, di beberapa daerah di provinsi Lampung terdapat dua buah desa yang seluruh penduduknya berisi orang Bali. Desa tersebut adalah desa balinuraga dan bali agung. Di desa balinuraga dan bali agung biasanya terdapat sebuah pura besar tempat umat hindu melakukan kegiatan agama. Hal ini terjadi karena masyarakat desa balinuraga

Transmigrasi adalah kepindahan atau perpindahan penduduk dengan sukarela dari suatu daerah ke daerah yang ditetapkan di dalam wilayah negara Republik Indonesia atas dasar alasan-alasan yang di pandang perlu oleh negara. Sedang transmigran, merupakan setiap warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela dipindahkan atau dipindah menurut pengertian sebagaimana yang di pandang perlu oleh negara.

dan baliagung mencoba untuk mendesain tempat tinggalnya sama persis seperti keadaan di Bali. Keberadaan masyarakat balinuraga kemudian menjadi sebuah titik awal bermulanya konflik antara suku Bali dan suku Lampung. Meskipun demikian, pada dasarnya keberadaan suku bali di desa balinuraga sebelumnya tidak menimbulkan masalah sedikitpun. Hal ini terjadi karena masyarakat Lampung memiliki falsafah hidup Nemui-nyimah 2 . Falsafah hidup orang Lampung tersebut kemudian mengekang konflik antara masyarakat suku Lampung dengan suku lainnya. Namun dengan seiring waktu, falsafah hidup tersebut mulai luntur.

Konflik Lampung selatan Suku asli Lampung pada dasarnya bersikap sangat baik terhadap para pendatang. Dalam hal ini, mereka menyambut baik kedatangan para pendatang (transmigran). Meskipun demikian, para pendatang justru sering menyulut amarah penduduk asli Lampung. Sebagai suku pribumi, suku Lampung tentu tidak akan tinggal diam jika merasa dihina oleh suku lain. Hal ini akan semakin menjadi ketika sudah menyangkut permasalahan harga diri. Permasalahan harga diri tentunya akan menjadi sebuah alasan yang cukup pantas untuk memicu konflik. Hal ini terjadi karena harga diri merupakan sebuah harga mati, apalagi masyarakat Lampung merupakan masyarakat pribumi. Superioritas pribumi tentunya menjadi sebuah nilai tersendiri dalam perspektif konflik antar suku. Dalam hal ini, karena pribumi merasa lebih pantas untuk berbuat sesuka hatinya di tanah sendiri. Rasa superioritas dan lebih pantas berbuat sesuka hatinya di tanah sendiri kemudian menyebabkan masyarakat pribumi menjadi tidak gentar dengan konflik. Dalam hal ini jika kita melihat perspektif Lampung, sejatinya telah banyak konflik-konflik sebelum konflik Lampung selatan. Adapun salah satu contoh konflik antar suku di Lampung adalah perang suku antara suku Lampung dan suku Sidomulyo (Sidorejo) mengenai perebutan lahan parkir. Konflik ini sejatinya merupakan konflik kecil, namun kemudian konflik ini berakumulasi dan memunculkan rasa dendam terhadap suku tertentu. Akumulasi konflik-konflik kecil antara suku Lampung dan suku transmigran kemudian menjadi penyulut konflik yang lebih besar lagi. Adapun konflik yang paling terakhir terjadi antara masyarakat suku Lampung dan suku Bali adalah konflik di Lampung

falsafah hidup fiil pesenggiri dengan salah satu unsurnya adalah Nemui-nyimah yang berarti ramah dan terbuka kepada orang lain, maka tidak beralasan untuk berkeberatan menerima penduduk pendatang.

Selatan. Kronologi konflik di Lampung selatan seperti yang dirilis oleh humas mabes polri adalah dipicu karena kecelakaan bermotor.3 Awalnya, dua orang masyarakat suku Lampung mengendarai kendaraan bermotor melintasi wilayah masyarakat suku Bali. Pengendara sepeda motor tersebut merupakan dua orang gadis yang bernama Nurdiana Dewi dan Eni.4 Nurdiana kemudian menabrak seorang pengendara sepeda onthel yang diyakini sebagai seorang suku Bali. Setelah kejadian terjadi, kemudian masyarakat suku Bali mencoba menolong kedua gadis tersebut. Namun, kemudian kabar yang tersiar adalah bahwa masyarakat suku Bali melakukan pelecehan seksual terhadap kedua gadis tersebut. Konflik yang terjadi di Lampung terjadi cukup besar. Bermula dari dugaan

pelecehan seksual kemudian menjadi sebuah perang antara suku Lampung dan suku Bali. Konflik ini kemudian menelan korban tiga orang tewas dan beberapa kerugian material lainnya. Warga suku Lampung yang berjumlah ratusan orang kemudian menyerbu

masyarakat suku Bali, sehingga perpecahan tidak terelakkan lagi.

Resolusi Konflik

3 4

www.polri.go.id Ibid.

You might also like