You are on page 1of 26

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

RIWAYAT HIDUP
Nama Pangkat TTL Status Agama Alamat : drg. Ali Thomas T. : Kapten Laut (K) 17284/P : Bandung, 29 Mei 1978 :K1 : Islam : Jl. Kembang Kertas Kav A no. 8 B Soehat Malang

PENDIDIKAN UMUM :
SD YWKA II Bandung 1990 SMP Negeri 5 Bandung 1993 SMA Negeri 6 Bandung 1996 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 2004

PENDIDIKAN MILITER :
Pendidikan Pertama Perwira PK TNI 2005 Pendidikan Dasar Golongan Perwira Kes. TNI-AL 2005 Pendidikan Spesialisasi Perwira Kes. TNI-AL 2010

JABATAN :
1. Kaur Anestesi RSAL Soedibjo Sardadi Jayapura 2006 - 2008 2. Kaur Polgi RSAL Soedibjo Sardadi Jayapura 2008 2010 3. Kasi Jangklinik RSAL Soekantyo Jahja Lanudal Jda Surabaya 2010 4. Ka Balai Kesehatan Lanal Malang 2011

Bangsa Barat pada abad ke XX

Enggan

untuk mengakui hak asasi manusia dan demokrasi di negara2 Asia dan Afrika. Proses dominasi, eksploitasi dan dominasi selama berabad - abad

Belanda masih berusaha untuk menjajah Indonesia lagi setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
Hak Republik Indonesia sebagai negara merdeka yaitu menentukan masa depannya sendiri

TIDAK DIAKUI

Di awal proklamasi kemerdekaan RI terjadi perlawanan dan pertempuran sengit antara pihak Indonesia dan pihak sekutu yang ditunggangi Belanda di berbagai daerah.

Bertekad bulat mempertahankan dan menegakkan kedaulatan Bangsa Indonesia

Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Pada tanggal 28 Agustus 1945 dibentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)

Menjaga ketertiban sekaligus bersedia bekerjasama dengan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees) Ketua : Dul Arnowo ; Sekretaris : Muhammad

Pada tanggal 3 Sept 1945 Wakil Residen (Fuku Schucokan) Soedirman dengan dukungan golongan pemuda memproklamasikan Karesidenan Surabaya sebagai bagian RI.

Posisi Soedirman memudahkan proses negosiasi dengan pihak penguasa militer Jepang, terutama untuk mengambil aparat sipil dari pemerintah Jepang secara damai dan bertahap serta untuk mengatur keamanan.

Pada tanggal 30 September 1945 Arek2 Surabaya berusaha merebut senjata Jepang di gudang senjata Don Bosco. Bung Tomo dan Muhammad sebagai pimpinan BKR akhirnya berhasil melakukan negosiasi dengan pihak Jepang bahwa senjata tidak diserahkan ke pihak pemuda namun kepada Kepolisian RI sebagai instansi resmi yang diwakili oleh M. Jasin. Perebutan senjata juga dilakukan di markas Tobu Jawa Butai dibwh pimpinan drg. Moestopo.

Hal ini membuat kepercayaan diri Pemimpin Surabaya

semakin meningkat
Pada tanggal 1 Oktober 1945 Residen Soedirman

menyatakan Syutjookan (Residen Jepang) secara resmi tidak mempunyai kekuasaan di Surabaya. Yang berkuasa adalah Pemerintah RI.
Suasana menjadi panas dan penuh kecurigaan ketika

pihak sekutu akan masuk ke Surabaya yang diberitakan melalui kawat dari Menteri Penerangan Amir Sjarifudin

Sebagian besar pimpinan di Surabaya masih belum percaya dan enggan menerima kedatangan sekutu yang dianggap memihak posisi Belanda yang ingin menjajah Indonesia lagi Sementara pihak sekutu yang pada akhirnya diperbolehkan masuk ke Surabaya masih menganggap remeh kekuatan bangsa Indonesia akibat lemahnya data intelijen.

Setelah pasukan sekutu mendarat, utusan Jendral Mallaby mengundang Gubernur Suryo berunding di kapal. Gubernur Suryo menugaskan drg. Moestopo mewakili sebagai ketua BKR atas nama pemerintah Jawa Timur. Berdasarkan pertemuan tersebut berhasil disepakati beberapa hal yang saling menghormati kedudukan masingmasing.

Tanpa ijin dari pihak RI, tanggal 27 Oktober 1945

pasukan sekutu menyerbu penjara Kalisosok. Kol. Laut Huijer dan stafnya dibebaskan. Bahkan kesatuan polisi di Bubutan dan Nyamlingan diserbu dan dilucuti
Pihak sekutu menyebarkan pamflet meminta pihak

Indonesia menyerahkan senjata ke kantor sekutu


Rakyat Surabaya yang tersinggung harga dirinya

bersama dengan pemimpin sipil dan militer bahu membahu mempertahankan kedaulatan wilayahnya melalui pertempuran yang sengit pada tanggal 28 Oktober 1945.

Pada tanggal 20 Oktober 1945 dilaksanakan penyerbuan kepada sekutu dimulai pukul 5 pagi. Posisi pasukan sekutu di beberapa tempat diserang dan dikepung oleh TKR, laskar dan kalangan pemuda.

Karena terdesak, sekutu meminta bantuan Presiden Soekarno untuk menghentikan pertempuran

Pada tanggal 29 Oktober 1945 Presiden Soekarno, Wapres Moh. Hatta dan Menpen Amir Sjarifuddin tiba di Surabaya.

Kemudian disepakati gencatan senjata dengan pihak sekutu.

Bung Tomo melalui pidato radio menyerukan masyarakat mematuhi seruan dan perintah Bung Karno.

Kemudian disepakati bahwa masalah Surabaya KONTAK BIRO kedua pihak. Namun ketika Kontak Biro keliling kota untuk menciptakan perdamaian terjadi insiden yaitu Jendral Mallaby terbunuh. Hal ini menjadi penyebab khusus munculnya pertempuan 10 November yang heroik.

Pada tanggal 7 November Jendral Mansergh mengundang Gubernur Suryo dan Kontak Biro dan menuduh Pihak RI tidak becus dan tidak bertanggungjawab menjaga keamanan. Pada tanggal 9 November mengultimatum Pemimpin Indonesia melapor dan menyerahkan senjata kepada sekutu.

Pertempuran Surabaya menunjukkan adanya suatu sinergi berbagai elemen masyarakat di Surabaya untuk menghadapi sekutu. Berkat saling percaya dan kerjasama dalam masyarakat, perlawanan yang diberikan masyarakat Surabaya menjadi inspirasi sekaligus membangkitkan kepercayaan diri masyarakat di daerah lain.

Kita dapat belajar banyak dari peristiwaperistiwa perjuangan di Indonesia. Sayangnya tidak selamanya manusia baik secara individual maupun sosial mampu menyadari dan mengaktualisasikan potensi belajar (learning capability) yang dimiliki. Kini masyarakat banyak yang mengalami distorsi persepsi dan konsep diri. Mereka mudah silau dan terpukau oleh kekuatan diluar dirinya termasuk bangsa lain.

Diperlukan visi dan misi kebangsaan dengan perilaku yang dijalankan. Kita perlu memperjuangkan impian The Founding Fathers dan harapan rakyat agar menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat adil dan makmur dapat terwujud.

Perlu berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia

Kita perlu melakukan refleksi ganda, yaitu kritis pada realitas diluar diri dan kritis pada kesadaran diri sendiri secara terus-menerus. Kerja keras, disiplin, jujur dan bersahaja harus kita gelorakan pada diri kita.

Mampu meraih prestasi dan reputasi yang dibanggakan

Untuk membangun etos kerja yang positif dapat

dimulai dari diri pribadi, keluarga dan masyarakat. Namun hal tersebut dapat berjalan efektif jika ditunjang oleh kepemimpinan, keteladanan dan regulasi dalam suatu sistem yang baik.
Keutamaan akademis tidak dapat dicapai tanpa

kejujuran. Munculnya sosok pribadi yang memiliki integritas tidak dapat dipisahkan dari dunia sosio kultural masyarakatnya. Pendidikan memiliki fungsi strategis memfasilitasi subjek didik untuk tidak tercerabut dari akar budayanya tetapi tidak juga terkungkung oleh kebudayaannya secara tradisional.

Untuk

membangun nasionalisme diperlukan etos kerja yang memungkinkan prestasi dan reputasi berhasil diraih. Salah satu kiat adalah meniru etos kerja para pahlawan. semua perlu berjuang dan membangun solidaritas bersama meminimalisir proses dehumanisasi dan ketidakadilan yang seringkali tidak disadari masyarakat yang berada dalam pusaran globalisasi.

Kita

1. Nilai kejuangan relegius 2. Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban. 3. Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah. 4. Nilai kejuangan harga diri. 5. Nilai kejuangan percaya diri. 6. Nilai kejuangan pantang mundur. 7. Nilai kejuangan patriotisme. 8. Nilai kejuangan heroisme. 9. Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan 10. Nilai kejuangan rasa setia kawan. 11. Nilai kejuangan nasionalisme dan cinta tahah air 12. Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.

TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN

You might also like