You are on page 1of 3

Paradigma dan Pola Pikir Manusia Setiap orang yang pernah melalui fase menjadi mahasiswa tentunya sudah

mengenal hal yang bernama paradigma. Definisi paradigma sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai pola pikir manusia dalam menyingkapi suatu hal. Dalam hal ini secara sederhana dapat diilustrasikan dengan kalimat apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita lihat. Dalam hal ini dimaksudkan dengan bagaimana tindakan logis kita dalam melihat sebuah permasalahan. Jika melihat rujukan ilmiah, paradigma adalah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya dalam memilih metoda tetapi juga cara-cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistomologis.1 Pengertian lain yang dikemukakan oleh Denzin & Linconln mengenai paradigma adalah paradigma merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi ontologis, epistemologis dan metodologi.2Dalam hal ini secara tersirat menyebutkan bahwa suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat dari kepercayaan dasar (atau metafisis) yang bersifat pokok atau utama.3 Sedangkan Guba menyatakan bahwa suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon terhadap tiga pertanyaan mendasar yaitu pertayaan ontologi, epistemologi dan metodologi.4 Setelah cukup mengerti dengan definisi paradigma, maka selanjutnya kita dapat menjawab pertanyaan mengenai paradigma. Misalnya seperti yang dikemukakan disaat matakuliah metodologi ilmu politik, bahwa ketika ada seorang kakek dan seorang anak kecil yang mungkin cucunya berada berseberangan. Kondisi lainnya adalah terdapat satu perahu yang disadarkan di tepi tempat anak kecil berada. Kemudian, ditanyakan bagaimana caranya agar keduanya dapat menyeberang? Pertanyaan ini jelas merupakan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban logis. Berdasarkan dari jawaban ini maka akan didapat sebuah paradigma. Secara logis, pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui beberapa perpektif dan cara pikir. Namun, menurut logika saya bahwa seorang anak tersebut memiliki perahu yang harus digunakan untuk menuju ke tempat kakek berada. Merupakan
1

Denzin, Norman K., and Yvonna S. Lincoln. Handbook of qualitative research. Thousand Oaks: SAGE Publications, 1994. hal. 105 2 Ibid, hal. 107 3 Ibid 4 Guba, Egon G.. The Paradigm dialog. Thousand Oaks: SAGE Publications, 1990. hal. 18

sebuah hal yang mustahil ketika keduanya harus berada pada sisi si anak sekarang berada. Hal ini karena perahu tersebut hanya muat dinaiki oleh satu orang. Menurut paradigma saya, mungkin si anak ingin menyeberang ke sisi kakek dan si kakek ingin menyeberang ke sisi si anak. Hal ini karena berdasarkan pola bahasa yang digunakan. Kondisi kakek dan si anak tersebut mempertanyakan bagaimana caranya agar keduanya dapat menyeberang. Secara logis maka si anak harus menyeberang ke sisi kakek dn si kakek harus menyeberang ke sisi anak. Hal tersebut merupakan hal yang menurut saya benar. Karena jika si kakek saja yang harus ke sisi si anak berarti si anak tidak menyeberang namun menyeberangkan kakek. Konteksnya akan berbeda ketika sebuah kata kerja kemudian disisipkan akhiran -an. Namun ketika si anak saja yang menyeberang ke sisi kakek, maka hanya anak tersebut yang menyeberang dan si kakek hanya diam saja duduk termangu. Dalam hal ini berarti sebuah paradigma juga dapat dianalisa melalui pembahasaannya. Hal ini karena bahasa merupakan ekspresi. Paradigma juga merupakan ekspresi cara pandang berpikir yang kemudian membutuhkan bahasa untuk mengabadikan eksistensinya.5 Berbicara tentang paradigma seorang manusia, maka dapat dibuat sebuah konsep yang cukup sederhana. Bahwa konsep penciptaan paradigma adalah berawal dari pengetahuan, pengalaman, dan interest (kesukaan atau kepentingan) yang dimiliki oleh seorang manusia.6 Hal ini karena manusia yang tidak memiliki ketiga hal tersebut berarti manusia tersebut tidak berpikir, dan hal ini tidak sesuai dengan prinsip Rene Descartes, cogito ergo sum.7 Oleh karena itu, paradigma merupakan suatu hal yang pasti dimiliki oleh manusia yang berpikir. Paradigma tersebut kemudian dapat di implementasikan kedalam bidang penelitian. Selain itu penciptaan norma, bahasa, dan adat kebudayaan menurut saya juga merupakan sebuah hasil dari paradigma. Hal ini karena paradigma bersifat fleksibel, tidak kaku dan selalu mengikuti keinginan carrier paradigma teresbut.

Rusliwa Somantri, Gumilar. "Jurnal UI." Jurnal UI. http://journal.ui.ac.id/ (diakses 23 Oktober, 2011). 6 Yunis, Roni, and Kridanto Surendro. "Journal Portal | Islamic University of Indonesia | Universitas Islam Indonesia." Journal Portal | Islamic University of Indonesia | Universitas Islam Indonesia. http://journal.uii.ac.id/ (diakses 23 October, 2011). 7 Sebuah Konsep Klasik yang sudah terkenal, yang berarti kita berpikir maka kita ada.

Daftar Referensi Denzin, Norman K., and Yvonna S. Lincoln. Handbook of qualitative research. Thousand Oaks: SAGE Publications, 1994. Guba, Egon G.. The Paradigm dialog. Thousand Oaks: SAGE Publications, 1990. Rusliwa Somantri, Gumilar. "Jurnal UI." Jurnal UI. http://journal.ui.ac.id/ (diakses 23 Oktober, 2011). Yunis, Roni, and Kridanto Surendro. "Journal Portal | Islamic University of Indonesia | Universitas Islam Indonesia." Journal Portal | Islamic University of Indonesia | Universitas Islam Indonesia. http://journal.uii.ac.id/ (diakses 23 October, 2011). NAMA NIM : Setiyadi Hutomo : F1D009021

You might also like