You are on page 1of 6

Laporan Praktikum Kimia Analitik Layanan Nama NRP : Nurul Hidayati Azizah : F24080095

Hari / Tanggal : Kamis / 11 Maret 2010 Waktu Asisten : 14.00-17.00 WIB : Anastasia Lieke L.D.N

PJ praktikum : Dr.Irmanida Batubara Ssi, Msi

ASIDI-ALKALIMETRI Prinsip Percobaan Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Anwar,2009). Asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garam) (Harjadi,1986). Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Pada praktikum kali ini yang digunakan sebagai baku asam dalam asidimetri adalah HCl dan baku basa pada alkalimetri adalah NaOH. Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi digunakan indikator. Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu (Anwar,2009). Dalam paraktiukum ini indicator yang digunakan adalah fenolftalein. Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan untuk melakukan pembakuan (standarisasi) larutan asam dan basa (dalam hal ini HCl dan NaOH) yang digunakan sebagai larutan baku sekunder serta menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi alkalimetri.

Prosedur Percobaan Asidimetri Standardisasi HCl Boraks ditimbang sebanyak 0.9535 gram. Lalu boraks dilarutkan dengan sedikit air destilata. Kemudian larutan boraks ditungakan ke dalam labu ukur 50ml dan ditambahkan air destilata sampai batas tanda tera lalu dikocok. Kemudian boraks dalam labu ukur dipipet sebanyak 10 ml. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 125 ml. Kemudian kedalam erlenmeyer berisi boraks tersebut ditmbahkan indikator metil merah sebanyak 3 tetes. Kemudian buret diisi penuh dengan HCl 0.1N. Lalu erlenmeyer berisi boraks dan indikator diletakkan di bawah cerat buret. Setelah itu cerat dibuka sedikit sehingga HCl menetes ke dalam erlenmeyer. Pada saat yang sama erlenmeyer digoyang-goyangkan agar HCl bercampur dengan boraks. HCl terus-menerus diteteskan ke dalam erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer. Kemudian volume HCl yang terpakai dicatat. Standardisasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan atau triplo. Alkalimetri Standardisasi NaOH Asam oksalat ditimbang sebanyak 0.315 gram. Lalu asam oksalat dilarutkan dengan sedikit air destilata. Kemudian larutan asam oksalat ditungakan kedalam labu ukur 50ml dan ditambahkan air destilata sampai batas tanda tera lalu dikocok. Asam oksalat dipipet sebanyak 10 ml. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 125 ml. Kemudian ke dalam erlenmeyer berisi asam oksalat tersebut ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Kemudian buret diisi penuh dengan NaOH 0.1N. Lalu erlenmeyer berisi asam oksalat dan indikator diletakkan di bawah cerat buret. Setelah itu cerat dibuka sedikit sehingga NaOH menetes ke dalam erlenmeyer. Pada saat yang sama erlenmeyer digoyanggoyangkan agar NaOH bercampur dengan asam oksalat. NaOH terus-menerus diteteskan ke dalam erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer. Kemudian volume NaOH yang terpakai dicatat. Standardisasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan atau triplo Penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang Cuka biang dipipet sebanyak 1ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur ukuran 50 ml. Kemudian ditambahkan air destilata yang telah dididihkan dan didinginkan kembali sebelumnya sampai batas tanda tera lalu dikocok. Sebanyak 10 ml cuka biang yang telah dienceran tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Kemudian cuka biang tersebut dititrasi

dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna. Kemudian volume NaOH yang terpakai dicatat. Standardisasi dilakukan sebanyak dua kali ulangan atau diplo. Data dan Hasil Pengamatan Standarisasi HCl Volume awal (ml) Volume akhir(ml) Volume Terpakai (ml) Normalitas HCl (N)

Ulangan

1 0 10.2 10.2 0.0980 2 10.2 20.4 10.2 0.0980 3 20.4 30.5 10.1 0.0990 Rata-rata Normalitas HCl 0.0984 Standar Deviasi Normalitas HCl 0.0006 Reaksi : 2 HCl + Na2B4O7 + 5 H2O 2 NaCl + 4 H3BO3 Indikator : Merah Metil (MM) Perubahan warna : kuning merah muda Contoh perhitungan Volume terpakai = volume akhir - volume awal = 10,2ml 0ml =10,2 ml Normalitas HCl Diketahui Ditanya Jawab : VHCl = 10.2 ml : NHCl = ? : VHCl X NHCl = Vboraks X Nboraks NHCl = = Rata-rata Normalitas HCl = = Standar Deviasi Normalitas HCl = (NHCl- NHCl)2/(3-1) = 0.0006 = 0.0984N = 0.0980N Vasam oksalat = 10ml Nboraks = 0,1N

Standarisasi NaOH Volume Volume Ulangan awal (ml) akhir (ml) 1 0 13.4 2 0 13.3 3 13.3 26.5 Rata-rata Normalitas NaOH Standar Deviasi Normalitas NaOH Volume Terpakai (ml) 13.4 13.3 13.2 Normalitas NaOH (N) 0.0746 0.0752 0.0758 0.0752 0.000565

Reaksi : NaOH + (COOH)2 H2O + COOH-COONa NaOH + COOH-COONa H2O + COONa-COONa Indikator : Fenolftalein (PP) Perubahan warna : tidak berwarna merah muda Contoh perhitungan Volume terpakai = volume akhir - volume awal = 13,4ml 0ml =13,4 ml Normalitas HCl Diketahui Ditanya Jawab : VNaOH = 10.2 ml : NNaOH = ? : VNaOH X NNaOH = Vasam oksalat X Nasam oksalat NNaOH = = Rata-rata Normalitas NaOH = = = 0.0752N = 0.0746N Vasam oksalat = 10ml Nasam oksalat = 0,1N

Standar Deviasi Normalitas NaOH = (NNaOH- NNaOH rata-rata)2/(3-1) = 0.000565

Penentuan Kadar asam cuka murni dalam cuka biang Ulangan Volume awal (ml) 1 0.00 2 6.00 Rata-rata Reaksi Indikator Perubahan warna Volume akhir (ml) 3.70 9.50 Volume terpakai (ml) 3.70 3.50 Kadar Cuka 8.3470% 7.8900% 8.1185 %

: NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O : Fenolftalein (PP) : tidak berwarna merah muda

Contoh perhitungan (V x N)NaOH = (V x N) cuka (3.7 x 0.0752)NaOH = (10 x N)cuka N cuka = N = 0.0278 N

N asam cuka murni = N cuka x faktor pengenceran = 0.0278 N x 50 = 1.3912 N Bobot asam cuka murni Kadar asam cuka murni = N asam cuka murni x V x BE = 1.3912 N x 0.01 L x 60 = 0.8347 gram = = Rata-rata kadar asam cuka murni = = Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan standarisasi HCl dan NaOH. Selain itu dilakukan juga pengukuran kadar asam cuka murni dalam cuka biang. Standarisasi NaOH perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti konsentarsi larutan baku sekunder (HCl dan NaOH) yang akan digunakandalam titrasi untuk penentuan konsentrasi analat, yang dalam percobaan ini adalah asam cuka. NaOH yang akan digunakan dalam penentuan kadar asam cuka dikatakan sebagai larutan baku sekunder dan harus distandarisasi karena NaOH tidak memenuhi salah satu syarat larutan baku = 8.1185% 100% x 100% = 8.3470 %

primer yaitu zat mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990). Pada standarisasi HCl digunakan HCl dengan konsentrasi 0.1 N. Akan tetapi, setelah dilakukan proses titrasi dan dilakukan penghitungan konsentrasi berdasarkan jumlah HCl yang terpakai diperoleh rata-rata konsentrasi HCl sebesar 0.0984 N. Hasil ini tidak jauh berbeda, kemungkinan perbedaan ini disebabkan oleh kurang tepatnya pembacaan skala pada buret atau karena titrasi masih dilakukan padahal titik akhir titrasi sudah tercapai. Dari tiga kali ulangan yang dilakukan besar konsentrasi yang diperoleh relatif sama sehingga deviasinya kecil yaitu 0.0006. Hal ini menandakan percobaan yang dilakukan sudah cukup teliti. Pada percobaan standarisasi NaOH diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0.0752 N.Konsentrasi ini hasil perhitungan berdasarkan jumlah NaOH yang terpakai dalam proses titrasi cukup jauh berbeda dengan nilai konsentrasi NaOH yang tertera pada botol yaitu 0.1N. Hal ini mungkin disebakan oleh penggunaan NaOH yang cair dalam penrcobaan bukan NaOH padat. Pada NaOH cair masih terdapat endapan putih yang menunjukkan NaOH tidak larut seluruhnya sehingga konsenrasinya tidak sesuai. Dalam tiga kali pengulangan nilai konsentrasinya tidak terlalu berubah-ubah sehingga nilai deviasi menjadi sangat kecil yaitu 0.000565. Ini menujukkan percobaan dilakukan dengan teliti dan perbedaan yang cukup jauh antara konsentrasi NaOH hasil percobaan dengan konsentrasi NaOH pada botol bukan disebabkan oleh kelalaian dalam percobaan. Dari dua kali ulangan percobaan penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang diperoleh rata-rata kadar asam cuka murni dalam cuka biang adalah 8.1185%. Nilai tersebut dapat diartikan yaitu terdapat 8.1185 mL asam cuka murni dalam 100 mL cuka biang. Kesimpulan Titrasi asidalkalimetri pada percobaan ini adalah menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi . Rekasi sempurna asam lemah (CH3COOH), basa kuat NaOH, dan indicator PP terjadi ketika terjadi perubahan warna larutan dari bening ke merah muda. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi netralisasi dengan menghasilkan H2O dan CH3COONa. Daftar Pustaka Anwar, Dedy.2009. Asidi Alkalimetri. Http://dedy-anwar.blogspot.com. Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta. Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara: Jakarta.

You might also like