Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik. B. Patofisiologi Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya. Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Mielosit -Netrofilik -Basofilik -Eosinofilik Netrofil Eosinofil Basofil
Mieloblast
Limfoblast
Limf. B Limf. T
Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses diatas. Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.
Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia. Leukemia akut baik granulositik atau mielositik banyak terjadi pada orang dewasa. merupakan jenis leukemia yang klinis berkaitan dengan
Manifestasi
berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi. Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler sum-sum tulang belakang
Sumsum Tulang
CNS Umum[8]
A.
RBC
WBC
Platelets
Pressure
Starvasi [6] celluler Anemia Infeksi Perdarahan Nyeri Sendi & Tulang Tulang Mengecil dan Kurus [1] [2] [3] [4] [5]
Frakture Fisiologis B. Patofisiologi Leukemia merupakan proliferasi yang tidak terbatas dari sel darah putih yang immatur pada jaringan pembentuk darah. Walaupun bukan berwujud sebagai tumor sebagaimana biasanya, sel leukemia menunjukkan property suatu neoplasma dari kanker yang solid. Manifestasi klinik yang timbul merupakan akibat dari infiltrasi atau penggantian dari jaringan-jaringan tubuh oleh sel leukemia yang non-fungsional. Organ vaskuler atas seperti limpa dan hati merupakan organ yang sering diserang oleh sel ini.
Secara jelas, hubungan antara patologi leukemi dengan respon klien terhadap kondisi tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut:
Anemia
Potensial infeksi
C. Pengkajian
SISTEM Aktivitas
DATA SUBYEKTIF Lesu, lemah, terasa payah, merasa hari Berdebar tidak kuat
melakukan aktivitas sehari- tampak bingung Sirkulasi Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan Eliminasi Diare, lunak, pada dalam Rasa nyaman anus dan tinja urine terasa terasa dan dan cerebral. lebih Perianal absess, hematuri. nyeri. kotoran terjadi kelemahan,
penurunan output urine. Nyeri abdominal, sakit Meringis, kepala, nyeri persendian, hanya sternum terasa lunak, kram sendiri.
Rasa aman
kehilangan Dpresi,
kemampuan dan harapan, kecemasan, takut, cepat cemas terhadap lingkungan terangsang, baru teman. Riwayat berulang, perdarahan ringan. infeksi riwayat yang serta Panas, yang purpura, jatuh, retina, tidak gusi, kehilangan mood dan tampak bingung. infeksi, perdarahan perdarahan epistaksis, kelenjar dan abdomen,
terkonrol meskipun trauma pembesaran papiledema Makan dan minum Kehilangan penurunan nafsu berat exoptalmus, makan, Distensi badan, splenomegali,
ikterus,
Sexualitas Neurosensori
Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten. Penurunan kemampuan Peningkatan koordinasi, kehilangan perubahan otot, konsentrasi, aktivitas mood, bingung, disorientasi, terkontrol. pusing, kesemutan, telinga kepekaan yang tak
Respirasi
tachypnoe, suara
Belajar
Riwayat kimia
terpapar seperti
menderita
Data penunjang: Penghitungan sel darah : Normocitic, normokromik anemia Hb < 10 g/100 ml Retikulosit : rendah Platelet count : < 50.000/mm WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia PT/PTT memanjang
LDH meningkat Serum asam urat dalam urine : meningkat Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia. Serum tembaga : meningkat Serum Zinc : menurun Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 % blast sel, Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien Lymp node biopsy : tampak pengecilan
D.
Diagnose Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis dan invasive, malnutrisi dan penyakit kronis. diare, demam kecemasan. suplay oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi. pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.
B.
Intervensi Keperawatan dan Rasional DX 1 INTERVENSI - Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar. - Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien - Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam - Monitor vital sign sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi Membantu menimbulkan - Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat. - Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur.. - Pegang klien dengan lembut dan linen Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit). Jaringan mukosa mulut merupakan perkembangan bakteri. Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital. Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel medium bagi menghilangkan seimbamgan demam cairan yang tubuh, dapat ketidak ketidak Mencegah infeksi silang RASIONAL Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
nyamanan serta komplikasi CNS. Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan. Mencegah eksoriasi.
tetap kering dan rapi. - Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.
klien. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien. - Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan
efek samping dari pengobatan kemoterapi. - Untuk mengetahui sensitivitas kuman. - Untuk mencegah infeksi
- Jaga kebersihan kebersihan anus dan - Indikator dari perkembangan kondisi klien. genital. - Awasi istirahat dan pola tidur klien secara ketat. - Berikan asupan makanan yang adekuat tinggi. - Lakukan tindakan kolaborasi: - Blood test count : WBC dan Neutrofil. - Lakukan kulture - Pemberian antibiotik sesuai order. Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol. Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia. Sebagai indicator status dehidrasi. Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor yang mengandung cairan serta protein kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal. Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.
Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan tak terkontrol.
menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang sudah diproses secara higienes. - Monitor intake dan out-put 2. -
Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh. Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan Hb/Hct dapat menimbulkan perdarahan. Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan. Mencegah timbulnya nefropati
- Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap - Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri. - Tim bang berat badan setiap hari - Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme. - Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian - Monitor Tensi dan frekwensi jantung. - Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.
- Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi - Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri. mukosa. - Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.
- Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah - Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, perlukaan seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik. - Kolaborasi: Lakukan pemasangan IV line - Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting. - Pemberian anti muntah - Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang - Pemberian Alluporinol diderita anaknya. sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan. Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel.
- Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 10) - Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal. - Jaga lingkungan agar tetap tenang - Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress. 3. - Letakkan pada posisi nyaman - Lakukan perubahan posisi secara periodic - Evaluasi koping mekanisme klien
- Kolaborasi: - Kadar asam urat - Pemberian analgetik - Pemberian narkotik - Antianxiety - Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak
- Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup - Berikan makanan selingan yang cukup selama kemotherapi - Kolaborasi: 4. - Antiemetik - Berikan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I. Media Aesculapius, FKUI. Jakarta. Perry & Potter. 2000. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3. EGC.
Jakarta. Oka, P.N. 1993. Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata. Airlangga University Press. Surabaya.