You are on page 1of 2

Diskusi : Dari anamnesis, pada pasien dengan didapatkan keluhan keluar darah lewat jalan lahir.

Hal ini sebagai pertanda awal akan terjadinya proses terminasi kehamilan. Setiap keguguran didahului oleh proses perdarahan pada desidua basalis kemudian jeringan sekitar nekrosis dan hasil konsepsi terangkat dari implantasinya. Pada penderita ini ditemukan riwayat trauma yang menjadi faktor resiko terjadinya abortus inkomplete. Hal ini disebabkan pada saat trauma akan membuat perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Uterus yang berkontraksi ini dapat menyebabkan lepasnya vili korialis yang telah menembus desidua basalis agak dalam pada umur kehamilan 8 - 14 minggu. Pemeriksaan fisik secara umum dan memperhatikan gizi serta hasil laboratorik darah lengkap masih dalam batas normal, maka abortus akibat gangguan nutrisi dapat disingkirkan. Abortus inkomplit adalah abortus yang terjadi spontan dengan produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Pada abortus inkompletus, etiologi terjadinya abortus sama dengan etiologi jenis abortus lainnya, antara lain: 1) Faktor Janin yang disebabkan karena terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada placenta, maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%. 2) Faktor ibu, faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah usia ibu yang lanjutr, riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik, riwayat infertilitas (tidak memiliki anak), adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan, infeksi (cacar, toxoplasma, dll), paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatan, alkohol, radiasi), trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan serta k elainan kromosom (genetik). Penegakan diagnosis untuk abortus inkompletus dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, inspekulo dan vaginal toucher serta dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG. Pada abortus inkompletus tidak semua hasil konsepsi dikeluarkan. Sebagian jaringan masih tertahan di dalam rahim. Penatalaksanaan pada abortus inkomplit diantaranya Bila keadaan umum baik, tanpa perdarahan banyak, lakukan kuretase terencana, bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah, setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan methergin intramuscular, bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual dan berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Kesimpulan Perdarahan pada abortus inkomplete dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya, apabila abortus inkomplete disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer Laktat yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase. Pasca tindakan diberikan uterotonika

untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Pada kasus ini faktor resiko yang menjadi penyebab abortus inkomplete adalah riwayat trauma. Hal ini terlihat dari anamnesis (terpeleset di kamar mandi), pemeriksaan dalam (keadaan uterus retrofleksi). Pasien mendapatkan terapi berupa kuretase, antibiotik dan uterotonika

You might also like