You are on page 1of 22

The effect of urinary incontinence status during pregnancy and delivery mode on incontinence postpartum

Nurul Ardianti 112 0221 163

PENDAHULUAN
Inkontinensia urin merupakan kondisi yang umumnya terjadi pada wanita.
Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama pada wanita muda dan usia pertengahan.

Inkontinensia urin yang mulai terjadi sebelum atau selama kehamilan biasanya berkaitan dengan inkontinensia urin setelah kehamilan.

TUJUAN PENELITIAN
Menyelidiki kejadian dan prevalensi inkontinensia urin setelah 6 bulan persalinan Menyelidiki dampak status kontinensia pada minggu ke-30 kehamilan pada inkontinensia urin 6 bulan postpartum Mempelajari bagaimana cara persalinan kemungkinan mempunyai interaksi dengan status kontinensia urin pada kehamilan untuk meningkatkan atau mengurangi risiko inkontinensia urin 6 bulan postpartum.

BAHAN DAN METODE


Populasi: Wanita hamil yang menghadiri pemeriksaan USG rutin direkrut oleh Norwegian Mother and Child Cohort Study (MoBa), terdapat total 12.679 primigravida yang kontinen sebelum kehamilan. Metode: Data didapatkan berdasarkan jawaban kuesioner pada minggu ke-15 dan 30 kehamilan dan 6 bulan postpartum. Desain: Studi kohort

Para wanita ditanya tentang ketidakmampuan menahan/kebocoran kencing yang dialami. Terdaftar pertanyaan mengenai
frekuensi (sering kencing) :
tidak pernah 1-4 x/bulan 1-6 x/minggu 1x/hari atau lebih dari sekali sehari)

jumlah
tetesan volume yang besar

Wanita yang menyatakan kehilangan urin berhubungan dengan batuk, tertawa, bersin, lari atau melompat memiliki komponen stress urinary incontinenece. Wanita yang tidak dapat menahan buang air kecil disertai kehilangan urin memiliki komponen urge urinary incontinence.

Wanita yang memiliki kedua komponen gejala ini disebut memiliki mixed urinary incontinence.

Usia diperoleh pada minggu ke-15 kehamilan, dikategorikan dalam 4 kelompok umur :
<26 tahun 27-30 tahun 31-34 tahun >35 tahun

IMT dikategorikan menjadi 4 kelompok:


<20 (underweight) 20-24,9 (normal weight) 25-29,9 (overweight) >30 kg/m2 (obese)

Pengaruh modifikasi status kontinensia urin pada efek persalinan pervaginam dibandingkan dengan persalinan sectio caesarea diuji dengan dalam analisis regresi logistik multivariabel.

Odds ratio adalah hasil ukur awal dari analisis. Semua odds ratio dan kepercayaan interval odds ratio/odds ratio confidance intervals (CI) dikonversi menjadi risiko relatif (RRs) menggunakan rumus RR = OR/((1 P) + (OR x P))

Data disajikan dalam rata-rata, odds ratio dan RR dengan CI 95%. Nilai P kurang dari 5% dianggap signifikan secara statistik. SPSS 15.0 for Windows digunakan untuk analisis statistik.

HASIL
Sebanyak 12.679 wanita primigravida dimasukkan dalam penelitian. Usia rata-rata adalah 28 tahun (kisaran 15-45 tahun), dan rata-rata IMT adalah 24,1 kg/m2 (kisaran 14-54 kg/m2). Inkontinensia urin dilaporkan terjadi pada 31% (3991/12.679) wanita setelah 6 bulan melahirkan.

Data deskriptif untuk cara persalinan dan status kontinensia selama kehamilan

Stress urinary incontinence merupakan jenis yang paling sering terjadi pada inkontinensia urin 6 bulan postpartum (n = 1728/12.679; 14%). 5% (186/3991) mengalami kebocoran urin >1 per hari (frekuensi) dan 5% (212/3991) mengalami kebocoran dalam jumlah besar. Sebanyak 43 wanita mengalami kebocoran urin > 1 per hari dan secara bersamaan mengalami kebocoran dalam jumlah besar.

Dampak status kontinensia urin selama kehamilan pada inkontinensia urin postpartum
52% (2605/5026) wanita yang mengalami inkontinensia urin pada kehamilan mengalami kontinenisa 6 bulan postpartum. Inkontinensia urin minggu ke-30 kehamilan merupakan faktor risiko yang signifikan secara statistik untuk inkontinensia urin postpartum persisten, dibandingkan dengan wanita yang kontinensia pada minggu ke-30.

Selain itu, usia> 35 tahun (RR 1,8, 95% CI 1,52,1) dan IMT >30 kg/m2 (RR 1,8, 95% CI 1,52,1) secara signifikan berhubungan dengan inkontinensia urin.

Dampak cara persalinan


Faktor yang terkait untuk inkontinensia urin dalam analisis adalah
persalinan dengan forcep (RR 4,0, 95% CI 2,6-5,8) persalinan pervaginam (RR 3,2, 95% CI 2,1-4,7) persalinan dengan vakum (RR 3,2, 95% CI 2,1-4,7) SC elektif.

Dampak gabungan cara persalinan dan status inkontinensia urin selama kehamilan
Pada kelompok wanita yang mengalami kontinensia selama kehamilan, 8% wanita inkontinensia urin setelah SC elektif dan 20% setelah melahirkan pervaginam. Persalinan pervaginam merupakan faktor risiko yang kuat dan signifikan secara statistik untuk kejadian inkontinensia urin setelah 6 bulan melahirkan dibandingkan dengan SC elektif baik antara wanita yang mengalami kontinensia pada minggu ke-30 kehamilan.

KOMENTAR
Dalam studi kohort pada wanita primigravida yang kontinen sebelum kehamilan, risiko jauh lebih meningkat untuk terjadi inkontinensia postpartum pada wanita yang mengalami inkontinensia urin selama kehamilan dibandingkan yang mengalami kontinensia.
Penelitian yang dilakukan Glazener et al. menyelidiki wanita primipara yang kontinensia sebelum kehamilan, untuk status kontinensia selama kehamilan dan kemudian dianalisis dari parameter persalinan.

Odds ratio untuk inkontinensia urin setelah persalinan pervaginam diantara wanita yang kontinensia selama kehamilan adalah 3,6 pada penelitian Glazener dan 3,3 pada penelitian kami. Walaupun Glazener et al menggunakan desain retrospektif dengan kumpulan data selama 3 bulan postpartum, hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian mereka.

Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan dalam risiko antara wanita yang kontinensia dan inkontinensia pada kehamilan tergantung pada cara persalinan

KESIMPULAN
Inkontinensia urin sering terjadi pada 6 bulan postpartum. Hubungan antara inkontinensia urin postpartum dan cara persalinan tidak dipengaruhi oleh status inkontinensia pada kehamilan. Prediksi dari kelompok dengan risiko tinggi inkontinensia urin sesuai dengan cara persalinan tidak dapat didasarkan pada status kontinensia kehamilan.

TERIMA KASIH

You might also like