You are on page 1of 10

Nama CKR Semester

: OQY S P : CKR 0100012 :V

HIV/AIDS A. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. B. Respon Imun Tubuh Terhadap HIV Respon awal antibodi terhadap virus adalah non-neutralizing. Penularan virus tidak terdeteksi selama 3 bulan atau lebih setelah infeksi . Respon awal antibodi terhadap HIV -1 difokuskan pada situs non-neutralizing pada tangkai amplop glikoprotein 41. Dapat

dikatakan respon antibodi berjalan secara tidak efektif, karena perkembangan respon antibodi yang efektif sangat lambat dalam menangani infeksi. Respon pertama sel T CD8 T-sel pertama muncul pada hari sebelum puncak viremia,ditujukan di antara satu dan tiga epitop (antigenik peptida pendek yang terikat oleh molekul HLA yang berasal dari protein HIV-1). Respon pertama sel T adalah memilih mutan yang tidak dapat dikenali oleh sel T CD8 dengan penggantian urutan asam amino virus asli dengan urutan baru dalam 10 sampai 21 hari. Sel T CD8 juga dapat membunuh sel yang terinfeksi, dengan mengekspresikan perforin (protein yang terkait dengan sel yang termediasi sitoksisitas). Sel T CD8 berperan utama dalam pengendalian infeksi HIV-1 akut , seperti dalam model penelitian SIV kera menunjukkan bahwa vaksin yang merangsang sel T CD8 dapat melemahkan infeksi SIV. Beberapa fungsi sel T berkurang & lambat menyeleksi mutan, tapi sebagian besar efektif pada virus yang dapat bermutasi. Sel T CD8 cenderung berperan pada kontrol HIV-1. Karena respon sel-T telah berkembang, maka jumlah virus dalam plasma menurun. Dan

penurunan ekstrim sel T CD4 aktif pada jaringan limfoid, diakibatkan jumlah virus awal yang rendah. Respon sel T CD4 menurun pada infeksi HIV-1 akut, seiring dengan penurunan limfosit T CD4 pada saluran cerna dan beberapa jaringan limfoid.

C. Sejarah Perkembangan Virus HIV Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Franoise Barr-Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati. Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus). Bersama dengan Luc Montagnier, mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS. Pada awal tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1. Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe baru ditemukan di Portugal dari pasien yang berasal dari Afrika Barat dan kemudian disebut HIV-2. Melalui kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 memiliki perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara antigenik berbeda. Perbedaan terbesar lainnya antara kedua strain (galur) virus tersebut terletak pada selubung glikoprotein. Penelitian lanjutan memperkirakan bahwa HIV-2 berasal dari SIV (Simian Immunodeficiency Virus), yaitu retrovirus yang menginfeksi primata. karena adanya kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi terhadap kedua jenis virus tersebut.

D. Klasifikasi Virus HIV Virus HIV termasuk dalam kelas retrovirus dan famili dari lenti virus atau virus

"lambat". Dan memiliki interval yang panjang. HIV dapat mereplikasi hanya di dalam sel. Retrovirus memiliki gen terdiri dari molekul asam ribonukleat (RNA). Setelah di dalam sel, HIV menggunakan enzim reverse transkriptase untuk mengubah RNA menjadi DNA, kemudian dimasukkan ke dalam sel manusia. Virus HIV terindentifikasi menjadi dua secara genetik. HIV-1 dan HIV-2, dan menyebabkan penyakit setelah tubuh mengalami defisiensi imun. Pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte.

Sedangkan, HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan pada Sooty mangabey, monyet dunia lama Guinea-Bissau. Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat. Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang berbeda. Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara jelas jumlah subtipe virus yang tergabung di dalamnya. Namun, kedua kelompok tersebut memiliki kekerabatan dengan SIV dari

simpanse. HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda. Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda menginfeksi satu individu yang sama, maka akan terjadi bentuk rekombinan sirkulasi (circulating recombinant forms CRF) (bahasa Inggris: circulating recombinant form, CRF). Bagian dari genom beberapa subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan membentuk satu genom utuh yang baru. Bentuk rekombinan yang pertama kali ditemukan adalah rekombinan AG dari Afrika tengah dan barat, kemudian rekombinan AGI dari Yunani dan Siprus, kemudian rekombinan AB dari Rusia dan AE dari Asia tenggara. Dari seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak 47% kasus disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa subtipe B, 5.3% adalah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE, sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan CRF lain.

E. Struktur Virus HIV HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus. Strukturnya terdiri lapisan luar atau envelop yang terdiri atas glikoprotein gp 120 yang melekat pada pada glikoprotein gp 4. Dibagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelah itu terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti terdapat komponen penting berupa dua buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase.

HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur yang hampir sama. HIV-1 mempunyai gen vpu tetapi tetapi tidak mempunyai vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2 mempunyai vpx tetapi tdk mempunyai vpu. Perbedaan stuktur genom ini walaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan dalam menentukan pathogenesis dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV tersebut. Karena HIV-1 yang paling sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan laboratoris lebih sering dilakukan terhadap HIV-1.

F. Siklus Hidup Virus HIV Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, yaitu, CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di limfenodus. Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel. Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia. DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam sel. Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA. Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan

untuk membuat protein dan enzim HIV. Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. Pada tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.

KONDOM

A. Definisi Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2003). B. Manfaat Kondom Rasa Kondom adalah suatu keharusan saat bercinta, selai menjadi sebuah keamanan kondom dapat berfungsi meningkatkan sensualitas bercinta. Hal itu dapat anda wujudkan lewat kondom yang memiliki rasa diman banyak tersedia dipasaran. Inilah beberapa alesan untuk menggunakan kondom yang mempunyai rasa seperti dikutip dari indiansutras : 1. Aroma koondom menggugah selera Aroma kondom dengan rasa yang berbeda meningkatkan mood untuk bercinta, aroma tersebut membuat sesi bercinta lebih romantic, karena aroma harum selalu mengubah seorang wanita untuk bergerak agresif dan lebih intim. 2. Membantu Lubrikan Meskipun kondom tanpa rasa juga memeliki pelumas, tetapi efek dari kondom rasi ini memiliki pelumas yang lebih disukai wanita. 3. Menjadikan Mr.P Lebih Harum

Banyak wanita menyukai rasa yang ditimbulkan kondom pada mr.p saat bercinta ini akan menimbulkan sisi efektif baik selam dan setelah berhubungan intim. 4. Rasa Buah Dapat Menambah Bumbu Percintaan Beberapa wanita menyukai pisang dan yang lain suka buah stowbery atau cokelat untuk meningkatkan mood saat bercinta, rasa ini menambah bumbu percintaan.

C. Klasifikasi Klasifikasi kondom berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu kondom pria dan kondom wanita (USU, 2009). 1. Kondom Pria Kondom pria merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua macam, yaitu polos dan berputing.Bentuk berputing ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma setelah ejakulasi.Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita (USU, 2009). Jenis/tipe kondom pria adalah : a. Kondom lateks Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat, umumnya memiliki panjang 15-20 cm, tebal 0,03-0,08 mm, garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari standar. b. Kondom berpelumas Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan variasi kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa, dan beraroma. c. Kondom anti alergi Kondom anti alergi terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan tidak dipralubrikasi. d. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan terutama untuk hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS (USU, 2009).

2. Kondom Wanita Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane dengan panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin polyurethane lentur.Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom di vagina.Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai. Efektivitas dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama dengan efektivitas dari penggunaan diafragma (USU, 2009). Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi dibandingkan kondom lateks.Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek (40% lebih kuat dari kondom lateks) tetapi tipis sehingga sensasi yang ditimbulkan tetap dapat dipertahankan.Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan dengan benar (Lubis, 2008). Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau pengaman saja.Kondom juga bisa digunakan sebagai bagian dari foreplay agar suasana bercinta menjadi berbeda.Apalagi saat ini kondom tersedia dalam beragam tekstur dan aroma. Berikut jenis-jenis kondom yang banyak beredar di pasaran (Yuniico, 2009). 1. Kondom dengan aroma dan rasa. Aroma favorit yang bisa dipilih seperti cokelat, stroberi, durian, pisang dan mint. 2. Kondom berulir (Ribbed Condom) Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang berulir untuk menambah kenikmatan pada saat bersenggama. 3. Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom) Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis.Pada saat melakukan senggama, pasangan seakan-akan senggama tanpa menggunakan kondom. 4. Kondom bintik (Dotted Condom) Tipe ini disertai dengan bintik-bintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita. 5. Kondom ekstra pengaman (Extra Safe Condom) Jenis ini memiliki tambahan lubrikan, serta mengandung perlindungan ekstra untuk mencegah kehamilan. 6. Kondom wanita (Female Condom) Kondom berbahan lateks atau polyurethan, sehingga bersifat elastis dan fleksibel, kondom ini lebih menimbulkan sensasi atau rangsangan.Terutama bagi pria yang kurang suka memakai kondom.

7. Kondom twist. Tipe ini didesain secara khusus untuk menstimulasi area sensitif pada saat bersenggama.

8. Kondom getar (Vibrating Condom). Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya Kondom yang menggunakan baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit. 9. Kondom baggy. Tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan saat bersenggama. 10. Kondom dengan tambahan obat kuat (Condoms with extra strong medicine) Jenis kondom yang satu ini dilengkapi dengan lubrikan yang mengandung obat kuat(Yuniico, 2009). D. Kelebihan dan Kelemahan 1) Kelebihan pemakaian kondom Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat kontrasepsi 1. Efektif bila digunakan dengan benar 2. Tidak mengganggu produksi ASI. 3. Tidak mengganggu kesehatan klien. 4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. 5. Murah dan dapat dibeli secara umum. 6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus. 7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda (Saifuddin, 2003). Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat non kontrasepsi. 1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB. 2. Dapat mencegah penularan IMS. 3. Mencegah ejakulasi dini. 4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks). 5. Saling berinteraksi sesame pasangan. 6. Mencegah imuno infertilitas (Saifuddin, 2003)

E. Efek Samping Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex, bisa menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. Guna menghindari reaksi alergi ini, maka sebaiknya memakai kondom dari bahan polyurethane atau kondom natural skin serta tidak memakai bahan spermicidal (Kusmarjadi, 2009). Banyak pria mengeluhkan kurang sensisitif jika memakai kondom, sementara yang lainnyna merasa sulit untuk mempertahankan ereksi saat memakai kondom atau saat intercourse.Pada beberapa kasus, baik pria maupun partner-nya, memakai kondom bisa menghancurkan spontanitas mereka dalam ML. Tetapi hal tersebut bukan merupakan efek samping (Kusmarjadi, 2009).

You might also like