Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN KESEHATAN ASIAN DEVELOPMENT BANK TA 4387 URBAN NUTRITION PROJECT 2005 Project Preparatory Technical Assistance
LATAR BELAKANG
Selama 30th sampai th 2000 STATUS GIZI MASYARAKAT MEMBAIK walaupun terjadi krismon th 1997
namun
kembali memburuk sejak tahun 2000
WHO Anemi Gizi Besi anak 1-2 thn th 2003 sekitar 60% Anemi Gizi Besi balita 1995-2001 meningkat: 40% to 48%
Prevalensi (%)
Buruk
Kurang
Prevalensi (%)
30,0% 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% Sumut Sumsel Jabar
Banten
NTB
NTT
Kalbar
Sulsel
1. Resiko kematian dan kesakitan meningkat 2. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat 3. Produktivitas rendah 4. Kualitas SDM rendah
IPM
(1999)
IKM
(1998)
IPT
(2000)
: : : : :
26 56 66 70 101
-13 21 23 45 38 43
90
10 30 40 44 60 72
Indonesia Myanmar
Jumlah negara
: 102 : 118
162
Pengeluaran Pemerintah untuk Kesehatan dan Pendidikan 1996-1998 dihitung sebagai persen dari GNP
7 6 5 4 3 2
3.4 3 1.4
4.9
0.6
0
1.1
1.7
1.3
Malaysia
1.7
Indonesia Singapura
Filipina
Thailand
Kurang Gizi
Anak sehat
umur 3 tahun
umur 4 tahun
Kelainan Metabolisme
1. 2. 3. 4.
Untuk mengatasinya diperlukan keterlibatan multisektor secara terpadu Kesehatan Pangan (jumlah dan mutu) Pendidikan: Pengasuhan Air bersih dan Sanitasi lingkungan didukung Kelembagaan Gizi yg kuat
KARAKTERISTIK
Program Nasional Mendukung RAN Penanggulangan Masalah Gizi 2005-2009 dan Revitalisasi Sektor Kesehatan Keberpihakan kepada masyarakat miskin Jangka menengah/panjang Preventif dan Promotif Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Memperkuat modal sosial (Local Wisdom)
Outcome
MENINGKATNYA STATUS GIZI MASYARAKAT MISKIN KHUSUSNYA BALITA, IBU HAMIL, DAN IBU MENYUSUI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS SDM
TUJUAN
Menurunkan prevalensi kurang gizi anak miskin di kota dari 24% (2003) menjadi 15% dan di desa dari 29.4% (2003) to 20% pada tahun 2012 Menurunkan prevalensi anemi gizi besi dari 40% (th 2001) menjadi 30% (th 2012) Menurunkan prevalensi anemi gizi besi anak balita dari 48% th 2001 ke 36% th 2012 Menurunkan prevalensi KEK (chronic energy deficiency) wanita miskin usia reproduksi dari 20% (2003) menjadi 10% (2012).
KOMPONEN
1.
2. 3. 4. 5.
PROGRAM PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT TERPADU (PGMT) FORTIFIKASI PANGAN PROGRAM KOMUNIKASI KOMPREHENSIF PENGUATAN KELEMBAGAAN MANAJEMEN PROYEK
FOOD
INTAKE
WATER/ENV. SANITATION
AGRICUL TURE
INFECTION/ DISEASE
FORTIFIKASI PANGAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN
STRATEGI:
MOBILISASI SOSIAL & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS PELAYANAN SURVEILAN/SISTEM INFORMASI PEMBIAYAAN KESEHATAN
FORTIFIKASI 7 PROVINSI
TEPUNG TERIGU, MINYAK GORENG, SPRINKLE, RASKIN
Implementasi Program
Apa kegiatan dalam setiap Komponen? Siapa targetnya dan berapa banyak? Berapa biayanya? Bagaimana mekanisme pelaksanaannya Siapa yang melaksanakan
Komponen I:
PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT TERPADU
Kegiatan utama
1. Peningkatan Akses Pelayanan Gizi Berkualitas
a. b. c.
Revitalisasi Posyandu Revitalisasi Puskesmas Perbaikan Sistem Perbaikan Gizi melalui Implementasi Jaminan Mutu dan Sistem Rujukan
Penyediaan ruang serba guna untuk pelayanan gizi, termasuk pusat PMT Pemulihan Pengadaan peralatan pendukung pelayanan gizi mencakup : peralatan dapur gizi, sarana konseling gizi, sarana pengukuran status gizi, sarana pelatihan, dll.
Penyelenggaraan berbagai pelatihan untuk dokter, staf Puskesmas: - Pelatihan Gizi Dasar - Tumbuh Kembang Anak - ASI - Makanan Tambahan - Penanggulangan Diare - Penanggulangan dan Tatalaksana Gizi Buruk
Meningkatkan pertumbuhan
b.
c. d.
Penimbangan balita berkala Penguatan Ketahanan Pangan Keluarga Peningkatan Pengasuhan dan Pendidikan untuk Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Peningkatan Higiene dan Sanitasi Makanan
Sub komponen ini dikembangkan untuk memperkuat dan mengintegrasikan berbagai kegiatan yang terkait dengan/bertujuan untuk perbaikan gizi yang selama ini dilakukan oleh berbagai sektor secara terpisah (UPGK Baru). Perbedaan utama antara UPGK Lama dengan UPGK Baru ini adalah pada UPGK Baru ini perencanaan dan implementasi kegiatan diserahkan/didasarkan atas kebutuhan dan kesiapan masyarakat setempat untuk mengembangkannya, tidak lagi ditetapkan secara terpusat dan seragam.
Masyarakat
(child caring and education) pendidikan gizi keluarga, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
pemberdayaan keluarga dan masyarakat (family and community empowerment) pada tingkat akar rumput (grass root level). Wahana utama yang akan digunakan adalah Posyandu. Konsep UPGK Terpadu akan diterapkan untuk merevitalisasi Posyandu. Akan dirangsang terbentuknya kelompok masyarakat/pokmas (community groups/ComG) pada tingkat desa/kelurahan yang merancang dan melaksanakan Paket Gizi Terpadu Berbasis Masyarakat (Community-Based Integrated Nutrition Package-CBINP).
yang diangkat secara selektif akan dikerahkan untuk membantu pemberdayaan Pokmas (ComG). Pokmas tersebut pada gilirannya diharapkan dapat menjadi embrio pembentukan Desa (Kelurahan) Siaga. Dengan demikian Komponen ini sejalan dengan kebijakan Depkes mengenai Era Baru Revitalisasi Sektor Kesehatan terutama pilar pertama yaitu inisiatif nasional untuk mobilisasi social dan pemberdayaan masyarakat.
PGMT MODEL
POKMAS PGMT
Memperluas operasionalsasi lokal sprinkle melalui studi efficacy, acceptability, affordability and effectiveness; Pengembangan fortifikasi Vitamin A pada minyak goreng curah (palm oil) melalui advokasi kepada industri minyak goreng dengan menyediakan premix fortificants serta produksi, penjaminan mutu (quality assurance) dan pemasaran produk; Pengembangan dan uji coba fortifikasi besi pada beras untuk rakyat miskin (RASKIN)
ii.
iii.
iv.
Monitoring kualitas tepung terigu yang difortifikasi di pasar dalam rangka penguatan program fortifikasi tepung terigu nasional melalui peningkatan kapasitas laboratorium pengujian, pelatihan, dan penegakan hukum;
v.
Melaksanakan pendidikan gizi melalui penyebarluasan informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek (KAP) tentang pedoman diet, konsumsi tepung fortifikasi pada kelompok masyarakat miskin;
Mengembangkan Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk minyak goreng yang difortifikasi dengan vitamin A
vi.
pembiayaan program gizi pada tingkat nasional dan lokal. Memobilisasi dukungan sosial untuk program gizi pada semua tingkatan termasuk pada tingkat masyarakat; Meningkatkan pemahaman akan permasalahan gizi para penentu kebijakan, pimpinan instansi yang terkait dengan gizi dan pangan, dunia usaha, serta stakeholders lainnya;
TUJUAN: Meningkatkan partisipasi masyarakat; termasuk stakeholders lainnya Memperkuat monitoring dan supervise program gizi; Meningkatkan keterampilan komunikasi tenaga gizi dan kesehatan; Meningkatkan perilaku gizi keluarga (KADARZI)
PENDEKATAN: Aplikasi Sosial Marketing melalui pengembangan berbagai pesan dan media yang pengelolaannya dikembangkan melalui suatu unit komunikasi gizi di setiap level. KELOMPOK SASARAN :
Pengambil Kebijakan/policy makers, Penyelenggara Program/providers Masyarakat sasaran/communities, LSM Industri pangan/the commercial private food sector, Mass media.
*Intervensi akan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan kondisi setempat
KEGIATAN:
Pengembangan materi advokasi untuk
pengambil kebijakan Pelatihan/Training untuk perencana program, providers (dokter puskesmas, tenaga medik, dll), kader Pengembangan Radio Komunitas Pengembangan Berbagai Media Kampanye GizI
Komponen IV:
PENGUATAN KELEMBAGAAN
TUJUAN:
Mengatasi masalah lemahnya kelembagaan (institusi) yang bertanggung jawab dan berkaitan dengan program gizi dan ketahanan pangan. Mendukung :
(i) penguatan institusi kebijakan dan program penelitian; (ii) konsoildasi dan peningkatan system manajemen informasi pangan dan gizi; (iii) penguatan management program pada tingkat daerah dan masyarakat
PENDEKATAN:
Penguatan kelembagaan mencakup konsep luas meliputi tujuan (mission, goals), pembagian kewenangan dan tanggungjawab, ketenagaan (manpower deployment), hubungan vertical dan lateral, dan sistem informasi dan manajemen.
Kegiatan penguatan kelembagaan akan diawali dengan analisis organisasi secara mendalam (an in-depth organizational analysis) pada tahun pertama untuk diarahkan pada program peningkatan organisasi secara lintas sektor dan terpadu.
AKTIVITAS:
Organizational Analysis and Improvement 2. Improved Food and Nutrition Information Management 3. Strengthening Program Implementation Capacity: local capacity and community capacity 4. Communications Program Management Capacity 5. Strengthening Research and Development
1.
Komponen V:
MANAJEMEN PROGRAM
TUJUAN: (i) menyediakan dukungan manajemen bagi terselenggaranya proyek secara efektif dan efisisien serta akuntabel pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (ii) menyediakan dukungan pembiayaan yang akuntabel; (iii) melaksanakan monitoring proyek secara independent; (iv) melakukan penjaminan kualitas dan supervisi (quality assurance and supervision).
Terimakasih