You are on page 1of 31

1

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan Rahmat-Nya jualah
sehingga penulisan Laporan Penelitian dengan judul Pengaruh suhu terhadap
penelitian sawi dan kacang tanah dapat selesai sesuai apa yang diharapkan.
Dalam laporan penelitian ini, penulis akan menguraikan cara meneliti dan mengetahui
pengaruh suhu terhadap penelitian sawi dan kacang tanah.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih jauh dari harapan guru
pengasuh oleh karena itu penulis mengharapkan bimbingan dan arahan bagi
sempurnanya laporan ini.
Wassalam

31 Oktober 2012

Kelompok 3












2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I (PENDAHULUAN) ........................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
1.3. Hipotesis ............................................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
1.6. Variabel ................................................................................................................ 3
1.7. Definisi Operasional............................................................................................. 3
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) .............................................................................. 5
2.1. Perkecambahan .................................................................................................... 5
2.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Perkecambahan ......................... 5
BAB III (METODE PENELITIAN) ......................................................................... 19
3.1. Objek Penelitian ................................................................................................. 19
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 19
3.3. Metode Penelitian .............................................................................................. 19
3.4. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................................. 19
3.5. Langkah Kerja .................................................................................................... 20
BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN) ............................................................... 21
4.1. Kelompok Percobaan ......................................................................................... 21
4.2. Tabel Hasil Pengamatan .................................................................................... 21
4.3. Grafik ................................................................................................................. 22
4.4. Hasil ................................................................................................................... 22
BAB V (KESIMPULAN) ......................................................................................... 23
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24
LAMPIRAN .............................................................................................................. 25


3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan standar kompetensi 1 pada Bab Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman,
siswa diharapkan mampu melakukan penelitian tentang pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini dilakukan agar siswa paham terhadap faktor-faktor internal atau
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu
dari penelitian ini siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu penelitian secara
ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh perbedaan suhu terhadap pertumbuhan sawi dan kacang tanah?

1.3. Hipotesa
- Ada pengaruh suhu terhadap perkecambahan sawi dan kacang tanah karena
suhu memiliki peran utama dalam aktivasi enzim ketika proses biokimia sel
tanaman berlangsung.
- Suhu yang cocok untuk proses perkecambahan sawi dan kacang tanah adalah
suhu kamar.

1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perkecambahan tanaman sawi dan kacang
tanah.

1.5. Manfaat Penelitian
Melatih ketrampilan siswa dalam melakukan dan menyusun suatu penelitian
secara ilmiah.

1.6. Variabel
a. Variabel Bebas : Suhu lingkungan tempat tumbuhnya tanaman

b. Variabel Kontrol : - Jenis biji sawi dan kacang tanah
- Jenis air yang disiramkan
- Media tumbuh tanaman
- Intensitas cahaya
- Kuantitas air

c. Variabel Terikat : Pertambahan tinggi tanaman pada proses perkecambahan sawi
dan kacang tanah
1.7. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas : Menggunakan 4 sampel yang akan diletakkan di 4 tempat
yang memiliki suhu yang berbeda pula.
1) Sampel pertama dengan suhu rendah 15
0
C yaitu di
dalam lemari es.
4

2) Sedangkan untuk sampel ketiga, kita lokasikan pada
suhu kamar yang 28
0
C.
3) Dan sampel terakhir dengan suhu lebih tinggi yaitu
43
0
C yang kita letakkan di bawah lampu bohlam 100
watt

b. Variabel Kontrol : - Jenis biji sawi dan kacang tanah
Menggunakan biji sawi dan kacang tanah dengan usia dan
waktu panen yang sama.
- Jenis air yang disiramkan
Menggunakan air yang sama.
- Media tumbuh tanaman
Menggunakan pot kecil dengan media tanah yang sama
- Kuantitas air
Pemberian air pada setiap sampel per harinya yaitu
sebanyak 4 sendok makan penuh.

c. Variabel Terikat : Pertambahan tinggi tanaman pada proses pertumbuhan sawi
dan kacang tanah kita ukur dengan satuan menggunakan
penggaris setiap harinya dengan waktu pengukuran yang
sama pula seama seminggu (7 hari).

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen
biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru.
Setiap tumbuhan pasti mengalami fase perkecambahan.
Beberapa biji dapat mengalami perkembangan jika berada di kondisi lingkungan
yang sesuai. Namun, beberapa biji yang lain berada dalam masa dormansi. Artinya, biji
tersebut tidak tumbuh dan berkembang. Biji dapat berkecambah karena di dalamnya
terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Lembaga tumbuhan memiliki tiga bagian, yaitu
akar lembaga (radikula), daun lembaga (kotiledon), batang lembaga (kalkulus).
Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji.
Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan masuknya air ke dalam biji, disebut juga
proses imbibisi. Tahap berikutnya adalah tumbuhan akan melakukan proses
perbanyakan sel atau pembelahan aktif, namun sel-sel yang dibentuk belum mengalami
diferensiasi. Setelah mencapai massa sel tertentu, tumbuhan akan melakukan proses
diferensiasi. Diferensiasi adalah proses pertambahan jenis dan fungsi sel yang jelas.
Setelah itu akan dibentuk organ-organ melalui proses organogenesis. Proses
organogenesis berbagai organ yang berbeda bentuk serta berguna untuk melengkapi
struktur dan fungsi makhluk hidup disebut perkembangan atau morfogenesis. Apabila
daun sudah terbentuk, tumbuhan sudah mampu melakukan proses fotosintesis, yang akan
menghasilkan energi. Energi ini akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Perkecambahan di bagi dalam 2 tipe, yaitu perkecambahan epigeal dan
perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang ditandai
dengan bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon akan mengalami
proses pembelahan yang sangat cepat untuk membentuk daun. Yang pada umunya
termasuk dikotil. Sedangkan perkecambahan hipogeal adalah perkecambahan yang
ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tetap berada di dalam tanah. Pada umumnya termasuk monokotil.
Sawi dan kacang tanah adalah salah satu contoh tanaman yang memiliki tipe
perkecambahan hipogeal, karena kotiledonnya tetap berada di tanah dan epikotilnya
terangkat ke atas.

2.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Perkecambahan
Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen,
maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional
dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh
6

maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata
lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama.
Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan
sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena
berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat
berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya
larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau menghambat laju respirasi.

Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri
terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di
sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada
jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu
(Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum
terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan
umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil,
1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia.
Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan
merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau
bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup
terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
7

3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan
oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh
giberelin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang
terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996).
Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara
yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk
benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk
ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang
masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas
cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).
Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya
terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan
yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk
mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada
tempat gelap maupun ada cahaya.

e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik
yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.

8

PENGARUH SUHU TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
Dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman salah satu faktor ekologi yang
sangat mempengaruhi adalah faktor suhu. Faktor tersebut mudah diukur dan seringkali
membatasi pertumbuhan dan distribusi tanaman. Suhu merupakan aspek intensitas dari
energi panas. Aspek kapasitas panas energi juga penting tetapi suhu atau aspek intensitas
energi pengaruhnya lebih langsung.
A. Aspek fisik
Pengertian Suhu mencakup 2 aspek : Derajat Insolasi
Insolasi menunjukan energi panas dari matahari dengan satuan gram kalori/cm2/jam
Satu gram kalori adalah sejumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 gram air
sebesar 10C
Jumlah insolasi atau suhu suatu daerah tergantung kepada :
(a) Latitude(letak Lintang) suatu daerah
Pada daerah katulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit variasi dibanding dengan sub tropis dan
daerah sedang. Jadi, insolasi semakin kecil dengan bertambahnya latitude karena sudut
jatuh radiasi matahari makin besar atau jarak antara permukaan bumi makin jauh.
(b) Altitude (tinggi tempat dari permukaan laut)
Semakin tinggi Altitude insolasi makin rendah. Setiap naik 1000 kaki suhu turun 30F
(c) Musim
Berpengaruh terhadap insolasi kaitannya dengan kelembaban udara dan keadaan awan
(d) Angin
Berpengaruh terhadap insolasi kaitannya bila angin membawa uap panas
1. Radiasi kalor
Hampir seluruh energi kalor (panas ) di bumi berasal dari matahari. Energi itu terdiri atas energi
radiasi yang tersusun dari bermacam-macam panjang gelombang elektromaknetik . panjang
gelombang elektromaknetik yang di pancarkan matahari berbanding terbalik dengan
frekuensinya:


Di mana = adalah panjang elektromegnetik
f = adalah frekuensi gelombang elektromagnetik
f
1
=
9

Energi radiasi yang berasal dari matahari sampai ke bumi disebut dengan incoming solar
radiation ( insolasi). Insolasi terdiri dari gelombang pendek dan gelombang panjang . Spektrum
gelombang elektromagnetik (matahari ) yang terdiri dari gelombang pendek ( kecil dari 400 mu)
disebut dengan sinar ultra ungu . sedangkan gelombang yang panjang gelombangnya lebih dari
760 mu disebut dengan sinar inframerah. Ultra-ungu mempunyai efek foto kimia dan inframerah
mempunyai efek fotokimia dan infra merah mempunyai efek fotothermal tertentu.
Sudut pandang sinar matahari tergantung pada latitude, musim dan kemiringan (slope) .
Sudut sinar matahari yang vertikal memberikan isolasi yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sudut sinar yang datangnya miring (obligue) . Intensitas isolasi terbesar pada saat tengah
hari, karena sudut datang sinar hampir vertikal, dan intensitas insolasi yang terkecil terjadi pada
pagi dan sore, karena sudut datang lebih miring dibandingkan dengan tengah hari. Sebaran
insolasi dipermukaan bumi bervariasi munurut latitude. Insolasi tahunan terbesar di equator dan
menurut sedikit demi sedikit ke arah kutub. Di daerah katulistiwa (equator) jumlah insolasi yang
diterima selama satu tahun hampir empat kali lipat lebih besar dari kutub.
Variasi insolasi yang diterima bumi juga disebabkan oleh :
1. Faktor Musim
Energi matahari yang lebih lemah dimusim dingin daripada musim panas. Pada musim dingin sinar
matahari harus menembus lapisan atmosfer yang lebih tebal . Hal ini juga berkaitan dengan
sudut datang sinar. Pada sudut sinar datang 90 atmosfer manahan 22 % energi radiasi dan 99 %
untuk sinar datang 5. berkurangnya panas ke arah kutub pada musim panas dapat diatasi oleh
pertambahan panjang hari ( lamanya penyinaran) . matahari bersinar lebih lama berarti energi
yang diterima lebih besar .
2. Faktor sudut datang dan kemiringan yang dikontrol oleh latitude
3. Faktor kecerahan atmosfir.
Atmosfer yang mengandung banyak debu, uap ,air , gas-gas tertentu dan awan mengakibatkan
energi matahari terhalang mencapai.permukaan bumi, sehingga insolasi kecil. Didaerah tropik
lapisan pemantul dan penghambur lebih tipis dibandingkan dengan daerah sedang , namun
pengaruh ini juga berfluktuasi sesuai dengan musim atau panjang hari.
4. Faktor yang dominan besarnya insolasi ditentukan oleh energi yang dihasilkan oleh matahari itu
sendiri dan jaraknya dengan bumi.
10

Matahari diperkirakan mengeluarkan energi setiap tahun sebesar 1- 3 x 10 kalori. Dari angka itu
permukaan bumi menerima sebesar 2 gram kalori setiap luasan 1 cm dan setiap menit. Angka ini
disebut dengan konstante matahari. Di samping itu besarnya energi matahari yang sampai
kepermukaan bumi ditetukan pula oleh jarak matahari dengan bumi. Selama revolusi bumi
( bumi beredar mengelilingi matahari pada orbit nya) bumi membuat jarak yang berbeda setiap
waktu dengan matahari, karena bentuk orbit bumi adalah seperti ellips. Matahari terletak pada
salah satu titik fokusnya. Jarak yang terjauh dicapai bumi disebut dengan aphellium pada tanggal
1 juli dengan jarak kira-kira 1,52 x 10 km. Jarak terdekat disebut dengan perihellium , kira-kira
1,49 x 10km.
2. Transfer panas
Pemindahan panas dari suatu benda ke benda lain dapat berlangsung dengan cara konduksi,
konveksi dan radiasi.
Konduksi
Konduksi merupakan cara perambatan panas dari satu molekul ke molekul lainnya atau dari
satu benda ke benda lainnya. Konduksi berlangsung sebagai akibat bersentuhan antara benda
yang suhunya tinggi dengan benda yang suhunya rendah atau dari molekul-ke molekul lain yang
berbeda suhunya.
Konveksi
Konveksi adalah transfer panas dengan cara aliran. Konveksi berlangsung sebagai akibat
berkurangnya massa jenis suatu zat bila dipanaskan. Konveksi lebih umum terjadi pada zat cair
dan gas. Massa benda yang dipanaskan akan memuai sehingga massa jenisnya turun dan akan
mengalir ke atas benda yang massa jenisnya lebih besar.transfer panas di atmosfir pada umunya
berlangsung dengan konveksi . lapisan udara sebelah bawah yang dipanasi oleh radiasi dan
konduksi akan mengembang, berkurang kepadatannya, naik dan diganti oleh udara yang lebih
padat dan berat. Massa udara yang turun dan berat. Massa udara yang turun dan berat itu
menerima panas lagi dari radiasi dan konduksi seperti semula. Begitulah seterusnya sehingga
lapisan atmosfer memperoleh panas yang hampir merata di lapisan dekat permukaan bumi.
Radiasi
Radiasi adalah transfer panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Proses rambatannya telah
dibicarakan sebelumnya. Dari seluruh radiasi energi matahari yang dipancarkan oleh matahari,
11

hanya kira-kira 7 % yang dapat ditangkap oleh tanaman. Selebihnya dipantulkan kembali ke
atmosfir melalui penguapan , refleksi dan lain-lain.






Ke tiga model transfer panas itu akan mempengaruhi suhu udara dan tanah serta suhu air
permukaan bumi. Hubungan antara suhu udara dan insolasi sering tidak kentara , karena
disebabkan oleh awan dan partikel-partikel yang terdapat di atmosfir yang mengahlangi radiasi
yang di terima atau sama sekali hilang di angkasa. Fluktuasi suhu harian dan insolasi dipengaruhi
oleh kapasitas panas udara dan permukaan tanah serta variasi sudut penyinaran matahari
selama satu hari. Hubungan antara suhu udara haruan dan insolasi harian dapat dilihat pada
gambar 1.
Setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut di daerah tropik suhu turun kira-kira 0,6 c
sampai pada ketinggian 1,5 km ( Lockwood, 1974 dalam Monteith, 1977) pada ketinggian yang
sama di equator perbedaan suhu udara antara 20 c dan 30 C . setiap bulan dalam setahun.
Sedangkan di daerah savana perbedaan panas dan dingin tercatat hanya kira kira 7 c . suhu
udara dapat mempengaruhi iklim mikro tanaman. Pada prinsipnya suhu yang dibutuhkan oleh
organ tanaman diekspos dari matahari dan digunakan untuk beberapa proses.
B. ASPEK FISIOLOGIS
Kisaran suhu di alam antara -273C sampai berjuta-juta C (di pusat matahari).
Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan suhu antara 15-40C. Dibawah suhu 15C atau
diatas 40C pertumbuhan tanaman menurun secara drastis. Suhu akan mengaktifkan proses
fisik dan proses kimia pada tanaman. Energi panas dapat menggiatkan reaksi-reaksi biokimia
pada tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang suhu tertentu.
Suhu meningkatkan perkembangan tanaman sampai batas tertentu. Hubungan suhu
dengan pertumbuhan tanaman menunjukkan hubungan yang linear sampai batas tertentu,
12

setelah tercapai titik maksimum (puncak) hubungan kedua variabel itu menunjukkan
hubungan parabolik.






Pada Tahap A-B
-merupakan tahap pertumbuhan yang sangat cepat.
-Suhu meningkatkan laju pertumbuhan membentuk garis lurus (linear) dimana
kurvanya merupakan fungsi eksponensial dengan suhu.
-Pada tahap ini energi panas dapat mengaktifkan seluruh sistem (perangkat)
pertumbuhan. Sehingga efisiensi penggunaan energi panas oleh tanaman adalah
besar. Energi panas yang terbuang percuma berada pada jumlah yang kecil, atau
energi panas yang tertangkap molekul dapat meningkatkan gerakan-gerakan
molekul dalam jaringan tanaman.
Pada tahap B-C
-kecepatan pertumbuhan tanaman menurun, sehingga rata-rata fluktuasi
pertumbuhan dapat membentuk garis mendatar.
-Fluktuasi kecepatan pertumbuhan pada tahap ini sering disebabkan oleh faktor-
faktor tumbuh lainnya diluar suhu seperti air, cahaya, ketersediaan oksigen dan
karbondioksida serta unsur hara kadang-kadang menjadi faktor pembatas, tetapi
masih dapat ditolerir oleh tanaman.
13

-Titik B merupakan titik kritis dimana ketersediaan faktor tumbuh diluar suhu memegang
peranan penting. Kondisi sedikit saja dibawah optimum dapat menjadi faktor pembatas
(limiting factor).
Tahap C-D :
-merupakan tahap pertumbuhan menurun, dimana energi panas tidak lagi dapat meningkatkan
laju pertumbuhan.
-Pada tahap ini penurunan kecepatan pertumbuhan sebanding dengan kenaikan suhu.
-Dibandingkan dengan tahap A-B, garis proyeksi a-b selalu lebih besar daripada garis proyeksi c-
d. Hal ini berarti bahwa percepatan pertumbuhan pada tahap C-D. Kondisi ini dapat diartikan
bahwa kenaikan suhu sebanding dengan penurunan aktivitas enzim pertumbuhan dan
sebanding pula dengan kerusakan protein, sebagai bahan baku enzim.
-Dapat diketahui bahwa panas dapat meningkatkan energi kinetik dari molekul-
molekul
tanaman yang membuat laju reaksi biokimia meningkat sampai batas tertentu dan
panas
yang terlalu tinggi tidak lagi menguntungkan pada tanaman.
THERMAL UNIT (REMAINDER INDEX)

Hubungan suhu dengan pertumbuhan tanaman dijelaskan dalam suatu
metode remainder index atau heat unit, yaitu suatu metode pendekatan antara agronomi
dan klimatologi. Teknik ini menurut Newman dan Blair, 1969, Yahya, 1988, melihat
hubungan antara laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan akumulasi suhu
rata-rata harian diatas suhu baku (dasar) suhu dasar bervariasi menurut jenis tanaman.

RI =

Dimana :
RI = Reminder Index
(

Baku T
2
min) T mak (T
14

T mak = suhu maksimum harian
T min = suhu minimum harian
T baku = suhu baku (vital)
Suhu baku suatu tanaman diukur dalam percobaan terkontrol dalam growth chamber. Suhu
baku adalah titik suhu yang menunjukkan tidak terjadinya proses fisiologis tanaman. Suhu
baku bervariasi pada setiap tanaman dan pada setiap proses perkembangan. Contoh suhu
baku untuk tanaman kentang 7,2C, jagung 10C, kedele 7,8C dan kapas 16,6C.
Penggunaan praktis Reminder Index adalah untuk menentukan kebutuhan panas reaksi-
reaksi fisiologis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari tanam sampai
panen. Perhitungan heat unit (satuan panas) atau remainder index yang cermat dapat
menentukan saat tercapai suatu tahap perkembangan tanaman tertentu, misalnya
pembungaan, masak fisiologis atau panen yang lebih akurat.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan sejumlah panas, hal ini
dikenal sebagai heat unit. Sejumlah suhu di atas batas aktivitas vital merupakan dasar dari
sistim heat unit.
Jumlah satuan panas (heat unit) dalam satu hari diperoleh dari pengurangan suhu aktual dengan
suhu dasar pada hari itu.
Kebutuhan satuan panas (heat unit) tanaman dapat dihitung dari awal penanaman
sampai panen. Sistim ini disebut juga sebagai remainder index system. Nilai-nilai
dinyatakan dalam day degrees atau degrees day atau heat unit atau thermal unit
Kegunaan sistim heat unit yaitu :
1. Mengemukakan adanya perbedaan lamanya masa pertumbuhan bagi setiap varietas
2. Menentukan panen
3. Melindungi panen dan mengurangi masa tidak aktif
4. Membantu meramalkan kebutuhan pekerja untuk pelaksanaan pabrik
5. Menolong pemanenan dan biaya produksi
6. Membantu dalam mengontrol kualitas

Hal yang membatasi penggunaan sistim heat unit antara lain yaitu :
15

1. Kesuburan tanah dimana faktor tersebut mempengaruhi kematangan, sebagai contoh
kematangan dipercepat pada tanah yang mengandung P sedang pada tanah banyak
mengandung N memperlambat kematangan
2. Tipe tanah sandy soil akan cepat panas, sedang heavy soil lambat
3. Topografi, lereng dan drainase juga penting karena mempengaruhi keadaan kelembaban suhu
4. Altitude dan latitude mempengaruhi heat unit
5. Frost dan rusak akibat kekeringan tidak diperhitungkan dalam sistim ini
6. Angin, hujan es, taufan, insektisida dan penyakit sangat mempengaruhi hilai heat unit terhadap
tanaman
7. Intensitas cahaya matahari diukur dalam gram kalori per cm
2
lebih dari akumulasi suhu
Masalah pada head unit
Kelemahan lain dari sistim penjumlahan suhu ini adanya faktor pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak langsung dipengaruhi oleh suhu. Sistim ini tidak
mempertimbangkan efek suhu siang dan malam dan selang suhu
Masalah yang timbul dengan penerapan reminder index adalah tidak
diperhitungkannya pengaruh merusak atau merugikan akan suhu ekstrim selama
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu ekstrim (tinggi atau rendah) diluar suhu
kardinal selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman selalu ada dan pengaruhnya
terdapat proses fisiologis tanaman sulit untuk dideteksi, karena banyak aspek. Pengaruh
suhu ekstrim dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam menetapkan tercapainya
suatu fase pertumbuhan atau perkembangan tanaman.
Berdasarkan kenyataan diatas lahir ide untuk menyusun suatu metode yang
bermaksud untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh merusak akibat suhu ekstrim.
Metode ini dikenal dengan index fisiologis. Hubungan physiological index dan remainder
index dapat dilihat pada gambar.





16



Pengaruh Suhu Minimum terhadap Tanaman
- Pada suhu rendah (minimum) pertumbuhan tanaman menjadi lambat bahkan terhenti, karena
kegiatan enzimatis dikendalikan oleh suhu.
- Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara terganggu, karena
transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus menerus tanaman akan rusak. Hubungan
suhu tanah yang rendah dengan dehidrasi dalam jaringan tanaman adalah apabila suhu
tanaman rendah viskositas air naik dalam membran sel, sehingga aktivitas fisiologis sel-sel akar
menurun.
- Suhu tanah yang rendah akan berpengaruh langsung terhadap populasi mikroba tanah. Laju
pertumbuhan populasi mikroba menurun dengan menurunnya suhu sampai di suhu 0C,
sehingga banyak proses penguraian bahan organik dan mineral esensial dalam tanah yang
terhalang. Aktivitas nitrobakteria menurun dengan menurunnya suhu, sehingga proses nitrifikasi
berkurang.
- Pada tanaman tropik memperlihatkan pertumbuhan yang terhambat pada suhu 20C laju
pertumbuhan menurun dengan pesat menjelang suhu 10C dan mati setelah suhu turun terus
dibawah 10C.
- Pada umumnya respirasi menurun dengan menurunnya suhu dan menjadi cepat bila suhu naik.
Pada suhu yang amat rendah respirasi terhenti dan biasanya diikuti pula terhentinya fotosintesa.
Kondisi ini dapat diartikan tercapainya suhu vital. Suhu vital berada sedikit diatas titik beku.
- Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas
bunga dan buah. Besarnya kerusakan orang atau jaringan tanaman akibat suhu rendah
tergantung pada, keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman.
Tanaman yang tumbuh didaerah yang berkecukupan air lebih sensitif daripada tanaman yang
biasa hidup dilingkungan kering terutama pengaruh frost. Tanaman yang jaringannya kaya unsur
kalium biasa lebih tahan terhadap suhu rendah, tetapi jaringan yang banyak mengandung
nitrogen pada umumnya lebih rapuh. Lapisan gabus dan lilin pada organ tanaman dapat
menaruh pengaruh buruk yang disebabkan oleh suhu rendah. Keadaan ini sangat tergantung
pada kondisi fisiologis tanaman.
Pengaruh Suhu Optimum terhadap Tanaman
17

- Laju pertumbuhan tanaman berjalan pada kecepatan maksimum bila suhu berada pada kondisi
optimum, kalau faktor-faktor lain tidak menjadi pembatas.
- Dalam selang suhu minimum ke optimum, kecepatan pertumbuhan berbeda tidak nyata kalau
waktu cukup lama, tetapi kecepatan pertumbuhan bertambah tinggi bila semakin dekat dengan
suhu optimum.
- Pada jarak suhu optimum ke suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan pada umumnya
menurun, kecuali pada jenis tanaman tertentu pertumbuhan berlangsung cepat. Pada suhu
optimum, dan tanaman tidadk stress air suhu daun mengikuti suhu udara dan suhu akar akan
mengikuti suhu tanah.
- Urutan pengaruh suhu terhadap fungsi tanaman adalah sebagai berikut : Pertumbuhan,
Pembelahan sel, Fotosintesa, Respirasi.
- Panas memberikan energi untuk beberapa fungsi tanaman agar tanaman dapat melaksanakan
proses-proses fisiologisnya.
- Suhu juga mempengaruhi produk sintesa dan metabolisme tanaman. Pada suhu rendah
tanaman terangsang untuk membentuk polisakarida lebih banyak karena respirasi menurun. Hal
ini tentu berkaitan dengan kegiatan fotosintesa sebelumnya. Laju akumulasi karbohidrat akan
lebih cepat bila suhu semakin menurun menjelang panen.
- Tanaman di daerah sedang, suhu optimum untuk fotosintesa lebih rendah dibandingkan dengan
suhu optimum untuk respirasi. Pernyataan ini akan menjawab kenapa tanaman penghasil
karbohidrat memberikan hasil yang lebih tinggi (seperti jagung, kentang) didaerah beriklim
sedang dibandingkan dengan hasil tanaman yang dicapai oleh tanaman yang sama ditanam
pada daerah yang lebih panas.
- Pada tahap perkecambahan, selain untuk pertumbuhan energi juga dibutuhakn untuk
menembus kulit biji.
- Kebutuhan energi pada tahap pembungaan ditujukan untuk pertumbuhan vegetatif dan
digunakan untuk membetuk sel-sel gamet. Kebutuhan energi yang besar ini dibuktikan suhu
optimum untuk tahap perkecambahan dan pembungaan lebih besar dari pada suhu optimum
untuk tahap lainnya dalam siklus hidup tanaman. Kalau kebutuhan energi panas tidak terpenuhi
tanaman tida dapat berkecambah atau berbunga.
- Dalam siklus hidup tanaman kedua tahap ini merupakan fase kritis, fase dimana permintaan
tanaman akan suhu dan faktor tumbuh lainnya adalah besar. Tanaman akan muncul lebih cepat
ke permukaan tanamah, kalau suhu tanah mendekati optimum (21 C). (Shaw, 1955).
Pengaruh Suhu Maksimum terhadap Tanaman
- Jaringan tanaman akan mati apabila suhu mencapai 45C sampai 55 C selama 2 jam.
18

- Tanaman yang kadar karbohidrat tinggi lebih tahan terhadap suhu ekstrem tinggi, karena
denaturasi karbohidrat lebih tahan dibandingkan protein. Denaturasi portein terjadi pada suhu
45 C, sedangkan karbohidrat baru rusak pada suhu diatas 55 C, bahkan ada yang sampai 85 C.
- Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, respirasi rendah bahkan terhenti pada suhu 0C dan
maksimal pada suhu 30 C-40 C. Respon respirasi terhadap suhu tidak sama pada jenis
tanaman dan pada setiap tahap perkembangan tanaman. Pada tanaman tropis respirasi
maksimal terjadi pada suhu 40 C dan tanaman daerah sedang respirasi maksimal 30 C. Suhu
tinggi (diatas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau arus respirasi dan absorpsi
air. Bila suhu udara meningkat, laju transpirasi meningkat, karena penurunan defisit tekanan
uap dari daya yang hangat dan suhu daun tinggi, yang mengakibatkan peningkatan tekanan uap
air padanya. Kelayuan akan terjadi bila laju absorpsi air terbatas karena kurangnya air atau
kerusakan sistem vaskuler atau sistem perakaran. Tingkat kerusakan akibat suhu tinggi, lebih
besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi denaturasi protoplasma oleh dehidrasi.
- Pada saat pembentukan sel generatif, suhu tinggi mengakibatkan rusaknya sistem pembelahan
mitosis yang berlangsung dengan cytokinesis. Hal ini terlihat adanya kegagalan pembentukan
biji, akrena pollengrain yang terbentuk steril.
- Pada suhu 45 C akan mengganggu aktivitas enzim, diantaranya enzim proteinase dan pepidase.
Enzim proteinase berfungsi uantuk merombak protein menjadi lipids. Sedangkan enzim
peptidase merombak peptids menjadi asam amino. Oleh karena itu tidak berkecambahnya biji
(terutama kedele dan jagung) pada suhu tinggi karena kegagalan metabolisme biji yang
disebabkan oleh kekurangan bahan dasar, yakni asam amino.
- Translokasi asimilat terjadi dengan adanya molekul atau ion melintasi membran dari daun ke
jaringan yang merismatik. Pada suhu tinggi translokasi asimilat terhalang karena terjadinya
dehidrasi, karena respirasi meningkat. Hal ini pula sebabnya suhu tinggi terjadinya gangguan
pertumbuhan pada jaringan merismatik akibat asimilat sebagai bahan dasar tida dapat
mencapai jaringan tersebut.
- Pada Suhu yang terlalu tinggi dan datangnya tiba-tiba akan menyebabkan terjadinya perubahan
genetis dalam sel atau disebut juga mutasi. Mutasi gene dapat terjadi akibat suhu tinggi yang
datangnya tiba-tiba. Suhu tinggi yang datangnya tiba-tiba mempunyai daya tembus yang sangat
kuat sehingga dapat mencapai bahan genetis dalam inti sel, akibatnya terjadi perubahan
pasangan alel-alel dalam kromosom.


19

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Pertumbuhan biji sawi dan kacang tanah.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian : Jl. Amir Hamzah No. 46 Kecamatan Gotong Royong
2. Waktu Penelitian : 25 Oktober 2012 31 Oktober 2012.

3.3. Metode Penelitian
Melakukan penanaman biji sawi dan kacang tanah dengan objek biji sawi dan kacang
tanah yang telah direndam. Kemudian biji-biji itu di tanam pada media tanam yang
sama sebanyak 3 sampel, dimana setiap sampel ditumbuhkan pada suhu lingkungan
yang berbeda-beda. Sampel 1, sampel 2, sampel 3, dan kita beri air dengan kuantitas
yang sama setiap harinya dan dilakukan pengukuran pula terhadap pertambahan
tinggi tanaman setiap harinya. Satu hal yang penting, pada ke-tiga sampel yang
berbeda lingkungan, kita perlakukan sama khususnya dengan peniadaan intensitas
cahaya pada proses pertumbuhannya. Kecuali pada sampel ketiga yang akan
mendapat cahaya dari lampu bohlam

3.4. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat : - 6 buah pot
- 1 Wadah akuarium ukuran sedang
- 2 buah lampu bohlam 100 watt
- Lakban
- Sendok
- Lemari es
- Termometer ruangan

b. Bahan : - Benih Sawi
- Biji kacang tanah
- Tanah
- Air




20

3.5. Langkah Kerja
1. Biji-biji kacang tanah direndam beberapa saat untuk memilih butir-butir biji
terbaik, yaitu yang berada di dasar air ketika direndam. Untuk benih sawi tidak
perlu direndam

2. Sementara itu, kita mempersiapkan media tanam berupa 6 buah pot ukuran kecil
yang telah di beri tanah dengan jumlah tanah dan kuantitas air (4 sendok makan
penuh) yang sama.
3. Kita memilih biji kacang tanah yang tenggelam. Biji-biji kacang tanah yang telah
dipilih dan benih sawi kemudian dimasukkan kedalam wadah media tanam yang
telah di persiapkan sebelumnya. Paha tahap ini untuk jumlah banyaknya biji
kacang pada masing-masing sampel, kita samakan sebanyak 1 butir untuk
masing-masingnya. Sedangkan untuk benih sawi jumlahnya tidak kita samakan.
4. Peletakkan sampel kita tempatkan pada 4 lingkungan dengan suhu yang berbeda :
1) Pada lemari es dengan 15
0
C.
2) Pada suhu kamar dengan 28
0
C.
3) Pada akuarium yang diberi 2 buah lampu bohlam 100 watt dengan 43
0
C.
5. Setiap harinya diberikan air dengan kuantitas sama (1 sendok makan), suhu
ruangan dan waktu yang sama pula. Disertai dengan proses pengukuran
pertambahan tinggi tanaman setiap harinya selama 1 minggu (7 hari).
6. Setelah 7 hari, tanaman sama-sama di keluarkan. Semua data pertumbuhan
selama 7 hari di kumpulkan dan akan dihitung rata-rata tumbuh tanaman per
harinya dengan,





Dan menentukan tanaman mana yang paling cepat tumbuh dan pada kondisi suhu
berapa tanaman dapat tumbuh maksimal.




21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kelompok Percobaan
1. Sampel 2 : Perlakuan dengan kondisi suhu lingkungan 15
0
C.
2. Sampel 3 : Perlakuan dengan kondisi suhu lingkungan 28
0
C.
3. Sampel 4 : Perlakuan dengan kondisi suhu lingkungan 43
0
C.

4.2. Tabel Hasil Pengamatan
TANAMAN SAWI


Jenis Tanaman
Sawi
Tinggi Tanaman Sawi ( . cm) Rata-Rata
Pertumbuhan
Tinggi
Hari
ke-1
Hari
ke-2
Hari
ke-3
Hari
ke-4
Hari
ke-5
Hari
ke-6
Hari
ke-7
Sampel 1
- - - - - - - -
Sampel 2
- 0,5 2,3 3,1 5 7,4 9,1 1,3
Sampel 3
- - - - - - - -

TANAMAN KACANG TANAH

Jenis
Tanaman
Kacang
Tanah
Tinggi Tanaman Kacang Tanah ( . cm) Rata-Rata
Pertumbuhan
Tinggi
Hari
ke-1
Hari
ke-2
Hari
ke-3
Hari
ke-4
Hari
ke-5
Hari
ke-6
Hari
ke-7
Sampel 1
- - - - - - - -
Sampel 2
- 1 3 5,7 8,3 11 15 2,14
Sampel 3
- - - - - - - -












22



4.3. Grafik
TANAMAN SAWI


TANAMAN KACANG TANAH



4.4. Hasil
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
Hari ke-7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
Hari ke-7
23

Tanaman yang diletakkan di tempat yang bersuhu 15
0
C, tidak terjadi
perkecambahan. Begitu pula pada tanaman yang diletakkan disuhu 43
0
C. Pada suhu
28
0
C tanaman tumbuh dengan normal.
24

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa suhu sangat berpengaruh terhadap
perkecambahan tumbuhan, khususnya sawi dan kacang tanah. Sawi dan kacang tanah
yang ditanam pada suhu 28
0
C, terbukti pertumbuhannya lebih cepat daripada yang lain.
Hal ini disebabkan karena, pada umumnya, tumbuhan mampu tumbuh secara optimum
pada suhu 22C - 37C. Jika tumbuhan ditanam pada suhu di bawah atau di atas suhu
tersebut, maka pertumbuhan maupun perkembangan tumbuhan akan terganggu. Di suhu
dingin atau bahkan terlalu dingin, mengakibatkan enzim tanaman tidak beraktivitas,
sehingga akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Sedangkan di suhu yang terlalu panas, enzim tumbuhan akan rusak, sehingga juga akan
menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.


25

DAFTAR PUSTAKA
http://www.irwantoshut.com/seed_viability_factor.html [31 Oktober 2012]
Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis.
Kusumawati, Rohana, dkk.2012.PR Biologi kelas XII untuk SMA/MA.Klaten:Intan
Pariwara
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/MKK2113A/document/bahan_ajar_suhu.doc?cid
[31 Oktober 2012]





























26


Lampiran
Alat dan Bahan







Benih Sawi 6 buah pot
Rendaman Kacang Tanah
1 unit lemari es
Kacang Tanah
Pot yang telah berisi tanah Rendaman Kacang Tanah
27

Penelitian hari pertama








Kacang Tanah (15
0
C) Sawi (15
0
C)
Kacang Tanah (28
0
C) Sawi (28
0
C)
Kacang Tanah (43
0
C) Sawi (43
0
C)
28

Penelitian Hari ke-2



























Sawi (15
0
C)
Sawi (43
0
C)
Kacang Tanah (28
0
C)
Kacang Tanah (15
0
C)
Sawi (28
0
C)
Kacang Tanah (43
0
C)
29

Penelitian hari ke-3















Kacang Tanah (15
0
C) Sawi (15
0
C)
Kacang Tanah (28
0
C) Sawi (28
0
C)
Kacang Tanah (43
0
C) Sawi (43
0
C)
30

Penelitian hari terakhir (ke-7)


















Sawi (43
0
C)
Kacang Tanah (28
0
C) Sawi (28
0
C)
Kacang Tanah (15
0
C) Sawi (15
0
C)
Kacang Tanah (43
0
C)
31








Kacang Tanah (43
0
C)

You might also like