You are on page 1of 5

1

Hubungan Kadar Kalsium dalam Darah dengan Sindroma Premenstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2010 The Relationship Between Blood Calcium Level and Premenstrual Syndrome in Maranatha Christian University Medical Students 2010
Komang Resty Pramudia Wardani1, Winny Suwindere2, Meilinah Hidayat3 Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
Abstrak Sindroma Premenstruasi (SPM) terjadi pada jutaan wanita di dunia selama masa reproduksi mereka. Intake kalsium terbukti efektif untuk mengurangi gejala SPM. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kadar kalsium dalam darah berhubungan dengan SPM pada mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan penelitian case-control. Analisis statistik dengan menggunakan uji T tidak berpasangan. Subjek penelitian berjumlah 60 orang perempuan, terdiri atas 30 orang dengan riwayat SPM dan 30 orang tanpa riwayat SPM sebagai kontrol, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar kalsium dalam darah dengan metode kolorimetri. Hasil yang didapat pada penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan p=0,003 (p<0,005) antara kadar kalsium darah dengan riwayat SPM. Simpulan penelitian ini adalah kadar kalsium dalam darah merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan SPM. Kadar kalsium dalam darah berhubungan secara signifikan dengan SPM. Kata kunci : Kalsium darah, Sindroma Premenstruasi (SPM) Abstract Premenstrual syndrome (PMS) occurs in millions of women in the world during their reproductive period. Calcium intake was proven effective in reducing symptoms of PMS. The aim of this research was to determine the relationship between blood calcium level and PMS in faculty of medicine students of Maranatha Christian University.Methods of this research was observational analytic with case-control design. Statistical analysis used independent T test. Subject of this research were 60 women, consist of 30 women with a history of PMS and 30 women without a history of PMS as a control. Then, the blood calcium level were measured with colorimetric method.The results of this research showed that there was significant relationship p=0,003 (p<0,005) between blood calcium level and a history of PMS. Conclusion of this research that blood calcium level was one of the risk factors associated with PMS. The level of calcium in the blood was significantly associated with PMS. Key words: Blood calcium, premenstrual syndrome (PMS)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Pendahuluan Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak pada emosional dan kesejahteraan fisik dari jutaan perempuan selama masa reproduksi seorang perempuan. Sindrom ini ditandai dengan kelompok tanda dan gejala yang kompleks, yang terjadi selama fase luteal dari siklus menstruasi dan berkurang segera setelah onset menstruasi. Gejala ini umumnya akan muncul kembali pada menstruasi yang akan datang1. Gejala SPM pada umumnya termasuk depresi, perasaan sensitif berlebihan, lemah badan, kram perut, breast tenderness, gangguan mood dan sakit kepala2. Sekitar 80-95% perempuan pada usia reproduktif yaitu sekitar 14-59 tahun mengalami gejala-gejala SPM yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Sekitar 40% perempuan berusia 14-50 tahun dan sekitar 14% perempuan antara usia 20-35 tahun menderita SPM yang dapat berpengaruh sangat hebat sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari pekerjaannya. Banyak perempuan mengalami gejala ringan dan sekitar 30-

2
50% menderita gejala yang berat3. Penelitian tahun 2005 menunjukkan 71,93% siswi SLTP di Semarang mengalami SPM4. Penelitian Irine Christiany5 pada tahun 2006 menunjukkan sebanyak 60,8% remaja putri SMU di Surabaya mengalami SPM ringan dan mengalami SPM berat sebanyak 39,2%5. Penyebab munculnya sindrom ini memang masih belum jelas. Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah zat gizi mikro antara lain kalsium, berpengaruh terhadap gangguan mood dan perilaku yang berlangsung selama SPM. Sebuah penelitian yang dilakukan Jacobs1 pada tahun 1998 yang dilakukan pada 472 perempuan dengan pemberian 1200 mg kalsium karbonat per hari selama 3 siklus, terbukti kalsium mampu meringankan gejala-gejala SPM sebesar 48% dari skor total dibandingkan dengan plasebo1. Gejala-gejala seperti kegelisahan, hidrasi, dan depresi mulai berkurang pada penderita SPM yang mengkonsumsi kalsium6. Penelitian lain yang dilakukan Raymond 7 pada 46 penderita SPM dengan usia ratarata 36,2 tahun dan 50 perempuan normal dengan usia rata-rata 37,7 tahun, didapatkan kadar kalsium darah pada penderita SPM lebih rendah secara signifikan, dibandingkan dengan perempuan normal7. Menurut penelitian Bertone-Johnson et al2., di Amerika, asupan kalsium dan vitamin D yang tinggi bisa mengurangi risiko SPM. Kadar kedua zat gizi tersebut pada perempuan yang mengalami SPM di dalam darah lebih rendah dan suplementasi kalsium bisa mengurangi keparahan gejala yang dialami2. Belum ada penelitian yang secara spesifik membahas pada usia mahasisiwi, yaitu sekitar 19-22 tahun. Mahasiswi termasuk dalam golongan yang rentan mengalami SPM karena memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan remaja dan pola makan yang tidak baik dikarenakan memiliki tingkat kesibukan yang lebih tinggi, sehingga cenderung mengalami kekurangan sejumlah zat gizi mikro dan vitamin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar kalsium dalam darah dengan kejadian SPM pada mahasiswi kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Bahan dan Cara Bahan Alat-alat penelitian yang digunakan meliputi torniquet, alchohol swab, kapas, sarung tangan, jarum Vaccutainer 22G x 1,5 inch, tabung Vaccutainer 4cc plain (tanpa anti koagulan), plester, tabung mikrosetrifugal, micropipet, alat sentrifugasi, alat otomatis Roche-Modular. Sedangkan bahan penelitian meliputi formulir kuesioner untuk subjek penelitian, meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon dan riwayat gejala SPM, darah vena yang diambil dari subjek penelitian sebagai bahan pemeriksaan, kadar kalsium darah (mg/dL) sebagai hasil pemeriksaan dan formulir informed consent. Cara Diambil subjek penelitian 60 mahasiswi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi terdiri atas 30 mahasiswi dengan riwayat SPM dan 30 mahasiswi tanpa riwayat SPM dengan dibedakan menggunakan kuesioner yang terdiri atas identitas, riwayat menstruasi dan riwayat gejala SPM. Kriteria SPM menggunakan kriteria menurut Mortola, et al. yaitu memiliki paling tidak 1 gejala fisik dan 1 gejala psikologis, memiliki gejala yang berpengaruh terhadap kegiatan sehari-hari, gejala terjadi sekitar 14 hari sebelum onset menstruasi, gejala berakhir pada onset menstruasi, gejala tidak muncul pada 1 minggu setelah menstruasi dan gejala terjadi secara regular setiap siklus menstruasi atau dalam 2 siklus berturut-turut2,8. Sebelum dilakukan pengambilan darah vena, subjek penelitian diharuskan tidur cukup, tidak melakukan aktivitas yang berat, diharuskan puasa minimal 10 jam, selama berpuasa, subjek tidak boleh makan dan minum apapun, tidak mengkonsumsi kopi, alkohol, bayam, kacang-kacangan, serat lebih dari 30 g 1 hari sebelumnya, karena dapat mempengaruhi absorbsi dari kalsium. Pada hari pengambilan darah vena: 1. Pengambilan darah dilakukan pada saat subjek penelitian sedang dalam siklus menstruasi hari ke-2.

3
2. Pengambilan darah dilakukan di Laboratorium Prodia Poliklinik Maranatha, diambil oleh petugas laboratorium. 3. Darah vena diambil sebanyak 3 ml, dimasukkan dalam tabung Vaccutainer plain tanpa anti koagulan, lalu didiamkan selam 30 menit untuk memisahkan bagian serum. 4. Sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit lalu pisahkan bagian serum. 5. Serum darah dimasukkan ke dalam alat otomatis Roche-Modular untuk diukur kadar kalsium secara kuantitatif menggunakan metode kolorimetri dengan pembentukan O-cresolphthalein complexone. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian case-control. Data yang diambil adalah kadar kalsium pada kelompok SPM dan kelompok tanpa SPM. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan crosstab, dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data menggunakan uji beda dua rata-rata dengan menggunakan uji T tidak berpasangan (independen), dengan = 0,05. Hasil dan Pembahasan Hasil Perbedaan kadar kalsium pada perempuan dengan riwayat SPM dan kontrol dapat dilihat pada Grafik 1, diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Grafik 1 Perbedaan Kadar Kalsium pada Perempuan dengan Riwayat SPM dan Kontrol

Dari hasil pendataan kadar kalsium antara dua kelompok subjek, didapat rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek penelitian yang tanpa riwayat SPM adalah 9,003 mg/dL dan rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek penelitian dengan riwayat SPM adalah 8,637 mg/dL. Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Kalsium Darah Kadar Kalsium Darah Jumlah (mg/dL) Rentang : 8,8 10,2 Defisiensi : < 8,8 22 Normal : > 8,8 38

% 36 63

Tabel 1 menunjukkan rentang kadar kalsium darah normal menurut Laboratorium Prodia tempat pemeriksaan dilakukan adalah antara 8,8 10,2 mg/dL. Dari 60 subjek penelitian, sebanyak 22 subjek (36%) tergolong defisiensi, terdiri dari 17 subjek dengan riwayat SPM dan 5 subjek kontrol. Sebanyak 38 subjek (63%) tergolong normal, terdiri dari 13 subjek dengan riwayat SPM dan 25 subjek kontrol. Pembahasan

4
Rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek penelitian yang tanpa riwayat SPM adalah 9,003 mg/dL dan rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek penelitian dengan riwayat SPM adalah 8,637 mg/dL. Kadar kalsium darah tertinggi pada subjek penelitian tanpa riwayat SPM adalah 10,1 mg/dL dan yang terendah adalah 8,0 mg/dL, sedangkan untuk subjek penelitian dengan riwayat SPM kadar kalsium tertinggi adalah adalah 9,7 mg/dL dan yang terendah adalah 7,6 mg/dL. Untuk mengetahui apakah perbedaan kadar kalsium darah tersebut berbeda secara signifikan, maka dilakukan uji statistik yaitu uji T tidak berpasangan dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Pengujian Statistik untuk Kadar Kalsium Darah Rata-rata Kalsium Darah N SD (mg/dL) Kontrol 30 9,003 .422214 SPM 30 8,637 .484578

Nilai t 3,125

p .003 .003

Rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek penelitian tanpa riwayat SPM adalah 9,003 mg/dL (SD=0,422214) dan rata-rata kadar kalsium darah untuk 30 subjek peneliti dengan riwayat SPM adalah 8,637 mg/dL (SD=0,484578). Nilai t hitung yaitu 3,125 lebih besar dari t tabel yaitu 2,000 dengan p=0,003, berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dlakukan oleh Raymond J. Shamberger7 pada tahun 2002. Raymond melakukan penelitian terhadap 46 perempuan SPM dengan rata-rata usia 36,2 tahun dibandingkan dengan 50 perempuan sebagai kontrol dengan rata-rata usia 37,7 tahun, didapatkan hasil: kadar kalsium lebih rendah secara signifikan ditemukan pada perempuan dengan riwayat SPM7. Kadar kalsium yang rendah juga dikaitkan dengan asupan kalsium yang tidak adekuat. Hasil penelitian Irine Christiany5 tahun 2006 yang dilakukan pada 97 siswa SMA usia 16-18 tahun menyatakan: sampel yang memiliki asupan kalsium kurang, memiliki peluang mengalami SPM 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang memiliki asupan kalsium cukup. Hasil ini sejalan dengan penelitian Jacobs dan Susan1 yang menyatakan bahwa pemberian kalsium murni terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan gejala SPM5. Kadar kalsium berhubungan dengan riwayat gejala SPM karena pada keadaan hipokalsemia sistem saraf secara progresif menjadi semakin peka, sebab penurunan permeabilitas membran saraf terhadap ion natrium meningkat, menimbulkan perangsangan potensial aksi mudah terjadi9. Kadar kalsium dalam darah di bawah normal disebut hipokalsemia. Gejala dari hipokalsemia di antaranya kram otot, kelelahan, perubahan nafsu makan dan perubahan irama jantung10. Penurunan kalsium darah dapat disebabkan karena gangguan regulasi kalsium dalam darah, defisiensi PTH, seperti pada hipotiroidisme primer, atau vitamin D dan kurangnya asupan kalsium11. Hasil penelitian yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan yang memungkinkan hasil penelitian sulit dibandingkan dengan penelitian lain. Keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jumlah subjek yang kurang, adanya faktor stres dari subjek penelitian, tidak ada analisis menurut derajat gejala SPM serta siklus dan fluktuasi hormonal yang berbeda-beda di tiap subjek dapat mempengaruhi hasil penelitian. Simpulan Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dalam darah berhubungan dengan Sindroma Premenstruasi (SPM) pada mahasiswi kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Saran Untuk masyarakat: - Dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium sesuai RDA yaitu minimal 1000 mg per hari dan berolahraga untuk mencegah serta mengurangi gejala dari SPM.

5
Untuk peneliti: - Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pembagian derajat gejala dari SPM dikaitkan dengan kadar kalsium dalam darah dan hubungannya dengan asupan kalsium. - Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak untuk mengkaji lebih lanjut hubungan kadar kalsium darah dengan SPM. - Dianjurkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi kadar kalsium pada berbagai tahapan siklus menstruasi.

Daftar Pustaka

1.

Jacobs-Thys S. Micronutrients and The Premenstrual Syndrome: The Case for Calcium. Journal American College of Nutrition. 2000; 2(19): 220-227. 2. Bertone-Jhonson E.R., Hankinson S.E., Bendich A., Johnson S.R., Willett W.C., Manson J.E. Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual Syndrome. Arch Intern Med [serial online]. 2005 [cited 2010 August 31]; 165:1246-1252. Available from: http://archinte.amaassn.org/cgi/content/full/165/11/1246. 3. Reid R.L., Yen S.S. Premenstrual Syndrome. 2007 [cited 2010 August 30]. Available from: http://www.ajog.org/medline/record/ivp_00029378_139_85. 4. Dian Mira Taufikasari. Pengaruh Tingkat Konsumsi (Vitamin C, Magnesium, Asam Lemak Omega 6), Aktivitas Fisik dan Olahraga dengan Sindrom Pramenstruasi di SLTP Hidayatullah Semarang. 2005 [cited 2010 November 26]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/4877/1/2669.pdf. 5. Irine Christiany., Mohammad Hakimi., Toto Sudargo. Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro (Kalsium, Magnesium) dan Hubungannya dengan Sindroma Premenstruasi pada Remaja Putri SMU Sejahtera di Surabaya. 2006. 6. Schoor V.J.R.N, Ficnk P. Monthly Blues-Premenstrual Syndrome. Incorporating Pharmacy Management [serial on the internet]. 2002 [cited 2010 October 30]. Available from: http://www.medphar.co.2a/sapj/2002/juli/pms.html. 7. Shamberger R.J. Calcium, Magnesium, and Other Elements in the Red Blood Cells and Hair of Normals and Patients with Premenstrual Syndrome. Biological Trace Element Research. 2002; (94): 123. 8. Berek J.S. Berek & Novaks Gynaecology. 14th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 2007:358-360. 9. Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007:1064-1072. 10. Weaver C.M., Heaney R.P. Calcium. In: Shils M., Olson J.A., Shike M., Ross A.C, eds. Modern Nutrition in Health and Disease. 9th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, 1999;141-155. 11. Gregory, Philip J. Calcium Salts. Prescribers Letter Document #160313 [serial on internet]. 2000 [cited 2010 August 31]. Available from: http://faqs.org/nutrition/Ca-De/Calcium.html.

You might also like