You are on page 1of 11

Perputaran uang di sektor usaha mi bakso pada 2007 diperkirakan mencapai Rp180 miliar per hari atau Rp5,4

triliun per bulan dengan asumsi 6 juta pengusaha mi bakso dapat menjual 10 porsi dengan harga Rp3.000 per porsi. Dari sisi ketenagakerjaan pengusaha mi bakso di Indonesia diperkirakan berjumlah 10 juta orang, jika diasumsikan pengusaha yang eksis sebesar 60 persen atau 6 juta orang, usaha itu memberikan sumbangan besar bagi penyerapan tenaga kerja, kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erman Suparno pada pembukaan Festival Pedagang Mi Bakso se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Jogja Expo Center, Sabtu (22/3), seperti dikutip dari Antara. Festival yang diikuti sekitar 1.000 pedagang se DIY ini hanya berlangsung sehari. Menurut dia, di sisi ekonomi kegiatan usaha mi bakso memiliki dampak besar terutama bagi pergerakan ekonomi rakyat karena terkait dengan bahan baku seperti tepung terigu, sayurmayur, tepung kanji, dan rempah-rempah. Usaha mi bakso juga berdampak besar pada usaha industri seperti daging sapi, mi, saos, kecap, dan cuka, usaha penyedia peralatan seperti mesin giling, kompor dan gerobak, serta usaha lain seperti peternak sapi, ayam, ikan, dan petani sayuran. Tak cuma itu, usaha mi bakso juga memberikan kontribusi besar pada pendapatan pemerintah berupa pajak dan retribusi. Karena itu, perlu diupayakan agar potensi yang besar dalam lingkungan kegiatan ekonomi rakyat itu dapat berkembang sebagai kelompok usaha kecil yang mandiri. Usaha itu sekaligus juga berpotensi menjadi unit usaha modern dan kompetitif di pasar lokal maupun global meskipun pada saat ini sebagian besar usaha mi bakso masih dikelola secara tradisional, katanya. Menakertrans juga mengharapkan festival mi bakso ini dapat menghilangkan pandangan sebagian masyarakat bahwa usaha tersebut merupakan kegiatan usaha kecil yang terpinggirkan, karena usaha itu memiliki potesi ekonomi yang besar. Untuk itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk membimbing para pelaku usaha mi bakso agar lebih maju dan berkembang. Kompas

Bisnis Agroflourish Anggrek: Sebuah Studi Manajemen dan Hukum, Sosial, Ekonomi, dan Budaya, serta Lingkungan Bisnis
REP | 16 June 2012 | 02:26 Dibaca: 487 Komentar: 0 Nihil Dalam perencanaan dan analisis kelayakan suatu bisnis, seorang pelaku bisnis harus mempertimbangkan dan memperhatikan beberapa aspek yang mungkin akan mempengaruhi bahkan terlibat dalam pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan. Beberapa aspek tersebut akan mempengaruhi bisnis secara langsung maupun tidak langsung, atau dapat dikatakan bersifat internal maupun eksternal. Aspek yang perlu diperhatikan dalam menjalankan suatu bisnis dibagi ke dalam dua kelmpk yaitu aspek finansial dan aspek dan finansial. Aspek non finansial sendiri masih terbagi ke dalam aspek pasar, teknis, manajemen-hukum, socialekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Pembahasan lebih lanjut akan difokuskan pada aspek manajemen dan hukum, aspek social, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Bisnis akan berjalan dengan baik dan mencapai keuntungan maupun benefit yang diharapkan pelaku bisnis apabila bisnis tersebut dikelola dengan baik leh seorang pelaku bisnis ataupun pihak manajemen yang berpengalaman di bidang bisnis yang akan dijalankan. Adapun aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang digunakan yang dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya. Selain itu juga mempelajari tentang hak kepemilikan, perijinan usaha, serta sumber dana yang digunakan dihubungkan dengan pihak yang penyandang dana. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya berkaitan dengan dampak yang akan dimunculkan dari pelaksanaan bisnis bagi masyarakat keseluruhan khususnya masyarakat sekitar lokasi bisnis dilihat dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Aspek sosial melihat apakah pelaksaan bisnis mampu memberikan peluang kerja dan bagaimana pengaruh terhadap lingkungan sosial sekitar lokasi bisnis. Aspek ekonomi dapat dilihat dari pengaruh usaha bisnis dalam peningkatan pendapatan masyarakat , dan penambahan aktifitas ekonomi dengan adanya kegiatan usaha yang dilaksanakan. Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah memberikan dampak positif bagi lingkungan atau justru sebaliknya memberikan dampak negatif seperti timbulnya polusi dan limbah akibat kegiatan bisnis.

Aspek Manajemen Pelaksana bisnis di Kebun Permata Anggrek adalah Ibu Yusi, yang tidak lain adalah pemilik bisnis anggrek. Lokasi bisnis anggrek ini dekat dengan rumah Ibu Yusi sehingga jadwal pengelolaan dan pengawasan bisnis ini dilakukan setiap hari. Rencana awal Ibu Yusi adalah hobi menanam anggrek, karena melihat lahan kosong disekitar rumahnya lalu beliau berniat berbisnis anggrek. Kemudian beliau membeli dan menyewa lahan didepan rumahnya untuk berbisnis anggrek. Bisnis anggrek ini bentuk usahanya adalah perseorangan karena usaha ini dimiliki oleh perseorangan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Modal perusahaan perseorangan berasal dari pemilik sendiri dan kemampuan perusahaan untuk dapat menarik pinjaman sangat tergantung pada kemampuan dan nama baik pemilik. Segala keputusan dan tanggung-jawab dalam menjalankan perusahaan, baik yang berhubungan dengan produksi, pembelanjaan, pemasaran berada di tangan pemilik sendiri yaitu Ibu Yusi. Sumber Daya Manusia yang ada di Kebun Permata Anggrek berasal dari masyarakat sekitar. Struktur organisasi terdiri dari pemilik dan empat orang pekerja. Tenaga kerja yang ada di Kebun Permata Anggrek ada empat orang yaitu: a. Mulyono bekerja di bagian produksi dengan gaji Rp 600.000,00 b. Teguh bekerja di bagian Produksi dengan gaji Rp 600.000,00 c. Junaidi bekerja di bagian kebersihan dan keamanan dengan gaji Rp 600.000,00 d. Hesti bekerja di bagian pemasaran dengan gaji Rp 850.000,00 Tingkat gaji tenaga kerja di Kebun Permata anggrek berdasarkan tingkat pendidikan. Disini gaji yang paling besar adalah Hesti karena dia adalah lulusan sarjana sedangkan tenaga kerja yang lain hanya lulusan SMA. Aspek Hukum Memulai suatu usaha atau mendirikan bisnis baru memerlukan berbagai macam persiapan. Berbagai macam faktor perlu dipertimbangkan misalnya saja seberapa besar modal yang dimiliki, bagaimana tingkat keseriusan usaha dalam artian usaha tersebut merupakan bisnis utama atau bisnis sampingan belaka dan sebagainya. Hal-hal tersebut diupayakan dengan tujuan usaha yang sudah dirintis dapat dipertahankan keberadaan dan

kelangsungannya bahkan ditingkatkan lagi. Selain faktor kesiapan, keberlangsungan suatu

usaha dipengaruhi juga oleh keberadaan unsur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu usaha faktor legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. Dalam studi kelayakan bisnis terdapat berbagai macam aspek. Salah satunya adalah Aspek Hukum. Aspek Hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber ana yan berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjamin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain. Bisnis Permata Anggrek yang dijalankan oleh Ibu Yusi itu berdiri tahun 2004, proses pendirian Permata Anggrek awalnya dari hobbi Ibu Yusi yang kemudian melihat bahwa pada tahun awal berdiri banyaknya akan peminat anggrek menyebabkan Ibu Yusi menjadikan Permata Anggrek sebagai bisnis sampingan. Pendirian Permata Anggrek dilakukan secara bertahap. Awalnya Ibu Yusi memiliki lahan kosong yang berada tepat didepan rumahnya yang kemudian beliau membuat sebuah Saung (tempat beristirahat) dan disampingnya dibuatlah tempat budidaya Anggrek. Investasi tahun pertama yang dikeluarkan untuk pendirian Permata Anggrek sebesar Rp 50.000.000,00 dan tahun kedua Ibu Yusi menyewa lahan didepan rumahnya lagi yang kebetulan itu adalah lahan kosong, sehingga Ibu Yusi memiliki 2 lahan tempat budidayaan Permata Anggrek dan di tahun kedua Ibu Yusi juga mengeluarkan biaya Investasi untuk lahan keduanya sebesar Rp 50.000.000,00. Perizinan yang dilakukan oleh Ibu Yusi melewati kepala desa di daerah tersebut, dan juga Ibu Yusi meminta izin kepada warga sekitar untuk membuat sebuah usaha anggrek di daerah tersebut. Proses peizinan yang dilakukan oleh Ibu Yusi sangat sederhana dan juga mudah dikarenakan suami Ibu Yusi adalah seorang ketua RT di desa itu, yang bisa dikatakan sudah mengenal kepala desa di daerah tersebut. Sumber dana Permata Anggrek yang dijalankan oleh Ibu Yusi itu berasal dari uang pribadi Ibu Yusi sehigga saat ini Ibu Yusi belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Aspek sosial Aspek sosial menggambarkan seberapa besar bisnis Permata Anggrek milik ibu Yusi mempunyai dampak sosial terhadap masyarakat sekitar secara keseluruhaan. Dengan

didirikannya kebun Permata Anggrek tersebut, membuat bangga masyarakat sekitar lokasi, karena desa mereka banyak dikunjungi oleh banyak orang yang datang berkunjung untuk membeli anggrek ataupun hanya sekedar mengikuti pelatihan yang diberikan oleh ibu Yusi. Adanya Permata Anggrek ini juga membuat masyarakat menjadi lebih menyukai tanaman hias anggrek. Namun di lain pihak, masyarakat sekitar belum tentu membeli anggrek, hal itu disebabkan daya beli masyarakat sekitar akan anggrek masih rendah dan harga anggrek yang lebih mahal dibandingkan tanaman hias lainnya. Saat pertama kali Permata Anggrek didirikan, masyarakat sekitar banyak yang mengunjungi kebun anggrek tersebut untuk lebih mengetahui keberagaman jenis anggrek. Ibu Yusi juga memberikan pelatihan-pelatihan/kursus-kursus gratis mengenai segi penanaman dan pemeliharaan anggrek kepada masyarakat sekitar, dimana peminatnya lumayan banyak, sehingga mereka menjadi tahu bagaimana cara pemeliharaan anggrek jika suatu saat mereka memutuskan untuk membeli dan memelihara anggrek. Kadangkala juga Permata Anggrek menjadi tempat berkunjung study tour anak-anak TK di sekitar Bogor untuk melihat dan mengetahui cara budidaya tanaman anggrek serta menjadi tempat untuk foto pra-wedding. Aspek ekonomi Dalam menjalankan sebuah bisnis, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan sebuah bisnis. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah faktor dari aspek ekonomi. Bisnis harus dilihat kelayakannya dari aspek ekonomi, dimana bisnis yang dijalankan dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Singkatnya, dalam aspek ekonomi, dengan adanya bisnis yang kita lakukan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat bisnis Permata Anggrek mulai dijalankan hingga saat ini, cukup memberikan kontribusi terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini bisa terjadi karena ketika di daerah tempat bunga anggrek di budidayakan dapat menarik pengunjung dari luar Bogor untuk datang ke daerah tersebut. Sehingga ini menjadi sebuah peluang baru bagi masyarakat untuk membuka usaha-usaha dadakan seperti berjualan makanan dan sejenisnya. Selain itu, di Permata anggrek sering diadakan kegiatan pelatihan skala nasional, sehingga menjadikan daerah tersebut cukup dikenal oleh kalangan pecinta tanaman anggrek.

Sayangnya, untuk pendapatan daerah bisnis ini tidak memberikan kontribusi yang cukup besar, karena bisnis ini belum memiliki NPWP. Bisnis yang dijalankan juga cukup menimbulkan multiplayer effect bagi masyarakat sekitar. Sejak bisnis ini dijalankan, dinas pertanian melakukan kerja sama dengan pihak Permata Anggrek dalam mengadakan pelatihan untuk petani-petani anggrek di sekitar bogor bahkan kini sudah terbentuk beberapa sentral anggrek di beberapa tempat di Bogor. Selain itu, Permata Anggrek juga sering mengadakan kursus gratis bagi masyarakat sekitar yang ingin belajar tentang budidaya anggrek. Hal ini dapat menambah pengetahuan baru bagi masyarakat dan dapat menjadikan peluang untuk mulai berbinis di bunga anggrek. Budidaya anggrek yang dijalankan ini seluruh modalnya berasal dari dana pribadi. Sedangkan lahan terbagi menjadi dua bagian dimana satu lahan miliki pribadi dan dua lahan lainnya merupakan lahan sewa yang disewa pertahun seharga Rp 2.000.000,00 serta Rp 1750.000,00. Biaya yang diahabiskan untuk membuat tempat budidaya jika ditotalkan mencapai Rp 50.000.000,00 di tahun pertama serta Rp. 50.000.000,00 di tahun kedua. Kebutuhan lain yang menjadi penunjang salah satunya adalah mobil. Jika pengambilan bibit dalam jumlah kecil biasanya dilakukan dengan mobil pribadi. Namun, jika dalam jumlah besar biasanya menggunakan mobil pick up yang disewa perharinya seharga Rp 200.000,00. Dalam perjalanannya, Permata Anggrek juga pernah mengalami kegagalan ketika awal bisnisnya dijalankan. Pada saat itu, terjadi serangan tungau yang menimbulkan kerugian sekitar Rp 35.000.000,00. Seperti yang telah dijelaskan pada aspek manajerial yang juga merupakan aspek ekonomi yaitu bisnis Permata Anggrek telah memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Meskipun dampaknya belum terlalu besar, tetapi setidaknya Permata Anggrek sudah mempekerjakan 4 orang pekerja dimana diantaranya 3 orang pekerja merupakan warga sekitar, yaitu: 1. Junaidi, merupakan warga sekitar yang dipekerjakan di bidang kebersihan dan keamanan 2. Hesti, merupakan warga sekitar yang dipekerjakan di bidang pemasaran 3. Mulyono, merupakan warga sekitar yang dipekerjakan di bidang budidaya (produksi) 4. Teguh, pekerja yang berasal dari Sukabumi dan dipekerjakan di bidang budidaya (produksi) bersama-sama dengan Mulyono.

Keempat pekerja tersebut menerima upah dari ibu Yusi setiap 1 bulan sekali dengan nominal yang telah dijelaskan pada aspek manajemen. Aspek Budaya Aspek budaya dalam sebuah bisnis dapat dilihat dari perubahan secara budaya dari jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai contoh, dengan digunakannya peralatan budidaya modern dan perlengkapan mekanis telah mereduksi sejumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja di tempat tersebut. Akibatnya para pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Padahal sudah sejak lama unit bisnis yang bersangkutan memperkerjakan para pekerja tersebut. Akibatnya masuknya teknologi modern, pelaku bisnis tidak begitu banyak membutuhkan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam jumlah banyak dianggap sebagai pemborosan. Di kebun permata anggrek tidak menggunakan teknologi modern atau perlengkapan mekanis yang canggih dalam budidaya anggreknya, sehingga penggunaan tenaga kerja masih dibutuhkan. Meskipun sekarang jumlah pekerja menurun bukan berarti tenaga pekerja tersebut digantikan oleh peralatan mekanis, tetapi lebih kepada skala usaha permata anggrek yang masih tergolong mikro, dan usaha anggrek untuk saat ini sedang tidak terlalu ramai. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan dapat dilihat dari pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis terhadap lingkungan. Kegiatan budidaya anggrek di kebun permata anggrek tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan atau masyarakat sekitar. Kegiatan budidaya anggrek ini tidak mencemari lingkungan dan tidak menimbulkan polusi, masyarakat sekitar tidak pernah komplain dengan pencemaran akibat budidaya anggrek. Sebaliknya masyarakat sekitar justru merespon positif kegiatan budidaya anggrek di kebun permata anggrek. Hal ini dikarenakan kebun permata anggrek sering dikunjungi tamu yang akan mengikuti pelatihan cara budidaya anggrek, dan tidak jarang pelatihan tersebut skala nasional sehingga masyarakat sekitar merasa bangga desa mereka dijadikan sebagai tempat pelatihan. Selain itu, dengan adanya kegiatan kunjungan tersebut, masyarakat sekitar mengambil manfaat dengan berjualan aneka jajan dan minuman saat berlangsnungnya kegiatan pelatihan ataupun kunjungan. Secara umum, kebun permata anggrek tidak menciptakan limbah karena sisa-sisa dari pupuk atau pestisida langsung habis setelah dilakukan aplikasi. Banyaknya sisa media tanam

tidak membuat lingkungan ikut tercemar namun biasanya langsung dibuang ke tempat sampah karena jumlahnya yang sedikit dan juga adanya permintaan oleh tetangga jika terdapat sisa media tanam seperti pot yang masih bagus. Dalam menjalankan sebuah bisnis ternyata ada banyak aspek yang akan mempengaruhi bisnis yang akan dijalankan. Aspek-aspek tersebut satu sama lain saling berkaitan dan terlibat dalam kegiatan bisnis. Tidak terkecuali aspek manajemen dan hokum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Agar bisnis yang dijalankan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki pelaku bisnis, maka aspek-aspek tersebut harus diperhatikan dan diusahakan sebisa mungkin bisnis yang kita jalankan tidak menimbulkan atau memberi pengaruh negatif pada aspek-aspek tersebut.

Laporkan Tanggapi

Siapa yang menilai tulisan ini? KOMENTAR BERDASARKAN : Tulis Tanggapan Anda

REGISTRASI | MASUK <a href='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a37da309&amp;cb=INSERT _RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=345&amp;cb=INSERT _RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a37da309' border='0' alt='' /></a> FEATURED ARTICLE Anatomi Pelanggaran KPK vs Polri dalam Kasus Sutomo Paguci

TRENDING ARTICLES
Jokowi Memang Lebih Tertarik Utak-atik Mobil

Juragan Minyak

Inilah Sasaran Tembak Para Penjahat

Hagemaru_j
Jokowi Mendengar, Akibatnya Presiden SBY

Bastian Jabir Patta...


PSSI Tidak Butuh Rekomendasi Pemerintah

Primata Euroasia
Presiden SBY Kalah Telak Enam Kosong

Agus Sutondo

INFO & PENGUMUMAN KONTAK KOMPASIANA

INDEX

[Daftar Online] Pesta Rakyat dan Inilah Pemenang WeChat, We Connect Inilah Kompasianer yang Mendapat Tiket

TERAKTUAL INSPIRATIF Matikota Indonesia Tiba-tiba Makmur Setelah Redenominasi Rupiah? Siapakah Wijaya Kusumah? Gadis Gerimis Bagaimana Cara Menulis : Jawabannya Ada di Dalam Diri! BERMANFAAT MENARIK

Subscribe and Follow Kompasiana:


About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar 2008-2011

MEDAN, (TubasMedia.Com) Setiap orang pasti mengenal tanaman anggrek. Biarpun hanya mendengar namanya sudah menandakan kemasyuran tanaman yang memikat pandangan mata dari bentuk bunganya yang unik. Apalagi jika mengenalnya lebih dekat, tak akan memungkiri keindahannya. Tak ayal, banyak yang berminat menghiasi taman di rumahnya dengan deretan anggrek warna-warni. Peluang besar bisa diintip dari sini. Dalam sebulan, Yusman mengantongi keuntungan Rp 15 juta. Hal tersebut dikemukakan oleh Yusman, salah seorang pembudidaya tanaman anggrek yang berada di Jalan Adam Malik, No 83, Glugur, Medan. Di lokasi yang sangat strategis ini bermacam-macam jenis anggrek bergantungan dengan bunganya yang warna-warni mencolok. Suasananya yang cukup kontras jika dibandingkan dengan bangunan sekitarnya yang didominasi dengan tempat niaga. Namun begitu, puluhan bahkan ratusan penggemar anggrek datang bertransaksi dalam jumlah kecil maupun partai besar. Di Medan, pasar untuk anggrek masih sangat besar, belum banyak yang mencobanya, padahal permintaan selalu banyak, katanya. Ia menjelaskan, anggrek sama halnya dengan tanaman hias lain selalu memiliki tempat tersendiri dalam hal kebutuhan mempercantik ruangan. Meskipun bukan merupakan kebutuhan primer namun sejak 10 tahun lalu merintis usahanya ia membuktikan bahwa pasar anggrek tidak pernah surut. Bapak 3 orang anak ini mengatakan, bisnis anggrek yang masih terbuka luas di Medan ini salah satunya bisa dilhat dari hasil penjualan di tokonya. Dalam seminggu lebih dari 600 batang tanaman anggrek masuk dengan tingkat penjualan mencapai 80 %. Jika ditotal maka dalam sebulan rata-rata 2.000 an batang habis terjual. Dari sisi pembiayaan, paling tidak perlu disediakan uang Rp 50 juta untuk pengadaan/penyewaan lahan, penyiapan lahan, pengadaan bibit, pupuk, perlengkapan untuk pertanaman, pot, naungan peneduh, dan media untuk menggantungkan anggrek. Dikatakannya, di tokonya terdapat 6 jenis anggrek di antaranya cattelya, fanda, anggrek bulan/phalaenopsis, insydium, dendrobium, dan gramatophylium. Jenis yang paling kencang penjualannya adalah dendrobium dan anggrek bulan. Pun harga yang dibandrol tiap jenisnya, untuk dendrobium berkisar antara Rp 35.000 Rp 45.000. Untuk jenis onsydium Rp 90.000 Rp 120.000, anggrek bulan lokal Rp 60 ribu, sedangkan anggrek bulan luar Rp 85 ribu, cattleya Rp 120 ribuan. (red)

Budi Daya Tanaman Anggrek di Pekarangan Rumah

Diawali hobi merawat anggrek, ibu-ibu di Jrobang, Ngesrep, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, tertantang untuk menekuni budi daya anggrek. Mereka memanfaatkan bahan-bahan sederhana, seperti limbah sabut kelapa dan gelas air mineral untuk pembudidayaan anggrek tersebut. Biasanya pembudidayaan anggrek membutuhkan lahan yang cukup luas. Namun kelompok ini cukup memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Ternyata hasilnya bisa bersaing dengan pengusaha atau pekebun anggrek di luar kota. Setelah dirasa berhasil, kelompok ini kemudian mencari pasar. Lantaran berusaha sendiri cukup sulit, mereka membentuk kelompok-kelompok agar bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar. Pangsa pasarnya pun cukup luas karena ada jaringan khusus untuk Kota Semarang. Setiap tahun, mereka bisa mengirim 10-15 ribu anggrek. Tak hanya itu, kelompok ini juga telah mendapat kepercayaan dari kelompok lain dan dinas pemerintah untuk menjalin kerja sama memberi pelatihan budi daya anggrek. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Semarang, kelompok ini akan membuat jalur emas atau jalur hijau untuk wisata anggrek di Semarang. Mereka mengajak kelompokkelompok tani lain ikut berkreasi dan berproduksi, sehingga bisa mendukung Semarang menjadi sentra anggrek di Jateng.

Sumber : Liputan6.com

You might also like