You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ACARA V
GRAVIMETRI

Kelompok 7 :

1. Fitri Amalia A 2. Ika Puspitasari DR 3. Nensi Anggraini 4. Ririn Hanifah 5. Yulia Nur Azizah

H 0909031 H 0909041 H 0909051 H 0909061 H 0909071

ILMU & TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

I. UNIT PENGHISAP (POMPA VACUM)

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara I Unit Penghisap (Pompa Vacum) ini adalah : a. Mempelajari unit penghisap (pompa vacum) yang menggunakan prinsipprinsip dinamika fluida. b. Mengkaji karakteristik unit penghisap. II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Bahan Setiap analisis kuantitatif terdiri dari empat tahapan pokok yaitu : 1. Sampling 2. Pengubahan analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran 3. Pengukuran 4. Perhitungan dan penafsiran hasil pengukuran Suatu analisis disebut gravimetri apabila tahap pengukuran dilakukan dengan cara penentuan berat. Jadi dalam analisis gravimetri tahap pengukurannya adalah penimbangan. Untuk menimbang diperlukan neraca. Ada beberapa jenis neraca bergantung keperluannya. Dalam analisis gravimetri digunakan neraca analitik. Neraca merupakan alat yang penting dalam kimia analitik. Ada dua macam neraca yaitu neraca dua piring (neraca dengan lengan sama) dan neraca piring tunggal (neraca lengan tidak sama / neraca beban konstan). Pada neraca dua piring, mula-mula ditentukan dahulu posisi kesetimbangan balok neraca (titik nol), kemudian benda/zat yang akan ditimbang diletakkan pada piring neraca kiri, dan anak timbangan pada piring neraca kanan sehingga jarum neraca kembali ke posisi asal. Anak timbangan atau batu timbangan 1 sampai 100 gram biasanya terbuat dari kuningan atau perunggu dan dilapisi dengan logam misalnya kromium. Sedangkan anak timbangan yang bobotnya kurang dari 1 gram biasanya

dibuat dari aluminium. Anak-anak timbangan tersebut bila digunakan tidak boleh dipegang dengan menggunakan jari tetapi harus dipegang dengan menggunakan pinset. Untuk analisis secara kuantitatif, dapat digunakan neraca kasar untuk berat sementara dan neraca analitik untuk berat yang lebih teliti sampai desimal keempat (persepuluhan miligram). Salah satu contoh neraca analitik adalah neraca ayun. Menimbang dengan neraca analitik model neraca ayun memerlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Timbang benda/zat dengan neraca kasar 2. Tentukan titik nol neraca (a0) 3. Tentukan titik kesetimbangan neraca isi (a1 dan a2) 4. Hitung berat benda sebenarnya (BBS) dimana BBS-1 harus sama dengan BBS-2 (Anonima, 2010). Krus porselen bentuk dan ukurannya bermacam-macam. Biasanya digunakan untuk memijarkan zat, misalnya pada analisis gravimetri. Bila dipijarkan krus ditempatkan pada segitiga porselen di atas kaki tiga, dan untuk memegang krus penjepit krus. Selain krus porselen terdapat juga krus platina. Desikator ada yang terbuat dari gelas dan ada yang terbuat dari logam aluminium. Yang terbuat dari gelas, garis tengah permukaannya 15 cm, mempunyai tutup dan lapisan berlubang-lubang untuk menempatkan cawan porselen. Zat pengering yang ditempatkan dalam desikator logam adalah silika gel. Digunakan untuk menyimpan cawan porselen sewaktu dilakukan pemijaran dan penimbangan. Sedangkan yang terbuat dari logam aluminium, disebut juga eksikator. Bentuk dan ukurannya bermacammacam. Di dalamnya terdapat lempeng porselen yang berlubang-lubang untuk menyimpan cawan porselen atau tempat lain yang diisi dengan zat yang akan dikeringkan. Di bawah porselen berlubang ditempatkan zat pengering, misalnya asam sulfat pekat, kalsium oksida atau silika gel (Anonimb, 2010).

B. Tinjauan Teori Metode analisis gravimetri adalah suatu metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa yang didasarkan pada pengukuran berat, yang melibatkan pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan . Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999). Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetrik jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetrik dilakukan dengan cara cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994). Metode Gravimetrik digunakan untuk mengetahui kebenaran konvensional volume Volumetric Glassware yang didasarkan pada penentuan volume air destilasi yang terkandung maupun yang keluar dari

volumetric glassware pada temperatur 200C. Metode Gravimetrik dengan menggunakan timbangan sebagai transfer standarnya. Diharapkan mampu untuk mengetahui ketelitian dan kebenaran yang ditunjukkan oleh Volumetric Glassware tersebut ( Kurnia Sari, 2009). Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan tiga hal, yaitu : 1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna. 2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya. 3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang. Tahap analisa gravimetri paling penting, yaitu: 1. Penyaringan endapan. 2. Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan tertentu. 3. Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan. 4. Penimbangan endapan. 5. Perhitungan (Anonimc, 2010). Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis. 1. Metode Pengendapan Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius

tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan. aA +rR AaRr(s) Penambahan reagen R secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk. 2. Metode Penguapan Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponenkomponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap. Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air (hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal. 3. Metode Elektrolisis Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah. Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit

yang terdapat dalam sample relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sample padat maupun sampel cair (Anonimd, 2010).. Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis (Harjadi, 1993). Salah satu hal yang paling sulit untuk menghitung unsur murni adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Untuk meminimalisirkan kopresipitasi dapat digunakan yaitu penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun endapan mengandung suatu ion yang mengotori, pencucian, dan pengendapan kembali (Anonime, 2010). Pengukuran debit dengan menggunakan pompa yang telah mempunyai luas A persatuan waktu suatu jumlah zat cair, dimana Q = A.V (m 3/dt). Bila kecepatan dalam sebuah pipa dengan perkalian dari penampang pipa dan panjang pipa yang bersangkutan, yang dilalui oleh bagian zat cair yang mengalir akan sama dengan perkalian penampang pipa dan panjang pipa yang bersangkutan, yang dilalui oleh bazat cair persatuan waktu (Krist, 1999).

III. Metode Percobaan a. Alat dan Bahan 1. selangnya 2. Vacum unit 3. Ember (besar dan kecil) 4. 5. Alat pengukur tekanan (manometer Alat pengukur waktu (stopwatch) pipa terbuka) Satu set pompa air beserta selang- 6. Sumber listrik 7. Jangka sorong 8. Air

1. Pompa air 2. Keran 3. Pengukur volume 4. Peredam kecepatan air 5. Manometer pipa terbuka 6. Vacum unit

7. Pipa 3

Penampung air

Gambar 1.1 Rangkaian Percobaan Unit Penghisap (Pompa Vacum) Luas penampang hisapan Pipa 2 Luas penampang aliran Gambar 1.2 Pipa Unit Penghisap 1
3

b. Cara Kerja Diukur dimensi unit penghisap : dalam 2, luar pipa 3, dan dalam pipa 3

Peralatan dan bahan disusun sesuai dengan susunan percobaan

Pompa air dihidupkan, kran dibuka mulai dari yang terendah

Diadakan pengukuran bila aliran sudah stabil (manometer stabil)

Diukur debit bersamaan dengan pengukuran tekanan dan waktu

Diulangi hingga 8 pengukuran yang berbeda

Diplot dalam grafik, dicari nilai C

IV. Hasil dan Pembahasan Tabel 1.1 Hasil Penentuan Kadar & ppM Sulfat NO P t V (cmHg) (s) (m3) 1 0,4 15,94 10-3 2 0,6 8,72 10-3 3 1 6,88 10-3 4 1,7 5,59 10-3 5 2,8 4,77 10-3 6 3,3 3,97 10-3 7 5,2 3,27 10-3 8 5,8 2,92 10-3
Sumber : Laporan Sementara

Q (l/s) 0,0627 0,1147 0,1453 0,1789 0,2096 0,2519 0,3058 0,3425

v (m/s) 0,142. 104 0, 25. 104 0, 32. 104 0, 40. 104 0, 47. 104 0, 56. 104 0, 69. 104 0, 77. 104

Pembahasan Pada percobaan Unit Penghisap atau Pompa vacum ini digunakan alat yang berupa pompa air, manometer pipa terbuka, selang, penampung (ember), alat ukur waktu, dan alat ukur volume. Dalam percobaan ini akan ditentukan hubungan antara tekanan, kecepatan dan besar debit aliran dari unit penghisap dengan prinsip-prinsip dinamika fluida. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penghisapan dapat terjadi apabila terjadi perbedaan tekanan di antara dua lokasi. Apabila ada sebuah aliran fluida suatu melewati penampang yang mengecil atau menciut, maka pada sisi penciutan akan terjadi tekanan yang rendah atau bahkan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Unit penghisap merupakan suatu alat yang didesain sedemikian rupa sehingga tekanan pada suatu lokasi lebih rendah dari tekanan atmosfer. Dalam percobaan ini bertujuan untuk mempelajari unit penghisap dengan menggunakan prinsip-prinsip dinamika fluida. Penghisapan terjadi karena

adanya perbedaan tekanan pada penampang yang dilalui oleh fluida yang mengalir. Hubungan antara luas penampang, tekanan dan kecepatan adalah bahwa semakin besar luas penampangnya maka tekanannya semakin kecil sehingga kecepatan aliran yang melewatinya juga semakin kecil. Hal ini berlaku sebaliknya yaitu jika luas penampangnya kecil atau menciut maka pada sisi penciutan akan terjadi tekanan yang lebih tinggi sehingga kecepatan alirannya menjadi besar. Percobaan dilakukan sebanyak delapan kali dengan posisi putaran kran yang berbeda, semakin lama semakin membesar. Semakin besar kran air dibuka, semakin besar pula tekanan yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kecepatan aliran yang berbeda dan tekanan pada debit. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tekanan adalah diameter aliran, diameter penghisap, kecepatan aliran dan debit. Hubungan beda tekanan dengan debit aliran adalah berbanding lurus, artinya semakin besar debit dan kecepatan aliran yang digunakan maka semakin besar pula tekanan yang dihisap. Sedangkan jika diameter pipa aliran dan diameter penghisap diperbesar maka beda tekanannya akan lebih kecil. Data yang dicatat saat melakukan percobaan adalah tekanan, waktu, dan volume yang sudah ditentukan sebesar 1 liter atau 10 3 m 3 , serta luas penampang aliran dan luas penampang pipa hisapan. Besarnya diameter penampang pipa aliran adalah 1,07 m 2 dan diameter penampang pipa hisapan adalah 0,32m 2 . Perbedaan diameter ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan. Penampang yang memiliki diameter penampang kecil maka tekanannya juga kecil. Karena ada dua penampang yaitu penampang aliran dan penampang hisapan, maka dalam perhitungan menggunakan persamaan A = 1 D 2 . 4

Dimana D didapat dari selisih antara diameter alir dengan diameter hisap.Maka luas penampang yang didapat sebesar 4,415. 10 8 m2. Debit (Q) didapat dari hasil bagi antara volume (V) dengan waktu (t) sebesar; 0,0627 l/s;0,1147 l/s;0,1453 l/s;0,1789 l/s; 0,2096 l/s;0,2519 l/s; 0,3058 l/s dan 0,3425 l/s. Debit berbanding terbalik dengan waktu. Diperoleh kecepatan aliran (v) dari hasil bagi debit (Q) dengan luas penampang (A) sebesar 0,142 10 4 m/s; 0,25 10 4 m/s; 0,32 10 4 m/s;

0,4 10 4 m/s; 0,47 10 4 m/s; 0,56 10 4 m/s; 0,69 10 4 m/s; dan 0,77 10 4 m/s. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan debit, semakin besar debit maka semakin besar pula kecepatan alirannya. Dari hasil percobaan, diperoleh grafik hubungan antara tekanan dengan debit dengan persamaan garisnya y = 21.12x - 1.656 dengan R = 0,957. Nilai konstanta debit aliran dengan tekanan (C1) adalah 21.12. Sedangkan dari grafik hubungan tekanan dengan kecepatan aliran diperoleh persamaan garisnya y = 0.819x - 1.085 dengan R = 0.947. Nilai konstanta kecepatan aliran dengan tekanan (C2) adalah 0,819. Grafik hubungan antara tekanan dengan debit dan tekanan dengan kecepatan yang diperoleh dari percobaan ini tidak berupa garis linear yang lurus, padahal seharusnya grafik yang tergambarkan berupa garis linear yang lurus karena jika tekanannya diperbesar maka kecepatan aliran dan debitnya juga akan bertambah besar dengan kenaikan yang konstan. Beberapa hal yang berpengaruh pada penyimpangan percobaan ini antara lain, kurang keakuratan dalam membaca perbedaan tekanan pada manometer pipa terbuka, pemencetan tombol stopwatch tidak bersamaan dengan pembuka kran air. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada hasil akhir yang didapat. V. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara I Unit Penghisap (Pompa Vacum) ini adalah :

1. Besarnya luas penampang 4, 415.10 -8 m 2 2. Besarnya debit aliran :

Q1 = 0,0657 l/s Q2 = 0,1147 l/s Q3 = 0,1453 l/s Q4 = 0,1789 l/s Q5 = 0,2096 l/s Q6 = 0,2519 l/s Q7 = 0,3058 l/s Q8 = 0,3425 l/s Debit terbesar adalah 0,3425 l/s Debit terkecil adalah 0,0657 l/s 3. Besarnya kecepatan aliran air : v1= 0,142 10 4 m/s; v2= 0,25 10 4 m/s; v3= 0,32 10 4 m/s; v4= 0,4 10 4 m/s; v5= 0,47 10 4 m/s; v6= 0,56 10 4 m/s; v7= 0,69 10 4 m/s; v8= 0,77 10 4 m/s Kecepatan terbesar adalah 0,142 10 4 m/s Kecepatan terkecil adalah 0,77 10 4 m/s 4. Persamaan regresi pada grafik hubungan antara tekanan dengan debit adalah y = 21.12x 1.656 dengan R = 0.957, dengan nilai konstanta (C1) sebesar 21.12. Persamaan regresi pada grafik hubungan antara tekanan dengan kecepatan adalah y = 0.819x - 1.085 dengan R = 0.947, dengan nilai konstanta (C2) sebesar 0,819.

5. Tekanan yang diperoleh dari pengukuran manometer : 0,4 cmHg; 0,6 cmHg; 1 cmHg; 1,7 cmHg; 2,8 cmHg; 3,3 cmHg; 5,2 cmHg; dan 5,8 cmHg. Tekanan terbesar adalah 5,8 cmHg dan tekanan terkecil adalah 0,4 cmHg. 6. Prinsip kerja pompa penghisap adalah membuat tekanan pada suatu tempat lebih rendah dari tekanan atmosfer. 7. Besarnya debit berbanding lurus dengan volume dan berbanding terbalik dengan waktu. 8. Kecepatan berbanding lurus dengan debit dan berbanding terbalik dengan luas penampang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2010. Hidrostatistika. http//google.com. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Pukul 12.20 WIB Anonimb, 2010. Karakteristik Pompa. http//google.com. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Pukul 12.37 WIB. Anonimc, 2010. Pompa Sentrifugal. http//google.com. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Pukul 12.50 WIB. Anonimd, 2010. Pompa dan Sistem Pemompaan. http//.energyefficiencyasia.org. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Pukul 12.00 WIB. Anonime, 2010. Fluida. http//kimiaindustristembayo.com. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Pukul 12.07 WIB. Cromer. 1994. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Jamal, Abdul. 2005. Pintar Fisika. Gitamedia Press.Jawa Timur. Krist. 1999. Hidrolika Teknik. Erlangga. Jakarta Solichin,Djoko Kustono. 2003. Model antara Debit dengan Beda Tekanan pada Venturi untuk Aliran Fluida Inkompresibel. Suarda, Made. 2008. Kajian Eksperimental Pengaruh Tabung Udara pada Head Tekanan Pompa Hidram.

Analisis Hasil Percobaan a. Luas Penampang Diketahui: D dalam pipa aliran D dalam pipa hisapan D = 1,07 cm = 0,32 cm = D alir D hisap = 1,07 0,32 = 0,75 cm = 75. 10-4 m Luas penampang 1 = D 2 4 = b. 1 x 3,14 x (75.10 - 4 ) 2 = 4, 415. 10 -8 m 2 4 Volume (V) Waktu (t)

Perhitungan debit, Q =

Dimana : Q = Debit aliran V = Volume zat alir t = Waktu yang diperlukan 1) Q1 = 2) Q2 = 3) Q3 = 4) Q4 = 5) Q5 = 6) Q6 = 7) Q7 = 1 = 0,0627 l s 5,94 1 = 0,1147 l s 8,72 1 = 0,1453. l s 6,88 1 = 0,1789 l s 5,59 1 , = 0,2096 l s 4,72 1 = 0,2519 l s 3,97 1 = 0,3058 l s 3,27

( l/s) (l) (s)

8) Q8 =

1 = 0,3425 l s 2,92 Q A

c. Perhitungan kecepatan aliran, v = Dimana : v = Kecepatan aliran Q = Debit aliran A = Luas penampang

(ms ) (m s ) ( m3 )
3

1) V1 =

6,27 10 -5 = 0,142.10 4 m/s 4,415 10 8

1,14 10 4 = 0,25.10 4 m/s 2) V2 = 8 4,415 10 3) V3 = 4) V4 = 5) V5 = 6) V6 = 7) V7 = 8) V8 = 1,45 10 4 = 0,32.10 4 m/s 4,415 10 8 1,78 10 4 = 0,4.10 4 m/s 8 4,415 10 2,09 10 4 = 0,47.10 4 m/s 4,415 10 8 2,51 10 4 = 0,56.10 4 m/s 8 4,415 10 3,05 10 4 = 0,69.10 4 m/s 4,415 10 8 3,42 10 -4 = 0,77.10 4 m/s 8 4,415 10

You might also like