You are on page 1of 14

KELARUTAN SEMU/TOTAL

A. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.

B. Landasan Teori Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair (sudjadi, 1986). Kelarutan merupakan perameter yang perlu diketahui dalam penelitian perefomasi suatu obat menjadi suatu sediaan farmasi. Sebelum obat dapat terabsorpsi menembus membran, obat melalui fase pelarutan dalam cairan tubuh pelarutan didalam cairan tubuh. Kelarutan obat sering kali dipengaruhi olehPh, suhu, sifatpelrut, konsentrasi, ukuranpartikel, kosolvensi, solubility atauzatzatpenglarut (Nugroho, A.K. 2000 ).

Menurut Farmakope Indonesia pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh (Herlina, 2008). Absorpsi obat sukar larut atau praktis tidak larutdalam air yang digunakan peroral sangat dipengaruhi oleh laju pelarutan. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses absorpsi, antara lain kelarutanobat. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecildalam air, laju pelarutan sering kali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat. Tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetik disebut tahap penentu kecepatan (rate-limiting step) (Shargelet al., 1999 ). Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya menunjang upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak bentuk sediaan farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan cair, terdapat sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya kecil dalam air (Zulkarnain, A.K., Dkk. 2008 ).

Banyak bahan obat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Suatu peningkatan konsentrasi jenuh (perbaikankelarutan) dapat dilakukan melalui pembentukan garam, pemasukan gruphidrofil atau dengan bahan pembentukan misel. Metode tersebut dapat digunakan secara individual maupun secara kombinasi (Martin dkk., 1993).

C. Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Labu takar 100 mL 2. Erlenmeyer (6 buah) 3. Kertas saring 4. Pipet volum 50 mL 5. Timbangan 6. Corong 7. Batang pengaduk

Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Akuades 2. NaOH 0,1M

3. Asam benzoat 4. Kalium dihidrofosfat (KH2PO2) 0,1M

D. Prosedur Kerja

KH2PO2 0,1 M (50 mL) - dimasukkan dalam 6 erlenmeyer - ditambahkan NaOH 0,1M pH 5,8 = 3,6 mL pH 6,0 = 5,6 mL pH 6,2 = 8,7 mL pH 6,4 = 13,6 mL pH 6,6 = 16,4 mL pH 6,8 = 22,4 mL - masing-masing ditambahkan air hingga 100 mL Larutan Buffer - ditambahkan asam benzoat 0,25 gram - diaduk hingga 10 menit - disaring dengan kertas saring yang sudah diukur beratnya - endapan dikeringkan kemudian ditimbang

Berat asam benzoat yang larut? pH 5,8 [s] = 2,797 pH 6,0 [s] = 1,513 pH 6,2 [s] = -24,8 pH 6,4 [s] = 12,235 pH 6,6 [s] = 18, 582 pH 6,8 [s] = 35,527

E. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Pembuatan Larutan Buffer pH 5,8 6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 KH2PO4 0,1M 50 50 50 50 50 50 NaOH 0,1M 3,6 5,6 8,7 13,6 16,4 22,4 Air 46,4 44,4 41,3 36,4 33,6 22,6

2. Kelarutan Semu Asam Benzoat pH 5,8

Masam benzoat =

= 0,067 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 5,8 4,19 = antilog 1,61 = 40,74

log

[s] = (40,74)(0,067) + 0,067 = 2,73 + 0,067 = 2,797

pH 6,0 Masam benzoat =

= 0,023 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 6,0 4,19 = antilog 1,81 = 64,57


[s] = (64,57)(0,023) + 0,023 = 1,49 + 0,023 = 1,513

log

pH 6,2 Masam benzoat =

= -0,24 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 6,2 4,19 = antilog 2,01 = 102,33


[s] = (102,33)(-0,24) - 0,24 = -24,56 - 0,24 = -24,8

log

pH 6,4

Masam benzoat =

= 0,075 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 6,4 4,19 = antilog 2,21 = 162,18

log

[s] = (162,18)(0,075) + 0,075 = 12,16 + 0,075 = 12,235

pH 6,6 Masam benzoat =

= 0,072 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 6,6 4,19 = antilog 2,41 = 257,04

log

[s] = (257,04)(0,072) + 0,072 = 18,51 + 0,072 = 18,582

pH 6,8 Masam benzoat =

= 0,087 M

pH = pKa + log

log

= pH - pKa = 6,8 4,19 = antilog 2,61 = 407,38


[s] = (407,38)(0,087) + 0,087 = 35,44 + 0,087 = 35,527

log

F. Pembahasan Kelarutan merupakan perameter yang perlu diketahui dalam penelitian perefomasi suatu obat menjadi suatu sediaan farmasi. Sebelum obat dapat terabsorpsi menembus membran, obat melalui fase pelarutan dalam cairan tubuh pelarutan didalam cairan tubuh. Kelarutan obat sering kali dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat pelarut, konsentrasi, ukuran partikel, kosolvensi, solubility atau zat-zat penglarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent. Pada percobaan yang kita lakukan, pertama-tama kita lakukan pembuatan larutan buffer, dengan larutan kalium hidro posfat dan NaOH, pada pembuatan larutan buffer ini pH larutan kita buat beragam, yaitu 5,8, 6,0, 6,2, 6,4, 6,6, dan yang terakhir adalah pH 6,8 hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat. Selanjutnya larutan buffer yang telah dibuat dengan pH yang beragam kita masukkan kedalam 6 erlenmeyer. Kemudian ditambahkan dengan sampel yang akan diuji kelarutannya, yaitu asam benzoat. Kita menguju kelarutan sampel pada larutan buffer, karena jika dilarutkan dalam larutan yang bukan buffer maka pH larutan cenderung berubah dan perubahan pH

juga mempengaruhi kelarutan, oleh karena itu kita gunakan larutan buffer untuk melarutkan sampel. Setelah kita larutkan sampel kedalam larutan buffer, kita melakukan pengadukan selama 10 menit, dimana kita lakukan pengadukan ini bersamaan pada ke 6 erlenmeyer, hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama waktu pengadukan terhadap kelarutan sampel yang akan kita uji kelarutannya. Setelah pengadukan selesai, maka larutan yang telah diaduk disaring menggunakan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu. Kemudian hasil penyaringan yang tidak larut yang masih berbentuk endapan dikeringkan dalam oven yang selanjutnya akan ditimbang kembali untuk mengetahui besarnya asam benzoat yang larut. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil ternyata terjadi kesalahan pada pH 6,0 dan 6,2, menurut teori semakin besar nilai pH suatu larutan maka kelarutannya semakin besar juga. Namun pada pH 6,0 terjadi penurunan kelarutan bahkan pada pH 6,2 kelarutan berubah menjadi minus. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pada saat melakukan praktikum, misalnya pada saat kita melakukan penimbangan kertas ataupun bahan yang kita ukur kurang akurat, selain itu hal ini dapat disebabkan oleh bahan yang telah terkontaminasi oleh zat-zat yang ada diudara ketika menuju laboratorium. Dan selanjutnya pada pH 6,4, 6,6 dan 6,8 kelarutan meningkat mengikuti besarnya pH larutan.

G. Kesimpulan Dari percobaan yang kita lakukan dapat kita tarik kesimpulan bahwa bila nilai pH solut semakin mendekati nilai pH pelarutnya maka kelarutan suatu sampel semakin sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Sudjadi, 1986. Prinsip Prinsip Kerja Kimia. Universitas Gajah Mada press. Jakarta

Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Nugroho, AK, Martodihardjo. S, Yuwono. T. 2000. Pengaruh Propilen Glikol Terhadap Kelarutan Semu Teofilin dan Kofein. Majalah Farmasi Indonesia. Vol. 11, No. 3, Hal 161-167.

Herlina, Elin. 2008. &Upaya Peningkatan Kelarut Hidroklortiazida Dengan Penambahan Surfaktan Tween 60. Skripsi.

Shargel,Ldan Yu. 1999. Biofarmasetika dan farmasetika terapan. Terjemahan oleh Fasich dan Sjamsiah, S. edisi kedua. Airlangga press. Surabaya. 85132.

Zulkarnain, Abdul Karim. Arundita Kusumawida. Triani Kurniawati. Pengaruh Penambahan Tween 80 dan Polietilen Glikol 400 Terhadap Absorpsi Piroksikam Melalui Lumen usus in situ. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Majalah Farmasi Indonesia. 2008. Yogyakarta.

You might also like