You are on page 1of 7

Edarkan Sabu-sabu, Seorang Warga Belawa Ditangkap Monday, 08 October 2012 SIDRAP Seorang warga Kelurahan Belawa, Kecamatan

n Belawa,Kabupaten Wajo, Syafri alias Appi,33,ditangkap petugas Polres Sidrap karena membawa 6 gram sabu-sabu,sekitar pukul 22.30 Wita, akhir pekan lalu.

Safri dibekuk saat petugas menggelar operasi cipta kondisi di jalan poros Parepare- Wajo Datae,tepatnya di depan Mapolsek Watang Pulu,Kelurahan Bangkai, Kecamatan Watang Pulu. Dari tangan Safri,polisi menyita sabu-sabu seberat 6 gram atau senilai Rp1,8 juta yang telah dibagi dalam lima sachet siap edar. Selain itu, polisi juga mengamankan satu unit mobil Toyota Yaris nopol DD 555 YB yang dipakai Safri, dua timbangan digital,dua unit ponsel, 1 sendok takaran kecil, dan 20 pembungkus plastik masingmasing berisi 30 lembar. Kabag Ops Polres Sidrap Kompol Bambang Sugiarto mengatakan, Syafri diketahui sebagai pengedar sabu-sabu asal Wajo. Kami amankan tersangka bersama barang buktinya. Dia merupakan salah satu pengedar sabu-sabu asal Wajo, kata Bambang. Kuat dugaan, Safri terlibat dalam peredaran narkoba di wilayah utara Sidrap,yakni Kecamatan Panca Rijang dan Baranti. Kini ditengarai, peredarannya meluas ke wilayah timur, Dua Pitue,Pitu Riase,dan Pitu Riawa.Sebab, para pengedar, pemakai, dan bandar yang terungkap dalam operasi selama ini, rata-rata dari wilayah timur tersebut. Sekarang kami fokus mengungkap peredaran narkoba di wilayah timur Sidrap.Kasuskasus yang berhasil kami ungkap melalui operasi itu adalah pelakunya dari wilayah timur. Namun kami tetap melakukan pengawasan di wilayah utara, kata mantan Kasat Reskrim Polres Pinrang ini. Kasat Narkoba AKP Andarias mengatakan, Syafri merupakan target operasi (TO), sehingga penangkapan tersangka saat tengah berada di atas mobil,berjalan mulus. jumardi nurdinKami masih kembangkan jaringan Syafri. Berdasarkan hasil penyidikan,sabu-sabu itu hendak diedarkan Parepare, kata Andarias.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/533228/37/

Senin, 08/10/2012 15:48 WIB

Batalkan Vonis Mati Gembong Narkoba, Imron Langgar Perintah Ketua MA!
Andi Saputra - detikNews

Imron Anwari (dok.ma)

Jakarta Hakim agung Brigjen TNI (Purn) Imron Anwari dua kali membatalkan vonis mati untuk gembong narkoba yaitu Hillary K Chimezie dan Hengky Gunawan. Imron beralasan kedua terpidana diturunkan hukuman menjadi 12 tahun dan 15 tahun penjara karena melanggar HAM. Bagaimana sebenarnya perintah Mahkamah Agung (MA) kepada para hakim untuk mengadili perkaraperkara yang besar dan meresahkan masyarakat? Dalam berkas yang di dapat detikcom, Senin (8/10/2012), MA memerintahkan para hakim di seluruh Indonesia untuk memberikan hukuman yang setimpal seperti kejahatan ekonomi, korupsi, narkoba, perkosaan, pelanggaran HAM berat dan lingkungan hidup. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran MA (SEMA) No 1/2000 tentang 'Pemidanaan agar Setimpal dengan Berat dan Sifat Kejahatannya' tertanggal 30 Juni 2000. "Oleh karena itu terhadap tindak Pidana antara lain Ekonomi, Korupsi, NARKOBA, Perkosaan, Pelanggaran HAM berat, lingkungan hidup, MA mengharapkan supaya pengadilan menjatuhkan pidana yang sungguh-sungguh setimpal dengan beratnya dan sifatnya tindak pidana tersebut dan jangan sampai menjatuhkan pidana yang menyinggung rasa keadilan di dalam masyarakat," perintah MA yang ditandatangani oleh Ketua MA saat itu, Sarwata. Perintah MA ini didasarkan bergantinya rezim Soeharto ke orde reformasi yang harus diiringi semangat penegakkan hukum. Apalagi krisis moneter dan krisis kepercayaan 1998 telah melumpuhkan sendi-sendi bangsa. "Dalam era reformasi yang melanda Negara kita, telah membawa dampak yang sangat luas, di segala aspek kehidupan bernegara. Terutama di bidang ekonomi mengakibatkan kecenderungan meningkatnya kualitas serta kuantitas tindak pidana yang memerlukan penanganan serta kebijakan pemidanaan secara khusus," beber Sarwata. "Tindak berlebihan dikemukakan bahwa di era reformasi sekarang ini, telah terjadi perubahan nilai serta perkembangan hukum yang sangat cepat, sehingga nilai dan moralitas hukum positif tertinggal, untuk

mana MA sekali lagi mengharapkan para Hakim mampu berperan sebagai katalisator kesenjangan antara hukum positif dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat," sambung SEMA bernomor MA.Kumdil/197.A/VI/K/2000 ini. Nah, jika MA sudah memerintahkan hukuman berat bagi pelaku kejahatan narkotika, Imron Anwari mempunyai sikap sebaliknya. Dalam putusan Hillary K Chimezie dan Hengky Gunawan, Ketua Muda MA bidang Peradilan Militer ini yakin keduanya merupakan pelaku kejahatan extra ordinary crime. Namun Imron menghapus vonis mati dengan alasan HAM dan menurunkan hukuman menjadi 12 tahun dan 15 tahun penjara saja. "Hukuman mati bertentangan dengan pasal 28 ayat 1 UUD 1945 dan melanggar pasal 4 UU No 39/1999 tentang HAM," tulis salinan PK yang ditandatangani Imron selaku ketua majelis.

(asp/ndr)

http://news.detik.com/read/2012/10/08/154133/2057383/10/batalkan-vonis-mati-gembong-narkobaimron-langgar-perintah-ketua-ma?9922022

Senin, 08/10/2012 09:15 WIB

Bandar Narkoba Dibebaskan dari Hukuman Mati, Bagaimana dengan Teroris?


Andi Saputra - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda

Tersangka kasus narkotika (agung/detikcom)

Jakarta Putusan Mahkamah Agung (MA) yang membebaskan vonis hukuman mati kepada pemilik pabrik ekstasi dan gembong narkoba dengan alasan HAM dikhawatirkan berdampak sistemik. Sebab saat ini banyak terpidana mati kasus teroris. Bahkan Amrozi cs telah diekeskusi oleh regu tembak. "Putusan ini tidak hanya menunjukkan ada standar ganda dalam memutus perkara kasus hukuman mati tetapi MA telah melebihi kewenangannya. Ini sangat mengagetkan," kata anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Wirawan Adnan, saat berbincang dengan detikcom, Senin (8/10/2012). Kewenangan yang dilanggar MA yaitu pertimbangan pembatalan hukuman mati bertentangan dengan UUD 1945. Sebab kewenangan tersebut berada di tangan Mahkamah Konstitusi (MK) yaitu menguji UU terhadap UUD 1945. "Dahulu kita mengajukan permohonan ke MK soal teknis eksekusi mati, bukan substansi hukuman mati, ditolak MK. Kok ini MA malah memutus hukuman mati melanggar UUD," tandas Wirawan.

Alhasil, Wirawan pun menaruh syak prasangka atas putusan membatalkan hukuman mati atas Hengky Gunawan dan Hillary K Chimezie. Sebab putusan ini sangat aneh dan hakim agung telah melampui kewenangan yang dimiliki berdasarkan UU. "Dalam kasus ini, ada keberpihakan MA terhadap terdakwa," ujar Wirawan tanpa memperinci apa maksud keberpihakan tersebut. Dengan adanya putusan ini maka bisa dipergunakan modal para terdakwa UU Teroris melakukan hal yang serupa apabila dikenakan vonis mati. "Meski hakim lain tidak harus tunduk terhadap putusan ini, tetapi terdakwa teroris lain bisa menggunakan putusan ini sebagai rujukan," beber Wirawan mengakhiri perbincangan. Seperti diketahui, batalnya hukuman mati ini dibuat oleh ketua majelis kasasi yang juga Ketua Muda MA bidang Peradilan Militer, Imron Anwari. Atas putusan ini, institusi MA tegas menyatakan putusan tersebut bukanlah sikap resmi MA. Sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia, putusan tersebut hanyalah pandangan pribadi. "Ini bukan sikap MA, itu pandangan Pak Imron," sanggah juru bicara MA, Djoko Sarwoko.

(asp/nrl)

http://news.detik.com/read/2012/10/08/090922/2056953/10/bandar-narkoba-dibebaskan-darihukuman-mati-bagaimana-dengan-teroris

Sabtu, 06/10/2012 12:26 WIB

Bayar Miliaran Rupiah, Gembong Narkoba Bisa Terbebas dari Vonis Mati!
Andi Saputra - detikNews Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda

Tersangka kasus narkotika (agung/detikcom)

Jakarta Gembong narkotika internasional, Adami Wilson (48) mengaku bisa terlepas dari hukuman mati jika menyetor uang Rp 3 miliar kepada orang tertentu. Pengakuan ini mengejutkan seiring Mahkamah Agung (MA) membebaskan pemilik pabrik narkotika Hengky Gunawan dari hukuman mati menjadi 15 tahun penjara. "Iya, ada," kata seorang hakim kepada detikcom yang minta rahasianya ditutup rapat-rapat Sabtu, (5/10/2012). Namun, dia buru-buru mengatakan aliran uang itu tidak terkait pembatalan vonis mati yang tengah santer diberitakan oleh media massa. "Kalau yang lagi ramai sekarang, saya tidak tahu," ujarnya. Menurutnya, harga putusan narkotika bervariasi. Hal ini tergantung barang bukti, ancaman dakwaan, kekayaan terdakwa hingga profesi seorang terdakwa. Dia mencontohkan, harga putusan untuk herion dengan sabu-sabu berbeda-beda. Semakin berat kg-nya,

harga putusan pun meningkat. Harga putusan tersebut dari ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah. "Nilainya ratusan juta hingga miliaran rupiah," akunya. "Anda pernah ditawari?" tanya detikcom. "Pernah tapi saya tolak," jawabnya buru-buru menyudahi perbincangan. Atas praktek jual-beli perkara ini, juru bicara MA Djoko Sarwoko mengaku tidak tahu-menahu atas terjadinya jual beli pengurangan hukum. "Saya hanya membuka fakta, seperti itu keadaannya (putusan MA). Bahwa ada macam-macam, saya tidak tahu itu," kata Djoko.

(asp/ndr)

You might also like