You are on page 1of 17

APAKAH AIDS ?

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak oleh virus AIDS.

BAGAIMANA AIDS MENULAR ?


75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual) 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik) 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV

GEJALA AIDS

Rasa lelah berkepanjangan Sesak nafas dan batuk berkepanjangan Berat badan turun secara menyolok Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit) Sering demam (lebih dari 38 C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas

SIAPA KELOMPOK RESIKO TINGGI ?

Siapa saja yang memiliki perilaku seksual berganti-ganti pasangan

BAGAIMANA MENCEGAH AIDS


Tidak berganti-ganti pasangan seksual Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang Dengan formula A-B-C

o o o

ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom

PENELITIAN, ARTIKEL AIDS

Adi Sasongko, Acquired Immuno Deficiency Syndrome, Yayasan Kusuma Buana, Jakarta, 1996.

AIDS
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Jump to: navigation, search PENAFIAN: Untuk pengetahuan sahaja. Sila dapatkan nasihat doktor mengenai kesihatan anda. Bahan dalam laman ini tidak bertujuan menggantikan jagaan profesional, khidmat nasihat, diagnosis atau rawatan doktor. Laman ini tidak mempunyai jawapan kepada semua masaalah. Jawapan kepada masaalah umum mungkin tiada kaitan kepada anda. Sekiranya anda menyedari simptom kesihatan atau jatuh sakit, anda perlu menghubungi doktor bagi rawatan lanjut.

HIV/AIDS ialah singkatan bahasa Inggeris untuk Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome ataupun Sindrom Kurang Daya Tahan Melawan Penyakit. Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV, (bahasa Inggeris: Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan memusnahkan daya ketahanan badan. AIDS adalah nama singkatan dan merupakan peringkat dalam mana pesakit mempunyai CD4 kurang dari 200 atau mempunyai penyakit berjangkit yang lain. Lazimnya seseorang yang sihat tidak mudah dijangkiti penyakit. HIV yang paling awal diketahui dalam manusia ialah dari contoh darah yang diambil dari seorang lelaki pada tahun 1959 di Kinshasa, Demokratik Republik Congo. (Bagaimana cara dia dijangkiti tidak diketahui.) Analisa genetik ke atas sempel darah ini menandakan kemungkinan ia berasal dari satu virus di akhir tahun 1940-an atau awal 1950-an. Kita tahu bahawa virus ini telah wujud di Amerika Syarikat sejak sekurang-kurangnya pada pertengahan tahun 1970-an. Dari 1979-1981 pneumonia, barah and penyakit-

penyakit luar biasa dilaporkan oleh para doktor di Los Angeles dan New York dikalangan pesakit-pesakit lelaki homoseksual. Keadaan pesakit-pesakit ini jarang didapati di kalangan orang yang mempunyai immunisasi yang sihat. Pada tahun 1982, pegawai-pegawai kesihatan mula mengunakkan istilah "acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) untuk menerangkan kejadian-kejadian jangkitan oportunistik (OIs, Kaposi's Sarcoma (sejenis barah), and Pneumocystis Carinii pneumonia di kalangan masyarakat yang sebelum ini sihat. Laporan dan pengesanan pesakit AIDS secara rasmi bermula pada tahun itu di Amerika Syarikat. Pada tahun 1983, para saintis menemui virus yang mengakibatkan AIDS. Virus ini pada mulanya dinamakan HTLV-III/LAV (human T-cell lymphotropic virus-type III/lymphadenopathy associated virus) oleh sekumpulan saintis antarabangsa. Nama ini kemudian ditukar kepada HIV (human immunodeficiency virus). Buat masa INI, para saintis masih berteorikan tentang asal usul HIV dan bagaimana ia tersebar di kalangan masyarakat manusia. Kebanyakan saintis percaya bahawa HIV berasal dari primat lain. Kemudian pada tahun 1999, sekumpulan kaji-saintis telah melaporkan bahawa mereka telah menjumpai asal-usul HIV-1, strain utama virus HIV di negara-negara maju. Satu subspesis chimpanzee, asal di Equatorial Barat Afrika telah dikenalpasti sebagai punca asli virus ini. Para kaji-saintis ini percaya bahawa HIV-1 didedahkan kepada manusia apabila pemburu-pemburu ini didedahkan kepada darah chimpanzee yang dijangkiti oleh virus ini. Bukti HIV menyebabkan AIDS Seseorang yang positif HIV (HIV+) dikatakan mempunyai AIDS apabila immunisasinya telah dirosakkan oleh virus HIV dan ditimpa jangkitan HIV yang teruk. CDC Amerika Syarikat mendefinasikan AIDS di kalangan orang dewasa and remaja yang berumur 13 tahun ke atas dengan kewujudan satu atau lebih dari 26 penyakit yang menandakan pemendaman sistem imunisasi immunosuppression teruk dikaitkan dengan jangkitan HIV, seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), satu keadaan yang amat jarang dikalangan mereka yang sihat tanpa jangkitan HIV. Kebanyakaan keadaan ditakrifkan sebagai AIDS juga merupakan "jangkitan mengambil peluang" yang jarang menyebabkan bahaya pada orang yang sihar. Diagnosis AIDS juga diberikan kepada individual dijangkiti HIV apabila kiraan sel-T CD4+ jatuh di bawah 200 sel/millimeter persegi (mm3) darah. Orang dewasa sihat biasanya mempunyai bilangan sel-T CD4+ sekitar 600-1,500/mm3 darah. Bagi kanakkanak dijangkiti HIV dibawah 13 tahun, takrifan CDC bagi AIDS adalah sama dengan remaja dan dewasa, kecuali dengan tambahan jangkitan yang biasa dilihat bagi pesakit kanak-kanak dengan HIV.sebaran HIV/AIDS dapat disebarkan melalui cecair badan:

Perhubungan seks tanpa kondom Penerimaan darah yang tercemar Perkongsian jarum suntikan dadah Dari ibu-ke-anak semasa mengandung atau pelahiran atau menyusu

HIV/AIDS tidak boleh disebarkan sekadar melalui:

Perciuman atau berpeluk Pergaulan harian di tempat awam seperti di sekolah atau tempat kerja Makan di restoran atau membeli-belah di pasaraya Berenang di kolam renang awam Gigitan nyamuk atau serangga lain

AIDS adalah akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan HIV, obatnya belum diketahui. Berbagai faktor yang mempengaruhi adalah kesehatan, fungsi kekebalan, layanan kesehatan, dan infeksi lain. AIDS diperkirakan muncul di Afrika Sub-Sahara pada abad ke-20 dan sekarang menjadi wabah global. WHO memperkirakan 2,8 - 3,5 juta jiwa melayang karena AIDS pada tahun 2004 [1]. Di negara-negara yang memiliki akses ke penanganan obat antiretroviral, tingkat kematian dan kejadian menurun. Namun, obat tersebut juga memiliki efek samping seperti lipodystrophy, dyslipidaemia, dan penolakan insulin. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Penularan Sejak awal wabah, tiga jalur penularan HIV sudah diketahui:

Jalur seksual, yang menjadi penyebab utama infeksi HIV. Jalur darah atau produk darah, yang terutama mengancam pemakai narkoba, orang dengan hemophilia, dan penerima transfusi darah. Jalur ibu-anak, dengan penularan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat kelahiran. Awalnya, tingkat penularan jalur ini adalah 20%. Setelah ada penanganan, menurun hingga tinggal 1%

HIV juga ditemukan di air liur, air mata, air keringat, air tajin, dan sperma orang yang terinfeksi dengan konsentrasi virus yang sangat kecil.

Benarkah kaum pria penyebar utama HIV/AIDS

SECARA teoritis, dari sudut biologi-anatomis, maupun sosial budaya, wanita akan lebih mudah terinfeksi HIV+ dibanding pria. Namun dari kenyataan yang ada, pengidap HIV maupun penderita AIDS, lebih banyak diderita pria ketimbang wanita. Tanpa menyebut angka, dr Toha Muhaimin dari Yayasan Pelita Ilmu, mengemukakan untuk HIV+ pria dua kali lipat dibanding wanita, sementara untuk AIDS empat kali lipat jumlahnya. Berbicara pada seminar mengenai peranan kaum pria dalam penanggulangan HIV/AIDS, staf pengajar FKM UI Depok ini mengemukakan, simbol kejantanan justru sering menjadi penyebab kematian kaum pria, bahkan dalam usia muda. Misalnya antara lain karena penggunaan narkoba dan kekerasan. Hubungan seks berusia muda jauh lebih banyak dilakukan kaum pria. Hubungan seks dan narkoba ini akan lebih mengakibatkan pria berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Di sisi lain mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan kepala BKKBN Khofifah Indar Parawansa mengemukakan kaum pria memang cenderung mempunyai prilaku berisiko pada penularan penyakit, termasuk infeksi Human Immunodeficiency Virus HIVHIV/AIDS yang berkaitan dengan pekerjaan yang mengharuskan mereka bepergian jauh dari keluarga. Kaum perempuan di lain pihak, secara khusus berisiko terkena HIV karena mereka sering tidak memiliki kendali seperti yang dimiliki kaum pria. Kaum wanita tidak bisa menentukan kapan, di mana, dan bagaimana hubungan seks terjadi. Khofifah, mengemukakan, banyak kalangan pria mungkin tidak berprilaku berisiko, tetapi tanpa pria, HIV hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk menyebar. Menurut data, di dunia diperkirakan lebih dari 70% (di Indonesia sekitar 63%Red) infeksi HIV terjadi melalui hubungan seks antara pria dan wanita, sebanyak 10% terjadi hubungan antarpria, dan lebih dari 5,0% infeksi HIV terjadi karena pemakaian jarum suntik. Dan empat per lima pengguna narkoba suntikan itu kaum pria. Hampir 80% wanita dengan HIV/AIDS hanya berhubungan seks dengan satu pria, yakni suaminya. Untuk mereka desakan agar tetap setia jelas sia-sia kalau pria suaminya sebagian di antara mereka mempunyai prilaku seksual berganti-ganti pasangan. Dengan demikian jelas, pria yang sering melakukan hubungan seks bebas, menempatkan mereka pada posisi risiko terkena HIV/AIDS. Untuk itu, diharapkan kaum pria mampu menjaga kesehatannya secara mandiri, dan selakigus menjauhi perilaku seks bebas. Termasuk menggunakan kondom bila ketemu dengan istrinya. Karena usaha individu merupakan cara cukup signifikan. Perlu diketahui, penularan HIV/AIDS bukan semata-mata karena hubungan seksual. Jarum suntik para pecandu narkoba yang dipakai bergantian juga sangat potensial untuk menularkan penyakit yang belum ada obatnya tersebut, karena para pecandu tersebut juga berpotensi untuk melakukan hubungan seks bebas. Di sisi lain, dai Faisal M Ali Nurdin MA mengatakan, dari berbagai penelitian maupun temuan di lapangan, kaum pria sangat berperan pada kian meruyaknya wabah HIV yang kemudian berkembang menjadi AIDS. Hal ini terjadi lewat homoseksual, perbuatan berganti-ganti pasangan, dan penggunaan alat suntuk narkoba. Mengutip penelitian yang dilakukan K Hein, staf pengajar ada Institut Al-Ghuroba ini, mengemukakan, selama masa remaja rasio yang menderita AIDS antara pria dan

wanita berbanding 7:1. Sedangkan pada masa dewasa 12:1. Banyak remaja yang teribat hubungan seksual dengan pasangan orang dewasa yang telah banyak pengalaman seksualnya (promiskuitasnya). Menjawab pertanyaan peserta seminar, Ali Nurdin dengan tegas mengatakan sebaiknya istri tidak total 100% mencintai suaminya. Sebaiknya sebagai istri menolak keras untuk berhubungan seks bila tahu suaminya menderita AIDS. Itu tidak berdosa, tidak laknat. Yang laknat justru suami yang akan merusak generasi mendatang itu dengan menularkan HIV/AIDS lewat istrinya, kata Ali Nurdin.(miol) sumber : http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria/artikel01-7I.html
Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?

Oleh Safri Ishmayana Asisten Laboratorium Biokimia FMIPA dan Kimia Dasar PTBS Unpad AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh. Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang. Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV. HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.

Gambar 1A Struktur Virus HIV

Gambar 1B Daur hidup HIV Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease. Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total. Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang

tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.

Gambar 2 (klik untuk memperbesar) Gambar 2 menunjukkan skema produk translasional dari gen gag-pol dan daerah di mana produk dari gen tersebut dipecah oleh protease. p17 berfungsi sebagai protein kapsid, p24 protein matriks, dan p7 nukleokapsid. p2, p1 dan p6 merupakan protein kecil yang belum diketahui fungsinya. Tanda panah menunjukkan proses pemotongan yang dikatalisis oleh protease HIV (Flexner, 1998). Menurut Flexner (1998), pada saat ini telah dikenal empat inhibitor protease yang digunakan pada terapi pasien yang terinfeksi oleh virus HIV, yaitu indinavir, nelfinavir, ritonavir dan saquinavir. Satu inhibitor lainnya masih dalam proses penelitian, yaitu amprenavir. Inhibitor protease yang telah umum digunakan, memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan. Semua inhibitor protease yang telah disetujui memiliki efek samping gastrointestinal. Hiperlipidemia, intoleransi glukosa dan distribusi lemak abnormal dapat juga terjadi.

Gambar 3 (klik untuk memperbesar) Gambar 3 menujukkan lima struktur inhibitor protease HIV dengan aktivitas antiretroviral pada uji klinis. NHtBu = amido tersier butil dan Ph = fenil (Flexner, 1998). Uji klinis menunjukkan bahwa terapi tunggal dengan menggunakan inhibitor protease saja dapat menurunkan jumlah RNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4 (indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertama perlakuan. Namun demikian, kemampuan senyawa-senyawa ini untuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehingga menyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIV yang tahan terhadap obat. Karena itu, pengobatan dilakukan dengan menggunakan suatu terapi kombinasi bersama-sama dengan inhibitor reverse transcriptase. Inhibitor protease yang dikombinasikan dengan inhibitor reverse transkriptase menunjukkan respon antiviral yang lebih signifikan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama (Patrick & Potts, 1998). Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan. Oleh karena itu, tantangan bagi para peneliti di seluruh dunia (termasuk Indonesia) adalah untuk mencari obat yang dapat menghancurkan virus yang terdapat dalam tubuh, bukan hanya menghambat pertumbuhan virus. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, tentunya memiliki potensi yang sangat besar untuk ditemukannya obat yang berasal dari alam. Penelusuran senyawa yang berkhasiat tentunya memerlukan penelitian yang tidak sederhana. Dapatkah obat tersebut ditemukan di Indonesia? Wallahu a'lam. Pustaka: 1. Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293 2. Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin. Microbiol. Rev. 11: 614-627.

AIDS
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari Pita Merah seperti di atas adalah simbol solidaritas untuk orang yang positif HIV dan terkena AIDS. AIDS adalah akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan HIV, obatnya belum diketahui. Berbagai faktor yang mempengaruhi adalah kesehatan, fungsi kekebalan, layanan kesehatan, dan infeksi lain. AIDS diperkirakan muncul di Afrika Sub-Sahara pada abad ke-20 dan sekarang menjadi wabah global. WHO memperkirakan 2,8 - 3,5 juta jiwa melayang karena AIDS pada tahun 2004 [1]. Di negara-negara yang memiliki akses ke penanganan obat antiretroviral, tingkat kematian dan kejadian menurun. Namun, obat tersebut juga memiliki efek samping seperti lipodystrophy, dyslipidaemia, dan penolakan insulin. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.

[sunting] Penularan
Sejak awal wabah, tiga jalur penularan HIV sudah diketahui:

Jalur seksual, yang menjadi penyebab utama infeksi HIV. Jalur darah atau produk darah, yang terutama mengancam pemakai narkoba, orang dengan hemophilia, dan penerima transfusi darah. Jalur ibu-anak, dengan penularan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat kelahiran. Awalnya, tingkat penularan jalur ini adalah 20%. Setelah ada penanganan, menurun hingga tinggal 1%

HIV juga ditemukan di air liur, air mata, air keringat, air tajin, dan sperma orang yang terinfeksi dengan konsentrasi virus yang sangat kecil. HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ T cell dan macrophage, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.

Istilah KONTOL telah digunakan sejak 1986 (Coffin et al., 1986) sebagai nama untuk retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) (Barre-Sinoussi et al., 1983) dan oleh Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya HTLV-III (human T lymphotropic virus type III) (Popovic et al., 1984).

The phylogenetic tree of the SIV and HIV viruses. (click on image for a detailed description.) HIV adalah anggota dari genus lentivirus [1], bagian dari keluarga retroviridae [2] yang ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari selhost awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat (Reeves and Doms, 2002). Kedua spesies berawal di Afrika barat dan tengah, melompat dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 telah berevolusi dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies chimpanzee, Pan troglodyte troglodyte (Gao et al., 1999).HIV-2 melompat spesies dari sebuah strain SIV yang berbeda, ditemukan dalam sooty mangabeys, monyet dunia lama Guinea-Bissau (Reeves and Doms, 2002).

[sunting] Penularan
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV [3],

tetapi banyak ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV [4]. Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December 2004). Wabah ini tidak merata di wilayah-wilayan tertentu karena ada negara-negara yang lebih menderita daripada yang lainnya. Bahkan pada tingkatan negara pun ada perbedaan tingkatan infeksinya pada daerah-daerah yang berlainan. Jumlah orang yang hidup dengan HIV terus meningkat di semua bagian dunia, meskipun telah dilakukan berbagai langkah pencegahan yang ketat. Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktek menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana (Bentwich et al., 1995). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa 25% unit darah yang ditransfusikan di Afrika tidak dites untuk HIV, dan bahwa 10% infeksi HIV di benua itu terjadi lewat darah. [5]. Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius lewat jarum suntik, hubungan seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih kurang memadai.

[sunting] Struktur
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter-kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya "spherical"

Diagram of the HIV virus.

PMS : AIDS
AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) merupakan suatau bentuk sindromata atau kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunan kekebalan tubuh serta drastis, dan virus penyebabnya adalah HIV atau Humanus Immunodeficiency Virus. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekref vagina, serta cairan-cairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin. Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya, karena:

mematikan belum ada obat atau vaksinasinya gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian penyebarannya sangat cepat kontak seksual jarum suntik terkontaminasi transfusi darah / produk-produk darah lewat ibu yang mengandung

Penularan AIDS bisa terjadi lewat :


Penyakit ini mempunyai gejala klinik yang khas yaitu : Gejala Mayor dan Gejala Minor. Yang tergolong gejala mayor antara lain: 1. Demam tinggi dan tidak turun-turun selama satu bulan 2. Berat badan turun secara drastis semapai lebih dari 10% 3. Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus. Sedang yang termasuk gejala minor diantaranya :

Batuk yang menetap lebih dari satu bulan keringat pada malam hari badan terasa lemah atau sariawan yang tidak sembuhsembuh.

Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelomok berisiko tinggi, diantaranya:

para pencandu obat bius, narkotika; dll WTS atau pekerja seks kaum homoseksual maupun heteroseksual penderita thalasemia, dll

sumber : http://dokteriwan2.blogspot.com/2006/08/pms-aids.html

PENYAMARATAAN HULU HINGGA HILIR ETIKOLEGAL - Edisi Desember 2006 (Vol.6 No.5), oleh andra

Agus Purwadianto Beberapa waktu yang lalu terbaca berita, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran akan dirasakan oleh seluruh penderita, termasuk HIV/AIDS. Coba simak, fenomena berikut ini. Kenapa ada Hari AIDS sedunia yang juga kita peringati bersama ? Mengapa banyak penelitian termasuk seminar-seminar ilmiah dengan pelbagai kelompok kerja pakar tentang AIDS? Kenapa donor agency yang bermitra dengan LSM lokal yang bergerak di bidang AIDS getol meningkatkan pengembangan kapasitas dokter atau tenaga kesehatan ? Kenapa nyaring sekali dengung hak asasi pasien AIDS? Dan paradoks-nya, kenapa yang segegap gempita tadi tidak kita jumpai pada kusta ? Juga diare, busung lapar, tidak sehat-tidak sakit ? Jawaban yang paling mudah adalah : banyak orang lebih peduli terhadap AIDS dibandingkan dengan semua penyakit lain. Bawah permukaan AIDS memang fenomenal. Kehadirannya mengguncang peradaban dunia, karena masyarakat menjadi resah. Magnitude-nya sanggup menyibak dunia kehidupan manusia ke kondisi yang 180 derajat berubah. Yang sedang berjaya mendadak runtuh. Yang kuat langsung terhempas. Yang produktif mendadak dependen. AIDS membawa bayangan situasi yang dikotomis. Bangunan sosial atau pandangan masyarakat membingkai bahwa AIDS adalah neraka dunia. Padahal semula sehat. Semula sukses. Berbeda dengan serangan jantung yang langsung menamatkan riwayat, AIDS menyisakan suatu pergulatan bagi penderitanya yang seolah tanpa akhir. Belum terhempas akibat godam virus HIV yang lambat atau cepat menggerogoti kekebalan tubuh kita, stigmatisasi sosial datang bertubi-tubi. AIDS mencampakkan penderitanya sebagai mahluk sosial, sehingga secara hukum, seolah ia mati perdata. Namun ada lagi sisi fenomenal AIDS. Masyarakat hedonis yang suka bernikmat-ria, termasuk dengan kehidupan mengumbar birahi seksualnya, menganggap AIDS sebagai abar yang setengah hati. Ditakuti namun karena tak langsung mati, jadi setengah ditakuti. Akibatnya, si orang kaya yang berpergaulan bebas akan setengah hati ketika bersikap terhadap ORHIDA. Mau menyingkirkan, toh mereka adalah mantan teman kelompoknya. Mau tetap menyatu, mereka berpotensi menularkan. Benci tapi rindu. Karenanya, mereka mempengaruhi semua sumbersumber iptek untuk mengatasi permasalahan mereka. Jadi fitrah kelompok ini sesungguhnya adalah membebaskan derita atau stgmatisasi teman-teman mereka lebih dahulu dibandingkan dengan jutaan penderita AIDS di negara terbelakang. Karenanya, lantangnya mereka menyuarakan hak asasi penderita AIDS, tetap harus dikritisi biasnya. Jangan-jangan keberpihakan mereka hanya bagi orang berpunya saja

yang sial kena AIDS. Keberpihakan yang miop. Fenomena bawah permukaan ini tidak terjadi di ORHIDA di Afrika atau jangan-jangan di sebagian besar pengidap disini. Apalagi untuk kusta atau penyakit tropik dan kemiskinan lainnya. Keadilan Memang sebentar lagi, AIDS tidak menjadi masalah medis lagi. Para ahli medik bisa berbangga, semuanya sudah selesai. Orang dapat tetap hidup setelah memakan teratur kombinasi antivirus yang sudah mantap EBM-nya menghentikan gerak virus mendekati malaikat Izroil. Persoalan utama kini bergeser ke seberapa jauh akses terhadap obat anti virus tadi. Jadi menjadi soal komoditi belaka. Alias soal ekonomi dan lain-lain. Walaupun sudah ada Doha principles yang membolehkan negara terbelakang untuk langsung membajak formula obat anti AIDS tanpa digugat sebagai pelanggar paten, de facto masyarakat pengidap AIDS di dunia ketiga masih saja rawan. Obat anti AIDS sama kedudukannya dengan kalori yang ada di makanan. Negara rawan pangan, juga rawan AIDS. Bukan karena teknologinya lagi, namun akibat ketidak-merataannya pelayanan, khususnya obatnya. Usainya masalah medis (sebentar lagi) akan berganti dengan masalah etikolegal. Hikmatnya adalah keadilan, yang mendunia. Global justice. Dalam perdebatan ini, terus menerus akan ada dialektika, sepanjang antara dunia pertama dengan dunia ketiga masih terdapat kesenjangan. Stigmatisasi. Ada lagi dua hal menarik dari komplikasi psikososial AIDS. Yang pertama adalah penyamarataan kausal. Semua orang AIDS dianggap memiliki sumber sakit sama yakni virus HIV, sekaligus sumber penyakit yang sama, yakni penularan heteroseksual yang beraib. Kenapa ? Karena diasosiasikan dengan promiskuitas yang mentolerir hubungan perselingkuhan di luar perkawinan, yang identik dengan perilaku amoral. Jadi antara virus HIV dengan amoralitas menyatu sebagai palu godam hulu. Yang kedua adalah penyamarataan akibat alias di hilir. Semua orang diprediksi akan mati pelan-pelan dengan penuh penderitaan sebelumnya. Habis-habisan hartanya karena toh nyawa tak tertolong. Karena penyamarataan kausal akibat tersebutlah kian merebakkan stigmatisasi bagi ORHIDA. Mau ditolong, ia dianggap amoral. Mau diinsyafkan, takut ketularan. Mau dibela atau diobati, jangan-jangan harta habis, nyawapun melayang. Penyamarataan hulu - hilir inilah yang mendasari suasana anomik tak ada norma pemandu dalam merencanakan, mengobati hingga merehabilitasi penderita AIDS. Tarik menarik kepentingan. Dalam pengobatan, seringkali AIDS tak diganti perusahaan. Padahal di satu sisi, pemerintah telah memberikan anti virus yang gratis, yang karena keterbatasan stok obatnya, harus melalui beberapa pintu pelayanan saja. Akibatnya, ORHIDA yang cukup VIP yang menginginkan privasinya terjaga, harus membayar mahal. Para dokter sendiri mengalami kesulitan di lapangan, ketika mau melaporkan penyakit pasiennya dengan AIDS, akan menimbulkan efek psikososial, bahkan legal yang tak karuan. Karenanya, beberapa kolega lebih menyukai menyebut penyakit ORHIDA dengan simtom-simtomnya saja. Misalnya pneumonitis. Bukan sindromanya. Hal ini

yang menyulitkan pihak asuransi kesehatan yang sejak awal menyingkirkan, untuk tidak menyebutnya mendiskriminasikan, AIDS. Dengan sebutan pneumonitis yang mudah bergeser ke pneumonia, sang dokter akan sanggup mengatasi keinginan luhurnya, membela si pasien yang masih memiliki perlindungan asuransi kesehatannya. Tapi ketika sang dokter memakai kacamata keadilan, yang ia harus menenggang juga pihak lain yang akan dilindungi oleh si asuransi tadi, ia mulai bimbang menengahi dilema etis ini. Dalam etika managed care, kewajiban dokter membela pasien vs membela perusahaan asuransi kesehatan yang menggaji dirinya sering berkonflik. Apalagi ketambahan persoalan AIDS yang membuat penderitanya dari gatra mikronya mulai dari tersipu-sipu, merasa bersalah terus menerus, dendam terhadap lingkungan hingga ke persoalan pengadaan tempat tidur khusus dan pembagian distribusi obat antivirus di tataran makro hingga ancaman pandemi global, perang antara WTO dengan WHO soal hak paten obat anti AIDS, skenario untuhnya ekonomi suatu negara dan berkecamuknya pendekatan keamanan karena ancaman bioterorisme yang menggunakan virus AIDS, walapun tak seoptimal anthrax ataupun sejahat virus flu burung. Kini terpulang kembali ke penanggulangan wabah AIDS di pelayanan kesehatan kita. Mana strategi yang komprehensif ingin ditempuh? Tim Nasional Penanggulangan AIDS sudah terbina dengan segenap plus minusnya. Namun alangkah lebih indahnya ketika Tim tersebut juga mempertimbangkan sisi fenomenologis AIDS tersebut. Buikan sekedar bahwa penderita boleh menggugat dokter atau rumah sakitnya atas dugaan malpraktek gara-gara uang keluarga sudah menipis sementara penyakit tidak kunjung hilang. Atau salah paham karena atas alasan menyimpan rahasia kedokteran sang dokter tidak berterus terang penyakit yang diderita pasien namun pihak keluarga tak mengetahuinya namun langsung menyalahkan dokter/rumah sakitnya.Satu lagi, karena tampilan ruam-ruam kulit pada AIDS, ada lagi pihak LSM yang menjelekkan dokter karena dianggap salah obat. Nah, komplit pula sindroma etikolegal AIDS di negara tercinta ini. Sumber : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=382 ekilas Tentang HIV Senin, 04 Juni 07 - oleh : admin Apa itu HIV? HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ? Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak. Dimanakah virus HIV ini berada ?

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain Apakah CD4 itu ? CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ? Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia Sumber : http://www.anti-narkoba.web.id/?pilih=lihat&id=97

You might also like