You are on page 1of 14

Belajar Penanggulangan AIDS dari Kesuksesan Uganda

Oleh Dr. Andi Utama AIDS (Acquired Immunodeficient Syndrome) masih tetap merupakan ancaman. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. Sementara itu penyebaran penyakit ini terus berlanjut. Menurut laporan WHO pada bulan Desember 2002, lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS. Dan sekarang diperkirakan penderita AIDS berjumlah lebih dari 42 juta. Jumlah ini terus bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per hari. Khusus untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, jumlah pasien diperkirakan sekitar 5,6 juta. Bagaimana dengan Indonesia? Sampai Maret 2004, jumlah penderita AIDS tercatat sebanyak 1.413 orang, sedangkan positif HIV sebanyak 2.746 orang, sehingga jumlah total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi 4.159 orang. Namun karena fenomena AIDS/HIV ini seperti gunung es, maka diperkirakan jumlah sebenarnya berkisar antara 90.000 sampai 130.000. Jumlah ini diperkirakan terus akan bertambah, bertolak belakang dengan kondisi di Thailand yang semakin menurun. Di Indonesia, epidemi AIDS/HIV sudah pada tahap bahaya, karena epidemi AIDS/HIV terjadi di 6 provinsi, yaitu Jakarta, Papua, Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Riau. Selain itu juga terjadi peningkatan di Propinsi Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara. Mengingat AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem imun tubuh manusia, serangan AIDS/HIV akan memperbesar peluang terkena infeksi berbagai penyakit, sehingga menimbulkan komplikasi berbagai penyakit. Sampai saat ini telah ditemukan komplikasi AIDS/HIV dengan Tuberkulosis (TB) atau hepatitis C. Karena TB adalah penyakit yang sangat mudah menular, peningkatan jumlah pasien AIDS, terutama yang komplikasi dengan TB, akan mempercepat penyebaran TB. Mengingat TB adalah penyakit menular yang serius di Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita TB peringkat ke-3 di dunia, penanggulangan AIDS/HIV harus benar-benar mendapat perhatian yang serius. Usaha penanggulangan AIDS/HIV tidak hanya memberi efek positif terhadap penyebaran AIDS/HIV saja, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap usaha penanggulangan penyakit menular lainnya, terutama TB. Terapi AIDS/HIV saat ini dilakukan terapi kimia (chemotherapy) yang menggunakan obat antiretroviral virus (ARV) yang berfungsi menekan perkembangbiakan virus HIV. Dalam terapi menggunakan obat ARV ini, umumnya dilakukan dengan kombinasi beberapa jenis obat. Strategi ini disebut highly active antiretroviral threrapy (HAART). Dengan HAART ini, biasanya direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi protease inhibitor dengan minimal dua jenis obat lainnya. Walaupun demikian, cara ini juga masih belum efektif dan masih mengakibatkan munculnya virus yang resistan. Seiring dengan itu, juga dilakukan usaha untuk pengembangan vaksin terhadap virus HIV. Namun sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif. Keberhasilan Uganda Uganda adalah negara yang berhasil menekan penyebaran AIDS/HIV. Karena itu, banyak peneliti yang menjadikan objek studi kasus pencegahan AIDS/HIV ini. Seperti yang dimuat di jurnal Science terbitan 30 April 2004, studi tentang fluktuasi AIDS/HIV di Uganda menunjukan bahwa dalam jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menurun sebanyak 70% sejak tahuh 1990-an (Stoneburner dan Low-Beer, 2004). Sejak awal tahun 1990-an, jumlah ODHA pada wanita hamil menurun tajam, terutama pada kelompok muda. Ini adalah fenomena yang khusus, karena umumnya jumlah ODHA meningkat pada kelompok muda. Sejak tahun 1991 sampai tahun 1998, jumlah ODHA pada wanita hamil menurut drastis dari 21.1% menjadi 9.7%. Dan pada tahun 2000 menurun lagi menjadi 6%. Dengan kata lain terjadi 71.6% penurunan. Jika dilihat dari kelas umur, 75% penurunan terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun.

Kondisi ini hanya terjadi di Uganda, tidak di negara-negara sekitarnya seperti Kenya, Malawi dan Zambia. Dari hasil analisis komparatif tahun 1995 dan 1989 ada beberapa perubahan penting yang berhubungan dengan penurunan jumlah ODHA di Uganda, yaitu (1) peningkatan umur mulai melakukan hubungan seks (peningkatan persentase anak muda (15-19 tahun) yang belum pernah berhubungan seks), (2) bertambahnya pemakaian kondom, (3) pengurangan jumlah partner seks yang tidak tetap. Mereka menemukan bahwa terjadi 60% penurunan hubungan seks dengan partner yang tidak tetap. Walaupun ada tiga perubahan yang diperkirakan berpengaruh, Stoneburner dan Low-Beer dari Cambridge University ini, berkesimpulan bahwa pengurangan 60% hubungan seks dengan partner yang tidak tetap inilah yang menjadi faktor utama penurunan ODHA di Uganda. Hal ini disebabkan karena pengurangan hubungan seks dengan partner yang tidak tetap ini tidak terjadi di Kenya, Malawi dan Zambia, sehingga penurunan jumlah ODHA tidak terjadi di negara-negara ini. Begitu juga dengan efek penggunaan kondom. Sama seperti di Uganda, penggunaan kondom juga meningkat di Kenya, Malawi dan Zambia, tapi tidak memberikan perubahan jumlah ODHA yang berarti. Dari hasil ini, Stoneburner dan Low-Beer menyimpulkan bahwa penyebab menurunkan jumlah ODHA di Uganda adalah berkurangnya hubungan seks, terutama dengan partner yang tidak tetap. Penurunan 70% jumlah ODHA di Uganda ini seimbang dengan 80% efektivitas vaksin. Apa kuncinya? Kenapa Uganda berhasil? Ada beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan Uganda ini. Pertama adalah pengetahuan masyarakat terhadap AIDS/HIV, tidak hanya masyarakat kota tapi juga masyarakat desa. Ini merupakan hasil penyuluhan pemerintah dengan bantuan masyarakat itu sendiri. Data menunjukkan bahwa 82% wanita Uganda mengenal AIDS/HIV. Kunci keberhasilan yang kedua adalah pengetahuan masyarakat tentang siapa yang tengah mengidap AIDS/HIV. Diketahuinya seseorang mengidap AIDS bukan berarti orang tersebut akan didiskriminasikan. Namun tidak lebih dari peringatan terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal ini tentunya menuntut jiwa membuka diri dari ODHA sendiri, serta jaringan komunitas masyarakat yang akan melindungi ODHA dari diskriminasi lingkungannya. Melalui pendidikan dan penyuluhan, Uganda telah berhasil menekan jumlah ODHA secara drastis. Melalui upaya ini, kita memberikan pengetahuan tentang AIDS/HIV, bahayanya, kondisi terapi dan vaksinasi saat ini, serta cara penanggulangannya. Untuk memperingati warganya akan bahaya AIDS/HIV, pemerintah Uganda mengeluarkan slogan dan peringatan yang berbunyi AIDS was fatal and required an immediate population response based on zero grazing. Zero grazing artinya tidak seperti ternak liar. Memang harus disadari bahwa cara penanggulangan AIDS/HIV yang efektif saat ini adalah pencegahan. Ini bisa kita lakukan karena kita telah mengetahui mekanisme penyebaran virus HIV ini. Faktor yang utama adalah hubungan seks. Sehingga jika kita ingin bebas dari ancaman AIDS/HIV, janganlah melakukan hubungan seks selain isteri.(*) Penulis adalah peneliti Puslit Bioteknologi LIPI dan Pemerhati Masalah Kesehatan Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0625/kes1.html

ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME


Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak oleh virus AIDS. Siapa saja yang memiliki perilaku seksual berganti-ganti pasangan

Bagaimana AIDS MenulaR


75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual) 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik) 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV

Gejala AIDS

Rasa lelah berkepanjangan Sesak nafas dan batuk berkepanjangan Berat badan turun secara menyolok Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit) Sering demam (lebih dari 38 C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas

Pencegahan AIDS

Tidak berganti-ganti pasangan seksual Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang Dengan formula A-B-C o ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah o BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja o CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom

SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA : Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok

wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau. Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan kita. Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya. Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompokkelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif. Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global). PENGOBATAN DAN VAKSINASI : Pertemuan Konperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1996 yl melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan. Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000 - US$ 25.000/tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5 - 3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi. Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10% pengidap HIV yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara bermakna. Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainyaoun ditemukan vaksin untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi (80%) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara berkembang.

Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu. KESIMPULAN : Upaya pencegahan tetap lebih baik dan cost-effective dibandingkan dengan upaya pengobatan. Untuk itu perlu dimasyarakatkan upaya pencegahan AIDS bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk untuk kelompok remaja-mahasiswa Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang. Saat ini penyebarannya adalah :

Afrika Sub-sahara : 14 juta Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta Asia Timur-Pasifik : 35.000 Timur Tengah : 200.000 Karibia : 270.000 Amerika Latin : 1,3 juta Eropa Timur - Asia Tengah : 30.000 Australia : 13.000 Eropa Barat : 470.000 Amerika Utara : 780.000

Sumber : http://www.petra.ac.id/science/aids/aids.htm
Walaupun telah terlihat adanya keberhasilan dalam meningkatkan keberadaan dan penerimaan lembaga baik di pemerintahan maupun masyarakat, namun masih terdapat beberapa kendalakendala baik secara internal lembaga maupun kondisi-kondisi eksternal yang sedikit banyaknya cukup berpengaruh pada KPAND untuk menjalankan program kerja. Kendala-kendala tersebut anatara lain adalah : Masih sulitnya membangun sinergisme dengan stakeholder karena visi yang belum sama dengan KPAND. o Kurang siapnya SDM dari Komisi Penanggulangan AIDS daerah Kabupaten dan Kota. o Masih adanya persepsi yang salah, mitos-mitos terhadap HIV/AIDS di masyarakat. o Belum tersusunnya kebijakan-kebijakan atau ketentuan hukum terhadap penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba. o Terlalu banyaknya factor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan upaya penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba. o Permasalahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba belum merupakan prioritas sehingga menyulitkan dalam pengadaan dana. o Program-program penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba yang masih berjalan sendiri-sendiri baik yang dilakukan oleh sektor pemerintah maupun masyarakat (Orsos dan LSM) mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kegiatan. o Adanya tantangan sosio-budaya, agama terutama dalam mempromosikan upaya penanggulangan HIV/AIDS.

Sumber : http://www.pempropsu.go.id/link/aids/index.php?topgroupi=1&groupid=7

ANCAMAN AIDS DI BILIK SENDIRI


Dikolong jagad, sedikitnya 12 juta anak menjadi yatim piatu karena HIV/ AIDS. Pada 2002, sekitar 3,1 juta orang meninggal karena penyakit AIDS. Besok dunia memperingati tragedi ini- yang dari pemberitahuan media selama ini demikian mining disbanding, katakanlah kampanye aksi terorisme global! Di Indonesia, keadaannya sama suramnya. Jauh dari hiruk-pikuk pemberitaan, penyebaran virus HIV bagai pasukan gerak-cepat menyambar siapa saja yang lengah. Dia masuk tidak saja kelapisan elite masyarakat, tetapi juga ke kawasankawasan kumuh perkotaan. Dan seperti tiba-tiba saja kita mendapati penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV jumlahnya sebesar 130 ribu jiwa pada 2002. lalu, berdasarkan estimasi Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 ini diperkirakan ada tambahan infeksi baru sekitar 80 ribu orang. Diluar ini sekitar, 20 juta lainnya menurut Departemen Kesehatan Beresiko terinfeksi HIV. Gawat! Rasanya baru kemarin masyarakat Indonesia mengenal penyakit yang semula terkesan elitis itu. Maklum, informasi seputar penyakit ini masuk ke Indonesia lewat pemberitaan besar-besaran atau kasus yang menimpa aktor Rock Hudson sekitar 1985. orang mengira, virus ini hanya menyebar dikalangan orang-orang yang memiliki perilaku perilaku seks menyimpang dan biasanya dipraktekan kalangan elitis-selebritis. Korbankorban berikutnya pun nama-nama yang dikenal luas: Ferddie Mercury. Magic Jhonson dan lain-lain. Begitu pula didalam negeri, sejumlah nama mereka yang terkenal HIV berasal dari kalangan artis dan hanya disampaikan secara bisik-bisik. Tetapi kini, di Indonesia ada 130 ribu orang yang positif terinfeksi HIV dan diperkirakan bertambah 80 ribu pengidap HIV baru tahun ini. Dari manakah mereka berasal? Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada 15 April 1987. saat itu, seorang wisatawan Belanda, Edward Hop, 44 tahun, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Setelah itu, seperti diungkapkan Adji Dharmoyo, Marketting Advisor Aksi Stop Aids (ASA)M penyebaran HIV/AIDS di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Penyebab awal dari penyebaran ini semula perilaku seks berganti ganti pasangan. Tetapi dalam dua tahun terakhir penyebab penularan terbesar karena jarum suntik narkoba kata Adji saat ditemui diruang kerjanya di kompleks Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Sungguh bikin jeri, virus maut itu menyebar seperti tak pandang bulu. Tak harus dari kalangan menengah atas, virus HIV tak segan gentayangan diperkampungan perkampungan sepanjang aksesnya tersedia: jarum suntik! Lihatlah di kampung Bali, Jakarta Pusat. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dr. Bambang.
Sumber ; http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria/artikel0304-05.html

Dalam strategi nasional penaggulangan HIV/AIDS 2003-2007 itu ditetapkan tujuh area prioritas utama, yaitu pencegahan HIV/AIDS , perawatan, pengobatan dan dukungan terhadap orang HIV/AIDS (ODHA), surveilans HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, kegiatan penelitian, lingkungan yang kondusif, koordinasi multi pihak, serta penaggulangan berkesinambungan. Strategi nasional yang dicanangkan ini merupakan tahap kedua, di mana tahap pertama telah ditetapkan pada tahun 1994. Hingga 31 maret 2003 tercatat pengidap HIV sebanyak 2.556 orang. Sedangkan yang telah menderita AIDS berjumlah 1.086. Angka itu tidak mengambarkan jumlah kasus yang sebenarnya, karena diperkirakan telah ada 90ribu-30ribu orang terinfeksi HIV pada 2002. Media Indonesia, 13 Mei 2003 Sumber : http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map70strategi.html

6000

KASUS AIDS DI INDONESIA 10 TAHUN TERAKHIR S/D DESEMBER 2005


5321

5000 KASUS BARU KUMULATIF 4000

3000

2683
2000

1488
1000

1172 353
1999

608

827

113
1995

155
1996

199
1997

259
1998

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia berdasarkan Cara Penularan s/d 31 Desember 2005
371 9

: F S ` ' 9 t \ |

2 097

25 6
p t | H t

6
t | T

66
t <| P

29 4
U t v| T

Sampai 31 Maret 2006 Jumlah Pengidap HIV/AIDS Di I


Kamis, 20 April 2006 : 09:37:18

Kasus terdiri dari 5.823 kasus AIDS dan 4.333 kasus HIV tersebar di 32 provinsi. Jumlah pengidap AIDS yang dilaporkan meninggal dunia mencapai 24,56% atau 1.430 orang dengan ratio kasus antara laki-laki dan perempuan 4,47 : 1. Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Demikian laporan triwulanan perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan 31 Maret 2006 dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Depkes yang diterima Pusat Komunikasi Publik tanggal 17 April 2006. Cara penularan kasus AIDS yang dilaporkan meliputi 50,1% melalui IDU (Intravena Drugs User), 38,8% melalui heteroseksual dan 4,7% melalui homoseksual. Sedangkan menurut usia, proporsi tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (54,27%), disusul umur 30-39 tahun (26%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,41%). Berdasarkan Sensus 2000, rate kumulatif AIDS secara Nasional adalah 2,90 per 100.000 penduduk. Dalam periode Januari sampai dengan Maret 2006, jumlah pengidap HIV/AIDS sebanyak 691 kasus terdiri 502 kasus AIDS dan 89 kasus HIV berasal dari 20 provinsi. Pada triwulan ini Provinsi Sulawesi Tenggara untuk pertama kalinya melaporkan kasus AIDS. Kasus HIV/AIDS dilaporkan dari Sumut ( 5 kasus AIDS), Sumbar (6 kasus AIDS), Riau (6 kasus AIDS), Jambi (21 kasus AID), Sumsel (7 kasus AIDS), Lampung (29 kasus AIDS), Bangka Belitung (8 kasus AIDS), DKI Jakarta (174 kasus AIDS), Jabar (88 kasus AIDS), Jateng (19 kasus AIDS dan 3 kasus HIV), Jatim (24 kasus AIDS), Bali (23 kasus AIDS dan 80 kasus HIV), NTB ( 36 kasus AIDS), Kaltim (1 kasus AIDS), Kalbar (36 kasus AIDS), Sulut (7 kasus AIDS), Sultra (2 kasus AIDS), Gorontalo (3 kasus HIV), Maluku (25 kasus AIDS) dan Papua (7 kasus AIDS). Jumlah kasus AIDS di Indonesia berdasarkan tahun pelaporan sampai 31 Maret 2006 yaitu, tahun 1997 (5 kasus), 1998 (2 kasus), 1989 (5 kasus), 1990 (5 kasus), 1991 (15 kasus), 1992 (13 kasus), 1993 (24 kasus), 1994 (20 kasus), 1995 (23 kasus), 1996 (42 kasus), 1997 (44 kasus), 1999 (94 kasus), 2000 (255 kasus), 2001 (219 kasus), 2002 (345 kasus), 2003 (316 kasus), 2004 (1195 kasus), 2005 (2638 kasus), dan 2006 sampai dengan Maret (502 kasus). Sedangkan jumlah kasus HIV di Indonesia berdasarkan tahun pelaporan sampai 31 Maret 2006 yaitu, tahun 1997 (4 kasus), 1998 (4 kasus), 1989 (4 kasus), 1990 (4 kasus), 1991 (6 kasus), 1992 (18 kasus), 1993 (96 kasus), 1994 (71 kasus), 1995 (69 kasus), 1996 (105 kasus), 1997 (83 kasus), 1999 (178 kasus), 2000 (403), 2001 (732 kasus), 2002 (648 kasus), 2003 (168 kasus), 2004 (649 kasus), 2005 (875 kasus), dan 2006 sampai dengan Maret (89 kasus). (elz/depkes)

Sumber : http://www.bakohumas.depkominfo.go.id/index.php? modul=text&page=detail&textID=416


Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cases of HIV/AIDS in Indonesia

Dilapor s/d Maret 2006


Sumber : Ditjen PPM & PL Depkes RI

Reported thru' March 2006


Source: Directorate General CDC & EH Ministry of Health, Republic of Indonesia
Jawa Timur/East Java: 24 AIDS Bali: 80 HIV & 23 AIDS Kalimantan Barat/West Kalimantan: 36 AIDS Kalimantan Timur/East Kalimantan: 1 AIDS Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi: 2 AIDS Gorontalo: 3 HIV Sulawesi Utara/North Sulawesi: 7 AIDS Nusa Tenggara Barat/West Nusa Tenggara: 14 AIDS Maluku/Moluccas: 25 AIDS Papua: 7 AIDS

Sumatera Utara/North Sumatra: 5 AIDS Riau: 3 HIV & 6 AIDS Jambi: 21 AIDS Sumatera Barat/West Sumatra: 6 AIDS Sumatera Selatan/South Sumatra: 7 AIDS Lampung: 29 AIDS Bangka Belitung: 8 AIDS DKI Jakarta: 174 AIDS Jawa Barat/West Java: 88 AIDS Jawa Tengah/Central Java: 3 HIV & 19 AIDS Menurut Jenis Kelamin/By Sex Laki-laki/Male: 404 AIDS Perempuan/Female: 97 AIDS Tidak Diketahui/Not Known: 1 AIDS Tidak Disebut/Not Reported: 89 HIV Menurut Faktor Risiko/By Risk Factor Heteroseksual/Heterosexual: 27 HIV & 115 AIDS Homoseksual/Homosexual: 9 HIV & 16 AIDS IDU: 51 HIV & 318 AIDS Perinatal: 2 HIV & 9 AIDS Menurut Golongan Umur/By Age Group <1: 1 AIDS 1-4: 1 HIV & 7 AIDS 5-14: 3 AIDS 15-19: 1 HIV & 8 AIDS 20-29: 59 HIV & 282 AIDS 30-39: 22 HIV & 137 AIDS 40-49: 4 HIV & 40 AIDS 50-59: 15 AIDS >60: 1 AIDS Tidak Diketahui/Not Known: 1 HIV & 9 AIDS

Jumlah pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 31 Maret 2006 adalah: Total HIV and AIDS cases reported from 1 January through 31 March 2006 are: 89 HIV 502 AIDS Jumlah HIV dan AIDS/Total HIV and AIDS: 591 dengan kematian/of whom have died: 98 Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 31 Maret 2006, terdiri dari: Cumulative HIV and AIDS cases from 1 Januari 1987 through 31 March 2006 consist of: 4333 HIV 5823 AIDS Jumlah HIV dan AIDS/Total HIV and AIDS: 10156 dengan kematian/of whom have died: 1430

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS/HIV Menurut Jenis Kelamin Cumulative HIV/AIDS Cases by Sex Jenis Kelamin/Sex Laki-laki/Male Perempuan/Female Tak Diketahui/Unknown AIDS 4709 1054 60 AIDS/IDU 2683 199 37

Tak Disebut/Not Reported Jumlah/Total Jumlah Kumulatif Kasus AIDS/HIV Menurut Faktor Risiko Cumulative HIV/AIDS Cases by Mode of Transmission Faktor Risiko/Mode of Transmission Heteroseksual/Heterosexual Homo-Biseksual/Homo-Bisexual IDU Transfusi Darah/Blood Transfusion* Transmisi Perinatal/Perinatal Trans. Tak Diketahui/Unknown Tak Disebut/Not Reported Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Cumulative AIDS Cases by Age Group Gol Umur/Age Group <1 1-4 5 - 14 15 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 > 60 Tak Diketahui/Unknown AIDS HIV

0 5823

0 2919

AIDS 1947 134 1168 0 30 832 222 2256 272 2920 6 75 294 0

Jumlah/ Total 4203 406 4088 6 105 1126 222

AIDS/IDU 29 31 14 201 3160 1514 490 131 34 219 0 0 0 88 2082 563 97 11 6 72

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS/HIV Berdasarkan Propinsi Cumulative HIV/AIDS Cases by Province No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Propinsi/Province DKI Jakarta Papua + Irjabar/West Irian Jaya Jawa Timur/East Java Bali Jawa Barat + Banten/West Java + Banten Riau + Kepri/Riau Arch. Kalimantan Barat/West Kalimantan Sumatera Utara/North Sumatra Jawa Tengah/Central Java Sumsel + Babel/South Sumatra + Babel Sulawesi Selatan/South Sulawesi Maluku/Moluccas Lampung Sulut/North Sulawesi + Gorontalo NTB/West Nusa Tenggara Jambi HIV+ 1500 920 283 593 226 209 84 80 82 88 32 34 20 9 15 17 AIDS 2101 839 746 249 473 256 143 130 118 108 143 91 96 103 57 51 Jumlah/ AIDS/ Total IDU 3601 1759 1029 842 699 465 227 210 200 196 175 125 116 112 72 68 1471 9 411 91 368 33 34 68 31 55 91 42 78 25 27 28 Mati/ Deaths 361 192 229 52 67 121 36 37 60 19 62 43 31 38 16 16

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Yogyakarta Kalimantan Timur/East Kalimantan NTT/East Nusa Tenggara Sumatera Barat/West Sumatra Bengkulu Kalimantan Tengah/Central Kalimantan Kalimantan Selatan/South Kalimantan Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi Sulawesi Tengah/Central Sulawesi NAD/Aceh Maluku Utara/North Moluccas Tidak Disebut Jumlah/Total

30 35 13 9 10 27 4 7 4 1 0 1 4333

19 8 29 25 23 1 6 2 2 3 1 0 5823

49 43 42 34 33 28 10 9 6 4 1 1 10156

8 4 4 20 15 1 4 0 1 0 0 0 2919

8 6 4 17 6 1 4 0 1 2 1 0 1430

Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk Berdasarkan Propinsi Prevalence of AIDS Cases per 100,000 population by Province No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Propinsi/Province Papua DKI Jakarta Bali Maluku/Moluccas Riau+Kepri/Riau Arch. Sulawesi Utara/North Sulawesi Bangka/Belitung Kalimantan Barat/West Kalimantan Jawa Timur/East Java Jambi Sulawesi Selatan/South Sulawesi NTB/West Nusa Tenggara Bengkulu Lampung Jawa Barat/West Java Sumatera Utara/North Sumatra Sumatera Selatan/South Sumatra NTT/East Nusa Tenggara Yogyakarta Sumatera Barat/West Sumatra Banten Jawa Tengah/Central Java Kalimantan Timur/East Kalimantan Gorontalo Kalimantan Selatan/South Kalimantan NAD/Aceh Maluku Utara/North Moluccas Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi Sulawesi Tengah/Central Sulawesi Kalimantan Tengah/Central Kalimantan Nasional/National
Prevalensi/ Prevalence

49.47 25.24 7.92 7.92 5.39 5.12 4.67 3.83 2.15 2.12 1.83 1.49 1.47 1.44 1.21 1.13 0.96 0.76 0.61 0.59 0.52 0.38 0.33 0.24 0.20 0.17 0.15 0.11 0.10 0.06 2.90

Jumlah Kasus Baru AIDS/HIV Berdasarkan Tahun Pelaporan Number of New HIV/AIDS Cases by Year Reported Tahun/Year 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998* 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 s.d. Maret/thru' March HIV 4 4 4 4 6 18 96 71 69 105 83 126 178 403 732 648 168 649 875 89 AIDS 5 2 5 5 15 13 24 20 23 42 44 60 94 255 219 345 316 1195 2638 502 Jumlah/ Total 9 6 9 9 21 31 120 91 92 147 127 186 272 658 951 993 484 1844 3513 591 AIDS/ IDU 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 10 65 62 97 122 822 1420 318

Sumber: Ditjen PPM & PL Depkes RI 7 April 2006 Source: DirGen. Communicable Diseases & Environmental Health, Dept. of Health, RI, 7 April 2006 Disusun oleh: WartaAIDS Update terakhir: 12 April 2006

Sumber : http://www.lp3y.org/content/AIDS/sti.htm
Pendidikan Seks Cegah HIV/AIDS TIDAK mudah bagi seorang anak berbicara seksualitas dengan orangtuanya. Membahas seksualitas secara terbuka masih dianggap tabu. Ketertutupan orangtua dalam hal itu, sebagai orang yang paling dekat dengan anak, membuat si anak mencari informasi tentang seks dari teman, internet, VCD, dan sejumlah media massa seperti koran, tabloid, atau majalah. Kondisi itulah yang melatarbelakangi betapa perlu pendidikan seks yang benar bagi anak melalui pendidikan temen sebaya (peer education). Seorang anak akan lebih terbuka dengan teman sebayanya untuk membicarakan hal-hal yang dianggap tabu oleh orangtua mereka. Karena itu, Pusat Informasi dan Layanan Remaja (Pilar) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah mencoba memberi informasi kesehatan reproduksi kepada para remaja yang ada di sekitar Kota Semarang. Pilar yang berlokasi di Jalan Sriwijaya Nomor 74 Semarang, biasanya ramai dikunjungi para remaja setiap hari Senin. Menurut Koordinator Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) Slamet Riyadi (27), hal-hal yang kerap dibicarakan kaum remaja yang berkunjung ke posko tersebut adalah seputar pacaran, setelah malam Minggu mereka berkencan dengan pasangan. "Kalau Sabtu dan Minggu remaja jarang datang ke mari. Paling ramai pada hari Senin. Mereka

bertanya berbagai hal tentang kencan mereka," ujarnya. Memang tidak mudah membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. Untuk itu Pilar yang difasilitasi United Nations Population Fund (UNFPA), mencoba menarik perhatian kaum muda dengan menghadirkan warung internet (warnet). Para relawan yang berjumlah 12 orang berperan sebagai penjaga warnet, agar bisa berkomunikasi dengan para pengunjung warnet. Selain dengan warnet, mereka bisa berkonsultasi melalui surat elektronik (e-mail) atau telepon. Setelah beberapa kali menyewa internet dengan tarif Rp 3.000/jam, seorang remaja tidak akan segan membicarakan seks dengan para relawan yang sebaya dengan mereka. Para relawan itu dibekali ilmu kesehatan reproduksi, sehingga mampu memberi masukan terhadap masalah reproduksi yang dihadapi remaja. Sejak didirikan dua tahun lalu, menurut Senior Koordinator Pilar, dr Didik Joko, ada 6.829 remaja yang datang untuk konsultasi psikologi dan 1.715 remaja konsultasi kesehatan. Usia mereka kebanyakan sekitar 19 tahun hingga 24 tahun. Sejauh ini, terdapat 54 remaja yang menjalani tes kehamilan di klinik yang disediakan Pilar. Dari jumlah itu, 25 orang positif hamil. Remaja yang positif hamil mendapat konseling untuk tidak aborsi. Sekolah dan Pesantren Berbeda dengan di tingkat kecamatan, pendidikan kesehatan reproduksi diberikan di sekolah dan pesantren. Di SMK Tunas Karya Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, sebanyak 15 siswa di sekolah itu mendapat pendidikan kesehatan reproduksi pada hari Minggu. Metode pendidikan berupa diskusi sehingga siswa tidak segan-segan bertanya kepada pendidik sebaya (peer educator) tentang seks. "Kalau berhubungan seks sekali, apakah bisa hamil. Kenapa perempuan menstruasi dan lakilaki "mimpi basah". Diperkosa itu bisa hamil atau tidak," tanya seorang remaja pria kepada pendidik yang sebaya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan itu, ada anggapan bahwa berhubungan seks sekali tidak akan hamil. Informasi seksualitas yang tidak benar akan membuat si remaja yang sudah akil balig (seksual aktif) menganggap bahwa seorang perempuan akan hamil jika berhubungan seks lebih dari sekali. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu juga ada di benak siswa di Pesantren Salafiyah Pemalang. Di pesantren itu, pendidikan kesehatan reproduksi diberikan oleh organisasi pemuda Fatayat Nahdlatul Ulama (NU). Mereka mendapat pendidikan kesehatan reproduksi sebanyak enam kali pertemuan, sesuai dengan materi yang sudah ditetapkan. Siswa dilengkapi dengan buku-buku mengenai kesehatan reproduksi sehingga mereka mengetahui perbedaan organ reproduksi pria dan wanita. Mereka pun mengetahui mengenal bahaya kegiatan seksual yang tidak sehat, seperti timbulnya berbagai infeksi menular seksual HMS (herpes, kencing nanah (GO), klamidia). Namun, tidak jarang ada anggapan bahwa pendidikan seks justru mendorong remaja berhubungan seks. Menurut psikolog Siti Chasanah Agoes Machdi dari Yayasan Pefita Ilmu (YPI), informasi seksual yang salah bisa mengakibatkan seorang remaja berisiko kena IMS yang akhirnya akan menjadi AIDS. Pendidikan seksualitas pada remaja perlu dan jangan disalahartikan karena bertujuan memberi penjelasan tentang bagaimana remaja bertanggung jawab terhadap kesehatan alat reproduksi mereka. "Sampai sekarang pendidikan seks belum cukup dipahami remaja karena hal itu tidak lepas

dari budaya kita, bahwa ngomongin seks itu tabu. Jangankan antara orangtua dan anak, antara suami istri saja membicarakan hubungan seks masih ada yang menganggap tabu. Yang diajarkan bukan bagaimana berhubungan seks tetapi bagaimana remaja bertanggung jawab terhadap fungsi dan alat-alat reproduksi mereka," jelasnya. Siti mengingatkan, orangtua perlu mengubah pola pikir karena pendidikan seks yang terbaik adalah dari orangtua. Untuk itu, orangtua perlu memberi penjelasan tentang seksualitas yang sesuai dengan usia si anak. Hal senada dikatakan Direktur Eksekutif Yayasan Kusuma Buana, dr Firman Lubis MPH. Remaja yang pernah mendapat pendidikan seks dan memahaminya akan tahu persis risiko hubungan seksual yang tidak sehat sehingga diharapkan bisa menekan kasus IMS dan HIV/AIDS. Sumber : http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map37pendidikan.html

You might also like